Minggu, 22 April 2012

thoifah almanshuroh

Ath-Thoifah Al-Manshuroh artinya kelompok yang mendapatkan pertolongan. Penamaan ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Terus-menerus ada kelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah ( Hari Kiamat ) dan mereka dalam keadaan seperti itu “.
Di keluarkan oleh Muslim dari hadits Tsauban dan semakna  dengannya diriwayatkan oleh Bukhory dan Muslim dari hadits  Mughiroh bin Syu’bah dan Mu’awiyah dan diriwayatkan  oleh Muslim  dari Jabir bin ‘Abdillah. Dan hadits ini  merupakan  hadits  mutawatir sebagaimana  yang dikatakan  oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidho’ Ash-Shirath  Al-Mustaqim 1/69, Imam As-Suyuthy dalam Al-Azhar Al-Mutanatsirah hal.216 dan dalam Nazhom Al Mutanatsirah hal.93 dan Az-Zabidy dalam Laqthul  ‘Ala’i hal.68-71. Lihat Bashori  Dzawisy  Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf
Berkata Imam Bukhory  tentang Ath-Thoifah Al-Manshuroh : “ Mereka adalah para ‘Ulama”.
Berkata Imam Ahmad  : “ Kalau  mereka  bukan Ahli Hadits saya tidak tahu siapa mereka”.
Al-Qodhi Iyad mengomentari perkataan  Imam Ahmad dengan perkataan  Imam Ahmad  dengan berkata : “ Yang diinginkan oleh ( Imam Ahmad ) adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan siapa yang meyakini madzhab Ahlul Hadits”. Lihat Mauqif Ahlul Sunnah wal Jama’ah 1/59-62
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Muqoddimaah Al’Aqidah  Al Washitiyah : “ Amma Ba’du : ini adalah i’tiqod ( keyakinan ) Al-Firqoh An-Najiyah, ( Ath-Thoifah ) Al-Manshuroh  sampai bangkitnya hari kiamat, ( mereka ) Ahlus Sunnah”.
Dan di akhir Al’Aqidah Al Washitiyah  ketika memberikan definisi tentang Ahlus Sunnah, beliau berkata  “ Dan mereka  adalah  Ath-Thoifah Al-Mashuroh yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda  tentang mereka  : “ Terus menerus  sekelompok  dari ummatku  diatas kebenaran mansuroh  ( tertolong ) tidak membahayakan mereka orang yang menyelisihi dan mencerca  mereka sampai hari kiamat “.
Mudah-mudahan Allah  menjadikan kita bagian dari mereka dan tidak memalingkan hati-hati kita setelah mendapat petunjuk “.
Lihat : Bashori Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf, hal.97-110.
Sedangkan kaitan antara Thoifatul Mashurah dengan Sahabat, bahwa orang yang paling pertama mendapatkan pertolongan adalah para shahabat Rasulallah. Sebagaimana dalam Firman Allah:
وكنتم علي شفا حفرو من النار فأ نقذكم منها
“Dan kamu berada ditepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. ( Ali Imran:103)
Faidah-faidah yang bisa diambil dari hadits Thaifatun Al Manshurah.
Bahwa yang dimaksud dengan Toifatun Al Manshurah adalah Firqotun An Najiah, dan tidak ada perbedaan antara keduanya. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:
فهذا اعتقاد الفرقة النجية المنصورة إلي بوم القبامة أهل السنة والجماعة.
“Maka inilah keyakinan Al Firqotun An Najiah, Al Manshurah sampai hari qiamat, Ahli Sunnah Waljama’ah”.
Bahwa manhaj yang ditempuh oleh Thoifatun AlManshuroh adalah manhaj yang ditempuh oleh Firqotun An Najiyah. Sebab Thoifatun AlManshuroh adalah Al jama’ah dan Al Jama’ah adalah Al Fiqotun An Najiyah.Thoifatun Al Manshuroh akan seantiasa ada sampai hari Kiamat.
Thoifatun Al Manshuroh akan selalu muncul dan mereka selalu siap untuk membela dan menghidupkan Aqidah dan sunnah yang telah layu dihati umat. Hal ini bisa kita lihat dalam kenyataan, seperi Al Imam Ahmad dan Syikhul Islam Ibnu taimiyyah dan yang lainnya.
Thoifatun Al Manshuroh akan senantiasa teguh dan tegak dalam kebenaran tidak lemah kerena cercaan orang dan layu karena ditentang.
Thoifatun Al Manshuroh mereka selalu sabar, mereka senantiasa teguh dalam menerima terpaan badai fitnah sehinga hari kiamat.
Thoifatun Al Manshuroh Mereka adalah ahlul ilmi.
Ada yang menarik buat kita adalah sabda Rasulallah dimana beliau menggabungkan antara pemahaman dalam agama dengan kemenangan Thoifah manshuroh dan selamatnya mereka dari terpaan fitnah, yaitu”:
من يرد الله به خيرا يفقه في الدينولا تزال طائفة من أمتي ظاهرين علي الحق.
Hadits ini mengisyaratkan kepahaman terhadap agama adalah merupakan syarat dimana orang itu akan selamat dari penyimpangan dan dia akan mendapatkan pertolongan dari Allah.
Berka Syeikh Muhamad Al Amin asy Syanqithi: Para ulama telah menjelaskan bahwa kemenangan para nabi ada dua macam:
  • Kemenangan melalui hujah dan agrgumentasi, kemenangan ini diraih oleh seluruh nabi.
  • Kemenangan dengan pedang dan kekuatan, kemenangan ini hanya diraih oleh nabi yang diperintahkan berperang Fisabilillah.
Oleh sebab itu para ulama menegaskan kaum mukminin yang lemah dan tertindas sekarang di negri mereka, yang mana mereka belum diperintahkan berperang, mereka akan mendapatkan kemenangan melaui hujah ilmiah dan aragumentasi yang akan menumpas semua kebatilan dan syubhat. Adapu kaum muslimin yang telah memiliki kekuatan dan kekuasaan maka hujah mereka akan lebih dengan dukungan persenjataan, oleh sebab itu hujah ilmiah akan mendapatkan kemenangan dalam setiap jaman.Dengan itu Thifah manshuroh (Ahli ilmu) mereka senan tiasa mendapat kemenangan dalam setiat waktu. Alhamdulillah. Thoifatun Al Manshuroh adalah Ahlu Sunnah waljama’ah, mereka itu adalah As Salafu As Shaleh.
Thoifatun Al Manshuroh mereka mendapat pertolongan di dunia dan di Akhirat, didunia mereka selamat dari penyimpangan dan bid’ah dan diakhirat mereka selamat dari azab  neraka.

mereka yang tertipu....

Seringkali kita mendengar seruan saudara kita untuk berjihad, untuk membela Islam melalui parlemen, atau melalui peperangan dan bom bunuh diri atau membela Islam melalui penegakan khilafah,. Mereka betul-betul semangat dalam hal ini. Namun janganlah tertipu. Tidaklah semua yang mengaku membela dan memperjuangkan Islam itu benar dan menempuh jalan yang benar. Barangkali mereka adalah orang-orang yang fajir dan bermaksiat pada Allah dengan perjuangan mereka. Barangkali jalan yang mereka tempuh itu keliru.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ
Sesungguhnya tidak akan masuk surga orang kecuali jiwa yang muslim. Namun boleh jadi Allah akan memperjuangkan agama ini melalui orang yang fajir (bermaksiat).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas adalah cuplikan dari sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:
“Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau mengatakan pada orang yang mengaku Islam, “Dia termasuk penduduk neraka.” Ketika mengikuti peperangan, orang tersebut begitu semangat. Namun ia terkena luka parah. Kemudian ada yang berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yang engkau katakan bahwa ia termasuk penduduk neraka, ia benar-benar hari itu telah berperang lalu ia mati.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap mengatakan, “Ia penghuni neraka.” Sebagian orang pun terheran-heran dan tetap dalam keadaan seperti itu. Ternyata, ada yang menceritakan bahwa orang tersebut sebelum mati, ia memiliki luka yang cukup parah. Ketika di malam hari, ia tidak sabar menahan lukanya yang parah tersebut. Lalu ia pun membunuh dirinya sendiri. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikabarkan tentang hal ini. Kemudian beliau pun bersabda,
اللَّهُ أَكْبَرُ ، أَشْهَدُ أَنِّى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
Allahu akbar. Sesungguhnya aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian beliau pun memerintahkan Bilal dan beliau menyeru pada manusia,
إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ
Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang muslim. Namun boleh jadi Allah akan memperjuangkan agama ini melalui orang yang fajir (bermaksiat).1
Jangan tertipu dengan orang-orang yang memperjuangkan atau membela Islam, sampai kita ketahui bahwa mereka benar-benar berpegang teguh pada sunnah (ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Jadi semata-mata membela Islam dan membuat Islam semakin jaya belum tentu orang tersebut dikatakan berada di atas kebenaran sampai kita tahu bahwa ia memegang ajaran Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah orang yang bunuh diri yang disebutkan dalam hadits di atas. Dia memperjuangkan Islam dengan berjihad di jalan Allah, namun ia pun berbuat maksiat dengan bunuh diri. Memperjuangkan Islam semata-mata bukan dengan modal semangat, namun haruslah menempuh jalan yang benar sebagaimana yang ditempuh para salaf yang sholih.
nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menempuh jalan dakwah dengan sukses, madinah dan mekkah takluk dengan kerja dakwahnya. mereka yang benar-benar ingin menegakkan kebenaran  dan tidak mengiringi jalan suci mereka dengan syahwat dan subhat pastilah akan bertauladan kepada nabi  salallohu alaihi wasallam, mulai dari membentuk pribadi yang sholeh, dilanjutkan dengan keluarga yang sholehah kemudian beranjak pada masyarakat yang tunduk dan taat pada aturan ALLAH.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.