Kamis, 24 Januari 2008

Istidroj

Sering kali kita melihat seseorang yang bergelimang dalam kemaksiatan namun Alloh Ta'ala memberinya kenikmatan duniawi yang sangat besar. Ada yang diberi harta yang melimpah, rumah mewah, mobil bagus dan lain-lainnya.
Bersabarlah!, Alloh Ta'ala maha adil kepada hamba-Nya, orang-orang yang bergelimang dalam kemaksiatan kepada Alloh dan kita melihat orang tersebut diberi kenikmatan duniawi maka demikianlah hakikat istidroj.
Rosululloh shalallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini dalam sabdanya yang artinya, "Jika engkau melihat seorang hamba yang senantiasa diberi kenikmatan dunia yang diinginkannya sementara dia senantiasa berada dalam kemaksiatan, maka itulah istidroj." (Hasan. HR. Ahmad dan Ibnu Jarir)
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, maka Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS.6. Al-An’aam : 44-45)
Alloh akan memberi mereka kenikmatan dunia sehingga mereka akan terus menerus melakukan kemaksiatan dan mereka merasa aman dari siksa Alloh sampai suatu saat Alloh akan membalasnya dengan azab yang sangat pedih setelah dosa-dosa kemaksiatannya bertumpuk. Na'udzu bilahi min dzaalik.
Alloh ta'ala telah menegaskan hal tersebut dan mencela orang yang merasa aman dari siksa Alloh. Alloh ta'ala berfirman yang artinya, "Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (QS. Al A'raaf: 99)
Rosululloh shalallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa merasa aman dari siksa Alloh adalah salah satu dosa besar. Ketika beliau ditanya oleh Ibnu Abbas tentang dosa besar, maka beliau menjawab, "Syirik kepada Alloh, putus asa dari rahmat Alloh dan merasa aman dari siksa Alloh." (Hasan. HR Al Bazar dan Ibnu Abi Hatim)
Alloh ta'ala juga mengancam orang-orang yang mendustakan Al Quran. Alloh berfirman yang artinya, "Maka serahkanlah kepada-Ku orang-orang yang mendustakan perkataan ini. Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh." (QS. Al Qolam: 44-45)
Demikianlah, Alloh ta'ala menyiksa bagi orang-orang yang tenggelam dalam kemaksiatan. Alloh ta'ala memberikan tangguh kepada mereka dan memudahkan segala urusan mereka sehingga mereka tertipu dengan hal tersebut dan dia betul-betul merasa aman dari siksa Alloh.
Penyebab istidroj yang menghancurkan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, adakalanya hal ini disebabkan karena seseorang berpaling dari agama Alloh, lalai dari mengingat Tuhannya serta meremehkan hak-hakNya. Akibatnya ia akan meninggalkan kewajiban dan terus menerus dalam perbuatan yang haram. Sehingga terus rasa takut dari hatinya terus berkurang dan keimanan tidak tersisa sedikit pun. Sesungguhnya keimanan yang sejati akan menyebabkan seseorang merasa takut kepada Alloh serta takut terhadap azab-Nya baik di dunia maupun di akhirat.
Kedua, adakalanya pula disebabkan karena seseorang beribadah kepada Alloh dengan kebodohan, merasa takjub dengan dirinya serta tertipu dengan amal solihnya. Akibat kebodohannya ini, dia menyombongkan diri karena amal perbuatannya sehingga hilanglah rasa takut dari dirinya menghilang. Dia menyangka bahwa dirinya berada pada kedudukan yang tinggi di sisi Alloh sehingga dia merasa aman dari siksa Alloh. Dia menyandarkan diri pada jiwanya yang lemah dan hina. Oleh karena itu dia terhalangi untuk mendapatkan taufik dan dia telah berbuat jahat pada dirinya.
Seorang muslim seharusnya memiliki sikap takut dan penuh harap. Takut dari azab Alloh yang setiap saat bisa datang, namun juga berharap ampunan dan rahmat dari Alloh Ta'ala. Lihatlah perkataan Nabi Ibrahim yang Alloh ceritakan dalam firman-Nya yang artinya, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS. Al Hijr: 56)
Alloh ta'ala menyebut orang yang berputus asa dari rahmat-Nya sebagai orang yang sesat karena dia sama sekali tidak memiliki ilmu tentang Tuhannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Orang yang tidak tersesat dan Alloh beri nikmat hidayah dan ilmu itu tidak mungkin akan berputus asa dari rahmat-Nya. Hal ini karena dia mengetahui bahwa banyak sebab dan jalan yang bisa ditempuh untuk mendapatkan rahmat Alloh. Demikian pula sikap para nabi yang Alloh utus. Mereka berdoa kepada Alloh dengan penuh harap dan rasa cemas. Mereka mengharapkan kemaslahatan di dunia dan akhirat serta mencemaskan bencana di dunia dan akhirat. Alloh ta'ala berfirman setelah menceritakan kisah para nabi yang artinya, "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas . Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami." (QS. Al Anbiyaa: 90)
Maka sudah seharusnya bagi seorang muslim untuk tidak merasa aman dari siksa Alloh ataupun berputus asa dari rahmat Alloh. Kedua sikap ini merupakan tipu daya syetan dan akan mengurangi kesempurnaan tauhid yang ada pada diri seorang hamba. Yaa Alloh, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan gerakkanlah hati kami untuk senantiasa taat kepada-Mu. Ya Alloh ampunilah segala dosa kami dan curahkanlah rahmat-Mu pada kami serta hindarkanlah kami dari azab dan siksa-Mu karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi maha Penyayang. Amiin …

Tidak ada komentar: