Selasa, 29 Januari 2008

Pemuka Agama dan Pembangunan

APBD kota depok telah ditetapkan, dengan berbagai macam kelebihan dan kelemahan didalamnya, yang terpenting adalah adanya komitmen dari segala unsur yang terlibat dalam proses pembangunan pada segala bidang untuk bekerja secara maksimal, menjujung kejujuran, kerja keras dan profesionalisme. Ada tiga unsur yang memiliki peran yang sangat penting penentu keberhasilan pembangunan yaitu pemerintahan (eksekutif dan legislatif), pemuka agama dan masyarakat.
Merujuk kepada hadits rosulullah dalam kitab jami’usshogir karangan jalaluddin assujuti yang berbunyi “yang merusak ada tiga unsur : ulama buruk, pemimpin dzolim dan mereka yang rajin beribadah tetapi bodoh”. pemuka agama memiliki peran yang sangat penting dalam membangun dan menyadarkan masyarakat, tetapi apabila pemuka agama nya yang malas dan khianat, ini menjadi masalah besar, bukan hanya pada diri mereka sendiri tetapi bagi masyarakat dan bangsa. Menjadi rujukan tempat bertanya dan menyelesaikan masalah itulah seharusnya.
Menjadi penting untuk kita fikirkan dan tumbuhkan peran pemuka agama dalam pembangunan di Indonesia pada umumnya dan depok khususnya, bukan dijadikan mendorong kendaraan yang mogok, diperalat untuk kepentingan sesaat bagi seseorang atau kepentingan tertentu.
Ada lima peran yang dapat dilakukan oleh para pemuka agama dalam pembangunan : pertama
membentuk kondisi psikologik dan ideologik individu dan masyarakat.
agama menduduki peran yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia, masyarakat yang memegang tinggi nilai nilai religius, oleh karena itu peran pemuka agama menentukan dalam membentuk nilainilai religius dalam bentuk sikap dan prilaku.masyarakat. Ummat islam yang mayoritas di depok merupakan kekayaan dan modal penting dalam pembangunan. Apabila maju pola fikirnya, bermoral kreatif dan pekerja keras maka masyarakat ini akan beranjak dari keterpurukannya menjadi masyarakat yang makmur dan sejahtera. Dan dalam pembangunan juga dibutuhkan kondisi yang aman, dimana masyarakatnya menyadari pentingnya melindungi kepentingan umum. Diperlukan perencanaan yang terintegral dalam pembinaan dan pengajaran masyarakat, diawali dengan penanaman nilai-nilai idialogik, dimana dengan dasar menyembah tuhannya semua kegiatan dilakukan.
kedua Menjadikan tempat ibadah sebagai pusat pendidikan dan pengembangan masyarakat. Di amerika serikat, misalnya para pemuka gereja sejalan dengan pendidikan agama mereka berusaha keras melengkapi diri dengan kemampuan ilmiah dan tekhnologi, yang dipelopori oleh gereja katolik dan ini bagi mereka sudah menjadi bagian dari agama. Seperti peningkatan ekonomi berupa mendirikan koperasi, organisasi pemuda dan social dan lembaga lembaga ekonomi lainnya, sebagai salah satu upaya melayani masyarakat lebih baik. Begitupun dalam agama islam dimana nabi mendirikan baitul maal dan masjid bukan hanya menjadi sarana ibadah mahdhoh, tetapi dibagi bagi menjadi berbagai unit kegiatan.
ketiga pelopor pembentukan perkumpulan pengembangan ekonomi, berdasarkan kejujuran, kerja keras dan professional. Visi dan misi yang sama dari suatu perkumpulan merupakan awal perencanaan yang sangat baik, diawali dengan kesadaran untuk menjadi lebih baik dari kondisi yang sedang dijalani dan bergerak bersama untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi, maka masyarakat yang dibentuk berawal dari kesadaran religi sangat mampu memiliki niali – nilai diatas dengan dipelopori oleh pemuka agama mereka. Pemuka agama mempelopori terbentuknya lembaga-lembaga ekonomi seperti koperasi, dan pemerintah membantu dengan pelatihan dan bantuan pendanaan secara kontiniu.
keempat Pengumpul dan penyalur dana dari dan untuk masyarakat.
Kewajiban membayar zakat bagi ummat islam yang mampu, merupakan potensi besar bagi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi masyarakat dimana pemuka agama menjadi fasilitator dari masyarakat yang sadar dan mampu dengan masyarakat kurang mampu. Perencanaan dan pelaksanaan yang baik memerlukan pelatihan managerial bagi pengelola. dana dikumpulkan dijadikan sebagai modal usaha bagi masyarakat.
kelima Bersama dengan masyarakat dan menjadi pelopor pengawasan proses pembangunan kota, belanja pembangunan daerah kota depok yang senilai Rp. 871. miliaran bukan nilai yang kecil. Dimasjid, majlis ta’lim bukan lagi hanya dibahas tentang ibadah mahdhoh tetapi juga menjadi sarana mengawasi, menilai pelaksanaan, dan berawal dari tempat seperti itu diharapkan ada masukan- masukan positif, bukankah kebaikan berawal dari niatan yang baik ditempat yang baik pula. Masyarakat telah memilih perwakilan mereka yang duduk di dewan perwakilan rakyat dan hanya dengan hitungan hari masyarakat juga akan memilih pemimpin mereka ditingkat kota depok, sudah seharusnya masyarakat terlibat dalam proses pelaksaan pembangunan, mengevaluasi, tidak ada yang ditutupi dari mereka dan memilih kembali wakil dan pimpinan yang menurut mereka baik.
Beberapa hal yang harus dimiliki para pemuka agama, agar mereka dapat menjadi unsur pembangunan yang baik, diantaranya :
memiliki pengetahuan agama yang benar, melingkupi seluruh aspek kehidupan masyarakat yang terintegralkan.
dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan bermasyarakat
memiliki perhatian dan kesadaran untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakat.
Begitu sangat para pemuka agama memiliki peran penting bagi pembangunan, walaupun kenyataan yang terjadi dapat kita lihat Bukankah departemen agama menjadi departemen yang tidak bersih dari korupsi, dari penerimaan pegawai negeri hingga haji, bukankah ulama sekarang sebagian besar hidup dan menghidupi keluarga mereka dari amplop ceramah dan menentukan tarif layaknya angkutan kota. Dan ada ustadz yang menjadi pejabat kemudian lalai dari yang halal dan haram, bebas menfitnah dan menghibah sesama muslim karena hanya berbeda partai, menjadi politikus yang pragmatis, segala sesuatu dengan tujuan menang pemilu dengan jumlah suara menjadi target perjuangan. Dan masyarakat melihat menjadikannya ukuran serta menjadikan contoh. Maka inilah yang terjadi di Negara kita saat ini.guru kencing berdiri murid kencing bersiul sambil menari-nari.
begitu banyak kekurangan perlu waktu, perencanaan, dan kesadaran bersama untuk memulai. Wallahu alam bissowab.

Budi wahyudi, sawangan

Kamis, 24 Januari 2008

Istidroj

Sering kali kita melihat seseorang yang bergelimang dalam kemaksiatan namun Alloh Ta'ala memberinya kenikmatan duniawi yang sangat besar. Ada yang diberi harta yang melimpah, rumah mewah, mobil bagus dan lain-lainnya.
Bersabarlah!, Alloh Ta'ala maha adil kepada hamba-Nya, orang-orang yang bergelimang dalam kemaksiatan kepada Alloh dan kita melihat orang tersebut diberi kenikmatan duniawi maka demikianlah hakikat istidroj.
Rosululloh shalallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini dalam sabdanya yang artinya, "Jika engkau melihat seorang hamba yang senantiasa diberi kenikmatan dunia yang diinginkannya sementara dia senantiasa berada dalam kemaksiatan, maka itulah istidroj." (Hasan. HR. Ahmad dan Ibnu Jarir)
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, maka Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS.6. Al-An’aam : 44-45)
Alloh akan memberi mereka kenikmatan dunia sehingga mereka akan terus menerus melakukan kemaksiatan dan mereka merasa aman dari siksa Alloh sampai suatu saat Alloh akan membalasnya dengan azab yang sangat pedih setelah dosa-dosa kemaksiatannya bertumpuk. Na'udzu bilahi min dzaalik.
Alloh ta'ala telah menegaskan hal tersebut dan mencela orang yang merasa aman dari siksa Alloh. Alloh ta'ala berfirman yang artinya, "Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (QS. Al A'raaf: 99)
Rosululloh shalallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa merasa aman dari siksa Alloh adalah salah satu dosa besar. Ketika beliau ditanya oleh Ibnu Abbas tentang dosa besar, maka beliau menjawab, "Syirik kepada Alloh, putus asa dari rahmat Alloh dan merasa aman dari siksa Alloh." (Hasan. HR Al Bazar dan Ibnu Abi Hatim)
Alloh ta'ala juga mengancam orang-orang yang mendustakan Al Quran. Alloh berfirman yang artinya, "Maka serahkanlah kepada-Ku orang-orang yang mendustakan perkataan ini. Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh." (QS. Al Qolam: 44-45)
Demikianlah, Alloh ta'ala menyiksa bagi orang-orang yang tenggelam dalam kemaksiatan. Alloh ta'ala memberikan tangguh kepada mereka dan memudahkan segala urusan mereka sehingga mereka tertipu dengan hal tersebut dan dia betul-betul merasa aman dari siksa Alloh.
Penyebab istidroj yang menghancurkan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, adakalanya hal ini disebabkan karena seseorang berpaling dari agama Alloh, lalai dari mengingat Tuhannya serta meremehkan hak-hakNya. Akibatnya ia akan meninggalkan kewajiban dan terus menerus dalam perbuatan yang haram. Sehingga terus rasa takut dari hatinya terus berkurang dan keimanan tidak tersisa sedikit pun. Sesungguhnya keimanan yang sejati akan menyebabkan seseorang merasa takut kepada Alloh serta takut terhadap azab-Nya baik di dunia maupun di akhirat.
Kedua, adakalanya pula disebabkan karena seseorang beribadah kepada Alloh dengan kebodohan, merasa takjub dengan dirinya serta tertipu dengan amal solihnya. Akibat kebodohannya ini, dia menyombongkan diri karena amal perbuatannya sehingga hilanglah rasa takut dari dirinya menghilang. Dia menyangka bahwa dirinya berada pada kedudukan yang tinggi di sisi Alloh sehingga dia merasa aman dari siksa Alloh. Dia menyandarkan diri pada jiwanya yang lemah dan hina. Oleh karena itu dia terhalangi untuk mendapatkan taufik dan dia telah berbuat jahat pada dirinya.
Seorang muslim seharusnya memiliki sikap takut dan penuh harap. Takut dari azab Alloh yang setiap saat bisa datang, namun juga berharap ampunan dan rahmat dari Alloh Ta'ala. Lihatlah perkataan Nabi Ibrahim yang Alloh ceritakan dalam firman-Nya yang artinya, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS. Al Hijr: 56)
Alloh ta'ala menyebut orang yang berputus asa dari rahmat-Nya sebagai orang yang sesat karena dia sama sekali tidak memiliki ilmu tentang Tuhannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Orang yang tidak tersesat dan Alloh beri nikmat hidayah dan ilmu itu tidak mungkin akan berputus asa dari rahmat-Nya. Hal ini karena dia mengetahui bahwa banyak sebab dan jalan yang bisa ditempuh untuk mendapatkan rahmat Alloh. Demikian pula sikap para nabi yang Alloh utus. Mereka berdoa kepada Alloh dengan penuh harap dan rasa cemas. Mereka mengharapkan kemaslahatan di dunia dan akhirat serta mencemaskan bencana di dunia dan akhirat. Alloh ta'ala berfirman setelah menceritakan kisah para nabi yang artinya, "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas . Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami." (QS. Al Anbiyaa: 90)
Maka sudah seharusnya bagi seorang muslim untuk tidak merasa aman dari siksa Alloh ataupun berputus asa dari rahmat Alloh. Kedua sikap ini merupakan tipu daya syetan dan akan mengurangi kesempurnaan tauhid yang ada pada diri seorang hamba. Yaa Alloh, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan gerakkanlah hati kami untuk senantiasa taat kepada-Mu. Ya Alloh ampunilah segala dosa kami dan curahkanlah rahmat-Mu pada kami serta hindarkanlah kami dari azab dan siksa-Mu karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi maha Penyayang. Amiin …

Rabu, 23 Januari 2008

Kelelahan Pastikan Sirna dan Yang Tersisa Adalah Pahala dan Surga, INSYAALLAH.

Saudara ku mujahid dan mujahidah, ketahuilah bahwa apa yang kita lakukan bukanlah kesia-siaan. Keringat yang tercurah, dana yang kita infakkan untuk dakwah, sesungguhnya tidaklah sebanding dengan apa yang akan kita terima dari ALLAH kelak.
Tapi itu semua memang bisa saja menjadi khayalan apabila kita tak pandai menjaga hati untuk tetap ikhlas dan bersabar. Kuncinya harus tetap di jaga, karena itu yang akan menjadi dasar ukuran amal yaitu ikhlas dan bersabar.
Berhati-hatilah akan bisikkan syetan di kedua telinga kita yang membisikkan kata-kata buruk tentang saudara kita, janganlah diikuti bisikkan syetan itu, jangan biarkan diri kita tenggelam dalam lautan ghibah darah saudara kita . Lawanlah bisikan syeton itu, katakan padanya, enyahlah syetan, si fulan saudaraku orang baik dan semoga ALLAH memberikan kebaikan padanya selalu.
Jangan jadikan syetan berkuasa atas diri kita, sehingga ghibah, fitnah, hasad dan benci menutupi sifat kasih dan sayang serta cinta kepada saudara kita, yang pada akhirnya memisahkan kita dalam jalan dakwah ini.
Mujahid dan mujahidah, jadikanlah hanya kematian yang akan memisahkan kita dalam jalan dakwah yang mulia ini.
Untuk mujahidahku bersabarlah atas kesibukan suamimu dalam aktivitas dakwah yang sangat padat, jadikanlah sholat malam mu tempat mengadu keluh kesahmu kepada sang pemberi rizqi, berikanlah suamimu do’a pada saat itu, semoga ALLAH sang pemberi memberikan kecukupan dan kemampuan kepada suamimu dalam melaksanakan semua tugas dan kewajibannya.
Wahai para mujahid bersabarlah atas kesibukan istri dalam mengarungi medan dakwah, posisikanlah kita menjadi yang kedua untuk mendapatkan pelayanan dari sang istri setelah dakwah. Berilah semangat kepada para mujahidah untuk tetap bersabar dalam mengarungi lautan dakwah yang dalam, dan dengan ombaknya yang tinggi menghempas, ingatkan mereka untuk tetap mendidik anak-anak dengan cahaya alquran dan penerangan assunnah, dan jadikan anak-anak kelak mujahid dan mujahidah yang lebih baik dari pada kedua orang tuanya.
Wahai mujahid dan mujahidah bersabarlah, sungguh ketika kita menginjakkan kaki disurga, saat itu pula kelelahan yang pernah kita rasakan, duka yang dulu melukai kita dijalan ALLAH Ta’ala sirna seketika, ketika ALLAH berkata kepada kita, “
70. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan".
71. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya".
72. Dan Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.
73. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan.
Kelelahan dan penderitaan tidak ada lagi, sebab segalanya berubah menjadi kegembiraan, kebahagiaan dan kenikmatan.
Saat itu, mungkin kita berharap seandainya dulu lebih banyak mencurahkan segala upaya untuk dakwah, tidak banyak berleha-leha, seandainya sedikit tidur malamku, dan tercurah untuk mendapatkan balasan dari ALLAH, tentu lebih besar lagi karunia yang ALLAH kan berikan saat ini. Atau kita kan berharap mati sebagai syuhada , kita melihat kemuliaan dan istimewanya mereka disisi ALLAH, hingga mereka minta kepada ALLAH diterjunkan lagi kedalam lahan jihad kemudian mati syahid lagi.
Semoga ALLAH curahkan kasih sayang dan perlindungan kepada kita semua, amin.
21 January 2007, Created by Budi Wahyudi

Hukum Isbal

باب صفة طول القميص والكمّ والإِزار
وطرف العمامة وتحريم إسبال شيء من ذلك على سبيل الخيلاء وكراهته من غير خيلاء
Bab panjang lengan dan kain dan ujung sorban dan haram memakai kain dibawah tumit yang menunjukkan kepada kesombongan dan dibenci ALLAH apabila tidak disertai kesombongan
- وعن أبي ذرٍّ رضي اللَّه عنه عن النبى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « ثلاثةٌ لا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامةِ ، ولا يَنْظُرُ إِلَيْهم ، وَلا يُزَكِّيهِمْ ، وَلهُمْ عَذَابٌ أَليمٌ » قال : فقَرأَها رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ثلاث مِرَارٍ . قال أَبو ذَرٍّ : خابُوا وخسِرُوا مَنْ هُمْ يا رسول اللَّه ؟ قال : « المُسبِلُ ، والمنَّانُ وَالمُنْفِقُ سِلْعَتَهُ بِالحَلفِ الكاذِبِ » رواه مسلم .
وفي روايةٍ له : « المُسْبِلُ إِزَارَهُ » .
Abu dzar ra berkata: bersabda rosulullah saw: tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh ALLAH pada hari kiamat, tidak akan dilihat, tidak dibersihkan dan bagi mereka siksa yang pedih. Diulang oleh Rosulullah hingga tiga kali, abu dzar berkata: menyesal dan merugi mereka, siapa mereka itu ya rosulullah? Nabi menjawab: yang kainnya menutupi mata kaki, yang membangkit pemberian dan yang menjual dengan sumpah palsu..
- وعن أبي جُرَيٍّ جابر بن سُلَيم رضي اللَّه عنه قال : رَأَيتُ رَجلاً يصْدُرُ النَّاسُ عَنْ رَأْيهِ لاَ يَقُولُ شَيئاً إِلاَّ صَدَرُوا عنه ، قلتُ : من هذا ؟ قالوا : رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم . قلتُ: عَليكَ السَّلامُ يا رسولَ اللَّه مَرَّتَيْنِ قال : «لا تَقُل علَيكَ السَّلامُ ، علَيكَ السلامُ تحِيَّةُ الموْتَى قُلِ : السَّلامُ علَيك » قال : قلتُ : أَنتَ رسول اللَّه ؟ قال : «أَنَا رسول اللَّه الذي إِذا أَصابَكَ ضَرٌّ فَدعَوْتَهُ كَشَفَهُ عنْكَ ، وإِذا أَصَابَكَ عامُ سنَة فَدَعوْتَهُ أَنبتَهَا لك ، وإِذَا كُنتَ بِأَرْضٍ قَفْرٍ أَوْ فلاةٍ ، فَضَلَّت راحِلَتُكَ ، فَدعوْتَه رَدَّهَا علَيكَ » قال : قلت : اعْهَدْ إِليَّ . قال : « لا تسُبَّنَّ أَحداً » قال : فَما سببْتُ بعْدهُ حُرّا ، ولا عبداً ، وَلا بَعِيراً، وَلا شَاةً « وَلا تَحقِرنَّ مِنَ المعروفِ شَيْئاً ، وأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاك وأَنتَ مُنْبسِطٌ إِليهِ وجهُكَ، إِنَّ ذلك مِنَ المعرُوفِ . وارفَع إِزاركَ إِلى نِصْفِ السَّاقِ ، فَإِن أبيتَ فإلى الكَعبين ، وإِياكَ وإِسْبال الإِزارِ فَإِنَّهَا مِن المخِيلةِ وإِنَّ اللَّه لا يحبُّ المَخِيلة ، وإن امْرؤٌ شَتَمك وَعَيَّركَ بمَا يَعْلَمُ فيكَ فلا تُعيِّرهُ بما تَعلَم فيهِ ، فإِنَّمَا وبالُ ذلكَ عليهِ » رواه أبو داود والترمذي بإِسنادٍ صحيحٍ ، وقال الترمذي : حديثٌ حسن صحيح .
Abu juray bin sulaim ra berkata: saya melihat seseorang yang selalu diikuti orang segala pendapatnya, dan tiadalah ia berpendapat melainkan selalu mendapat sambutan baik dari orang orang, maka saya bertanya: siapakah orang itu, jawab orang-orang : itulah Rosulullah saw, maka saya datang kepadanya sambil memberi salam ‘alaikassalamu ya rosulallah. Maka nabi berkata: jangan mengucapkan salam, ‘alaikassalamu, sebab salam seperti itu hanya untuk orang yang sudah mati, katakanlah assalamu’alaika. Kemudian saya bertanya : engkau utusan ALLAH? Jawab nabi: saya utusan ALLAH, tuhan yang bila kau menderita kesukaran lalu berdo’a mohon kepadanya, pasti IA menghindarkan kesukaran itu dari padamu. Dan bila kau menderita kekurangan makanan , lalu kau berdoa, pasti Ia menumbuhkan untukmu. Dan bila kau kehilangan kendaraan ditengah hutan, lalu berdo’a minta kepadanya niscahya Ia mengembalikannya padamu. Saya berkata: berilah nasehat kepadaku! Berkata nabi: jangan memaki orang, baik orang merdeka atau budak atau binatang unta dan kambing. Dan jangan meremehkan kebaikan dan berkatalah kepada temanmu dengan muka manis dan ramah. Semua kelakuan itu termasuk kebaikan. Dan tinggikan kainmu diatas betis kalau tidak maka kematakaki, awas janganlah menurunkan kain dimata kaki, karena itu termasuk dari kesombongan. Dan ALLAH tidak suka kepada kesombongan. Dan jika ada orang ada yang memaki kamu dengan kata-kata yang memang ada padamu maka jangan kau balas dengan makian yang ada padanya, sebab akibat makian itu akan kembali padanya.
وعن أبي سعيدٍ الخدْرِيِّ رضيَ اللَّهُ عنه قال: قَالَ رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم « إزرَةُ المُسلِمِ إِلى نصْفِ السَّاقِ ، وَلاَ حَرَجَ أَوْ لا جُنَاحَ فيما بَيْنَهُ وَبَيْنَ الكَعْبَيْنِ ، فَمَا كانَ أَسْفَلَ منَ الكعْبَينِ فَهَوُ في النَّارِ ، ومَنْ جَرَّ إِزارهُ بَطَراً لَمْ يَنْظرِ اللَّه إِلَيْهِ» .
رواهُ أَبُو داود بإِسنادٍ صحيح .
Abu a’id alkhudri ra berkata: rasulullah saw bersabda: kain sarung seorang muslim sampai ketengah-tengah betis, dan tidak mengapa yang diantara itu dengan mata kaki, dan yang dibawah mata kaki itu dineraka. Dan siapa yang memakai pakaian karena sombong tidak akan ALLAH lihat (tolong).
- وعنه عـن النبى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزار ففي النَّار » رواه البخاري .
Nabi saw berkata: apa yang dibawah matakaki dari kain, maka itu bagian dari api neraka.
- وعن أبي هريرة رضي اللَّه عنه أَنَّ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « لا ينْظُرُ اللَّه يَوْم القِيَامة إِلى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطراً » متفقٌ عليه .
Dari abu hurairoh ra, bahwa rosulullah saw berkata: tidak akan ALLAH pandang (tolong) di yaumul qiyamah kepada seseorang yang memakai pakaian dengan sombong.

Pakaian Rosululloh saw dan keharusan bertauladan padanya
Ubaid bin khalid berkata: pernah saya berjalan dalam keadaan memakai kain yang panjang terseret, lalu berkatalah seseorang kepada saya: angkatlah kainmu, karena dengan diangkat kainmu lebih awet dan lebih bersih. Saya pun memandang ke orang itu, dialah nabi saw. Lalu saya katakan : ini hanyalah kain selimut putih hitam. Lalu beliau bersabda : apa alasan bagi mu untuk tidak menjadikan saya sebagai teladan? Kemudian saya lihat beliau saw memakai pakaian dengan kain hanya sampai setengah kedua betis beliau. Hadits riwayat attarmidzi dan nasa’i.(kitab subulussalam)

Amru bin jarroh berkata: rasululloh memberi contoh empat jari dibawah lutut, seraya berkata : wahai amr ini batas kain. Kemudian beliau memberi contoh empat jari lagi dibawah empat jari tadi, kemudian beliau bersabda: wahai amr inilah batas kain sarung. Hadits riwayat athtabrani. (kitab subulussalam)

Sikap para shohabat ( abu baker assiddik ra dan Abdullah bin umar) kepada perintah nabi akan hal ini
- وعن ابن عمر رضي اللَّه عنهما أَنّ النبى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاءَ لَمْ يَنْظُر اللَّه إِليهِ يَوْم القِيَامَةِ » فقال أَبو بكر : يارسول اللَّه إِن إِزارى يَسْتَرْخى إِلا أَنْ أَتَعَاهَدَهُ، فقال له رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إِنَّكَ لَسْتَ مِمَّنْ يَفْعَلُهُ خُيَلاءَ ».
رواه البخاري ، وروى مسلم بعضه .
Dari ibnu umar ra bahwa nabi SAW berkata : barang siapa memakai pakaian dengan sombong tidak akan ALLAH perdulikan (tolong) pada hari kiamat. Maka berkata abu baker ra : ya rasulallah pakaian saya selalu turun kebawah kecuali saya benar-benar menjaganya. Maka berkata rosulullah : sesungguhnya dengan demikian engkau tidak termasuk melakukannya karena sombong.
Ikhwatil iman, kita bisa membaca disini seorang abubakar ra memahami bahwa tanda-tanda kesombongan didalam memakai pakaian adalah terlalu turun kebawah sehingga menutupi matakaki.
Maka sarungnya yang selalu turun kebawah membuatnya khawatir termasuk orang yang sombong dalam berpakaian, yaitu pada saat pakaian menutupi matakakinya dan beliau termasuk orang yang menjaga sarungnya untuk tidak turun menutupi mata kakinya, apabila sarungnya turun, maka di jaganya dan itu semua membuat beliau khawatir sehingga diungkapkanlah itu kepada Rasulullah saw, dan dengan keta’atan dan usaha yang demikian maka pantaslah apabila rasulullah mengatakan bahwa abu baker tidaklah termasuk orang yang sombong.
- وعن ابنِ عمر رضيَ اللَّه عنهما قال : مَرَرْتُ عَلى رسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَفي إِزاري اسْترْخَاءٌ . فَقَالَ : « يا عَبْدَ اللَّهِ ، ارْفَعْ إِزارَكَ » فَرفعتهُ ثُمَّ قَالَ : «زِدْ»، فَزِدْتُ ، فَمَا زِلْتُ أَتَحرَّاها بَعْدُ . فَقَالَ بَعْض القُوْمِ : إِلى أَيْنَ ؟ فَقَالَ : إِلى أَنْصاف السَّاقَيْنِ». رواهُ مسلم .
Ibnu umar ra berkata: ketika saya berjalan didepan nabi saw, ketika itu kain saya agak rendah, maka nabi berkata : hai Abdullah naikkan sarungmu, maka saya naikkan, nabi berkata lagi: naikkan lagi. Kemudian selalu saya jaga sarung saya sebagaimana petunjuk nabi. Orang bertanya kepada Abdullah: sampai dimana tingginya? Jawab Abdullah: sampai tengah-tengah betis.

Bahkan ALLAH tidak menerima sholat seseorang yang sholat dengan matakaki tertutup kain
- وعن أبي هريرة رضي اللَّه عنه ، قال : بينما رَجُل يُصَلِّى مُسْبِلٌ إِزَارَه، قال له رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « اذهَب فَتَوضأْ » فَذهَب فَتَوضَّأَ ، ثم جاءَ ، فقال: «اذهبْ فَتَوضَّأْ » فقال له رجُلٌ : يا رسول اللَّه . مالكَ أَمرْتَهُ أَن يَتَوَضَّأَ ثم سَكَتَّ عنه ؟ قال : « إِنه كانَ يُصلِّى وهو مُسْبلٌ إِزارهُ ، إِن اللَّه لا يقْبلُ صلاةَ رجُلٍ مُسبِلٍ »
رواه أبو داود بإِسنادٍ على شرط مسلم .
Abu hurairih ra berkata: ketika seseorang sholat dengan kain dibawah mata kaki, maka rasulullah berkata kepadanya : pergilah berwudhu dan sesudah berwudhu nabi berkata lagi pergilah berwudhu. Maka melihat hal itu seseorang bertanya : ya rosulalaah mengapa kau suruh berwudhu kemudian setelah berwudhu kau diamkan ia? Jawab nabi: dia telah sholat dengan kain menutupi matakaki dan sesungguhnya ALLAH tidak menerima sholatnya orang yang kainnya menutupi matakakinya.
Hadits hadits diatas dari kitab riyadusholihin karangan imam nawawi mazhab assyafi’iyyah
Imam syafi’i berpendapat berpakaian menutupi matakaki dengan sombong adalah haram dan apabila tidak disertai sombong maka ini dibenci ALLAH. (kitab subulussalam)
Ibnul barri mengatakan : sesungguhnya pakaian yang terlalu panjang (menutupi matakaki) adalah tercela. (kitab subulussalam)
Ibnul arabi mengatakan memanjangkan pakaian melebihi mata kaki tidak dapat diterima, karena pemanjangan itu sendiri tanda kesombongan. (kitab subulussalam)
Asshon’ani mengatakan berpakaian yang terbaik adalah bertauladan pada nabi saw yaitu separo betis, karena rasulullah berpakaian seperti itu. (kitab subulussalam)
Imam nawawi berpendapat : berpakaian menutupi matakaki dengan sombong haram dan tanpa kesombongan makruh(dibenci ALLAH). (kitab riyadusholihin)
Kemudian bagaimana dengan saya? Semoga ALLAH mudahkan saya dan orang-orang yang saya cintai mengikuti yang terbaik yaitu yang telah dicontohkan nabi Muhammad saw dan yang lebih menyelamatkan bagi akhirat saya. amiin
Mudah-mudahan tulisan ini ada manfaatnya, diambil dari kitab riyadhussolihin dan kitab subulussalam
Budi wahyudi , sawangan 16 maret 2007

Senin, 21 Januari 2008

Darinya Sekantung Kebahagiaan

Saya masih sangat merasakan akan apa yang ada pada saudaraku Rahmat Budiarso, senyumnya yang tulus tergambar dari bibir dan pipinya, dia adalah orang yang saya kenal tidak pernah marah, walaupun saya sering sekali bicara keras padanya, sekarang barulah terasa sesungguhnya ada yang telah hilang sebagian dari kehidupanku setelah beliau menempuh kehidupan yang sebenarnya kehidupan, semoga ALLAH memberikan padanya kebahagiaan yang kekal.
Pernah dalam majlis pekanan beliau memberikan nasehat yang bertema sekantung kebahagiaan, dan itu merupakan nasehat terakhir bagi kami sahabatnya terutama saya. Saya bisa menangkap kegelisahan beliau, bahwa setiap kita saat ini kering akan saling memberi kebahagiaan walaupun sekedar senyum tulus kepada saudaranya.
Disini, melalui tulisan ini saya ingin mengulas terkait hal pentingnya kita saling membahagiakan. Harapan saya mudah-mudahan kita semua dimudahkan untuk memahami dan saling memberikan kebahagiaan.
Seorang muslim yang baik berharap agar dirinya dicintai Allah, menjadi orang bertakwa. Semua dapat diperoleh dengan menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Diantara tanda-tanda seseorang dicintai Allah, yaitu jika dirinya dicintai olah orang-orang shalih, diterima oleh hati mereka. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi was sallam bersabda, yang artinya :“Sesungguhnya Allah jika mencintai seorang hamba, Ia memanggil Jibril, “Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia.”Lalu Jibril mencintainya dan menyeru kepada penduduk langit, “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia.”Maka (penduduk langit) mencintainya, kemudian menjadi orang yang diterima di muka bumi.” (Hadits Bukhari dan Muslim,dalam Shahih Jami’ush Shaghir no.283)Diantara sifat-sifat muslim yang dicintai oleh orang-orang shalih di muka bumi ini, diantaranya ia mencintai mereka karena Allah, berakhlak kepada manusia dengan akhlak yang baik, memberi manfaat, melakukan hal-hal yang disukai manusia dan menghindari dari sikap-sikap yang tidak disukai manusia.Berikut ini beberapa dalil yang menguatkan keterangan di atas.Allah berfirman yang artinya :“Pergauilah mereka (isteri) dengan baik”.(QS An-Nisaa’19)“Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”. (QS.Ali-Imran 134)Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, yang artinya :“Bertakwalah engkau dimanapun engkau berada, Sertailah keburukan itu dengan kebaikan, niscayakebaikan itu akan menghapus keburukan.Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik”. (HR.Tirmidzi, ia berkata:Hadits hasan).“Seutama-utama amal Shalih, ialah agar engkau memasukkan kegembiraan kepada saudaramu yang beriman”.(HR.Ibn Abi Dunya dan dihasankan olah Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ush Shaghir 1096).Adab bergaul dengan manusia merupakan bagian dari akhlakul karimah (akhlak yang mulia). Akhlak yang mulia itu sendiri merupakan bagian dari dienul Islam. Walaupun prioritas pertama yang diajarkan olah para Nabi adalah tauhid, namun bersamaan dengan itu, mereka juga mengajarkan akhlak yang baik. Bahkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam diutus untuk menyempurnakan akhlak. beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah seorang manusia yang berakhlak mulia. Allah berfirman, yang artinya :“Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung”.(QS.Al-Qalam 4).Dan kita diperintahkan untuk mengikuti beliau, taat kepadanya dan menjadikannya sebagai teladan dalam hidup. Allah telah menyatakan dalam firman-Nya :“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik (QS.Al-Ahzab 21).Dengan mempraktekkan adab-adab dalam bergaul, maka kita akan memperoleh manfaat, yaitu berupa ukhuwah yang kuat diantara umat Islam, ukhuwah yang kokoh, yang dilandasi iman dan keikhlasan kepada Allah. Allah telah berfirman :“Dan berpegang teguhlah kalian denga tali (agama ) Allah bersama-sama , dan janganlah kalian bercerai-berai, Dan ingatlah nikmat Allah yang telah Allah berikan kepada kalian, ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, lalu Allah lunakkan hati-hati kalian sehingga dengan nikmat-Nya, kalian menjadi bersaudara, padahal tadinya kalian berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayatnya, agar kalian mendapat petunjuk.(QS.Al-Imran 103). Oleh karena itu, adab-adab bergaul ini sangat perlu dipelajari untuk kita amalkan.kita harus mengetahui, bagaimana adab terhadap orang tua, adab terhadap saudara kita, adab terhadap istri kita, adab seorang istri terhadap suaminya, adab terhadap teman sekerja atau terhadap atasan dan bawahan. Jika kita seorang da’i atau guru, maka harus mengetahui bagaimana adab bermuamalah dengan da’i atau lainnya dan dengan mad’u (yang didakwahi) atau terhadap muridnya. Demikian juga apabila seorang guru, atau seorang murid atau apapun jabatan dan kedudukannya, maka kita perlu untuk mengetahui etika atau adab-adab dalam bergaul. Kurang mempraktekkan etika bergaul, menyebabkan dakwah yang haq dijauhi oleh manusia. Manusia menjadi lari dari kebenaran disebabkan ahli haq atau pendukung kebenaran itu sendiri melakukan praktek yang salah dalam bergaul dengan orang lain. Sebenarnya memang tidaklah dibenarkan seseorang lari dari kebenaran, disebabkan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.Jika inti ajaran yang dibawa oleh seseorang itu benar, maka kita harus menerimanya, dengan tidak memperdulikan cara penyampaiannya yang benar atau salah, etikanya baik atau buruk, akan tetapi pada kenyataannya, kebanyakan orang melihat dulu kepada etika orang itu. Oleh karena itu, mengetahui etika ini penting bagi kita, sebagai muslim yang punya kewajiban saling menasehati sesama manusia, agar bisa mempraktekkan cara bergaul yang benar.Faktor yang mendorong seorang muslim dalam bergaul dengan orang lain ialah semata-mata mencariridha Allah. ketika seorang muslim tersenyum kepada saudaranya, maka itu semata-mata mencari ridha Allah, karena tersenyum merupakan perbuatan baik. Demikian juga ketika seorang muslim membantu temannya atau ketika mendengarkan kesulitan-kesulitan temannya, ketika menepati janji, tidak berkata-kata yang menyakitkan kepada orang lain, maka perbuatan-perbuatan itu semata-matauntuk mencari ridha Allah, Demikianlah seharusnya. jangan sebaliknya, yaitu, bertujuan bukan dalam rangka mencari ridha Allah. Misalnya : bermuka manis kepada orang lain, menepati janji, berbicara lemah-lembut, semua itu dilakukan karena kepentingan dunia. atau ketika berurusan dalam perdagangan, sikapnya ditunjukkan hanya semata-mata untuk kemaslahatan dunia. tingkah laku seperti ini yang membedakan antara muslim dengan non muslim.Bisa saja seorang muslim bermuamalah dengan sesamanya karena tujuan dunia semata. Seseorang mau akrab, menjalin persahabatan disebabkan adanya keuntungan yang didapatnya dari orang lain. Manakala keuntungan itu tidak didapatkan lagi, maka ia berubah menjadi tidak mau kenal dan akrablagi. Atau seseorang senang ketika oramg lain memberi sesuatu kepadanya, akan tetapi ketika sudah tidak diberi, kemudian berubah menjadi benci. Hal seperti itu bisa terjadi pada diri seorang muslim. Sikap seperti itu merupakan perbuatan salah.Al-Imam Ibn Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitab Zaadul Ma’ad juz : “diantara kecintaan terhadap sesama muslim ada yang disebut mahabbatun linaili gharadlin minal mahbud, yaitu suatu kecintaan untuk mencapai tujuan dari yang dicintainya, bisa jadi tujuan yang ingin ia dapatkan dari kedudukan orang tersebut, atau hartanya, atau ingin mendapatkan manfaat berupa ilmu dan bimbingan orang tersebut, atau untuk tujuan tertentu; maka yang demikian itu disebut kecintaankarena tendensi. atau karena ada tujuan yang ingin dicapai, kemudian kecintaan ini akan lenyap pula seiring dengan lenyapnya tujuan tadi. Karena sesungguhnya, siapa saja yang mencintaimu dikarenakan adanya suatu keperluan, maka ia akan berpaling darimu jika telah tercapai keinginannya”. hal seperti ini sering terjadi dalam kehidupan kita.Contohnya :seorang karyawan sangat menghormati dan perhatian kepada atasannya di tempat kerja. tetapi apabila atasannya itu sudah pensiun atau sudah tidak menjabat lagi, karyawan ini tidak pernah memikirkan dan memperhatikannya lagi.Begitu juga ketika seseorang masih menjadi murid, sangat menghormati gurunya. Namun ketika sudah lulus (tidak menjadi muridnya lagi), bahkan sekolahnya sudah lebih tinggi dari gurunya itu, bertemu di jalan pun enggan untuk menyapa.Banyak orang yang berteman akrab hanya sebatas ketika ada kepentingannya saja.yakni ketika menguntungkannya, dia akrab, sering mengunjungi, berbincang-bincang danmemperhatikannya.namun ketika sudah tidak ada keuntungan yang bisa didapatnya, kenal pun tidakmau. Ada juga seseorang yang hanya hormat kepada orang kaya saja. Adapun kepada orang miskin,memandang pun sudah tidak mau. Hal semacam ini bukan berasal aturan-aturan Islam. Menilai seseorang hanya dikarenakan hartanya, hanya karena nasabnya, hanya karena ilmunya, yaitu jika kepada orang yang berilmu dia hormat dan menyepelekan kepada orang yang tak berilmu. hal-hal seperti itu merupakan perbuatan yang keliru. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah menjelaskan dalam Majmu’Fatawa,beliau berkata: “Jiwa manusia itu telah diberi naluri untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya, namun pada hakekatnya sesungguhnya hal itu sebagai kecintaan kepada kebaikan, bukan kepada orang yang telah berbuat baik.apabila orang yang berbuat baik itu memutuskan kebaikannya atau perbuatan baiknya, maka kecintaannya akan melemah, bahkan bisa berbalik menjadi kebencian. Maka kecintaan demikian bukan karena Allah. Barangsiapa yang mencintai orang lain dikarenakan dia itu memberi sesuatu kepadanya, maka dia semata-mata cinta kepada pemberian. Dan barang siapa yang mengatakan: “saya cinta kepadanya karena Allah”, maka dia pendusta. Begitu pula, barang siapa yang menolongnya, maka dia semata-mata mencintai pertolongan, bukan cinta kepada yang menolong. Yang demikian itu, semuanya termasuk mengikuti hawa nafsu. Karena pada hakekatnya dia mencintai orang lain untuk mendapatkan manfaat darinya, atau agar tehindar dari bahaya. Demikianlah pada umumnya manusia saling mencintai pada sesamanya, dan yang demikian itu tidak akan diberi pahala di akhirat, dan tidak akan memberi manfaat bagi mereka. Bahkan bisa jadi hal demikian itu mengakibatkan terjerumuspada nifaq dan sifat kemunafikan. Ucapan Ibn Taimiyah rahimahullah ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Az-Zukhruf 67,artinya: “teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya akan menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang bertakwa. adapun orang-orang bertakwa, persahabatan mereka akan langgeng sampai di alam akhirat, karena didasari lillah dan fillah. Yaitu cinta karena Allah. Sebaliknya, bagi orang-orang yang tidak bertakwa, di akhirat nanti mereka akan menjadi musuh satu sama lain. Persahabatan mereka hanya berdasarkan kepentingan dunia. Diantara motto mereka ialah: “Tidak ada teman yang abadi, tidak ada musuh yang abadi, yang ada hanya kepentingan yang abadi”.Dasar persahabatan mereka bukan karena dien, tetapi karena kepentingan duniawi. Berupa ambisi untuk mendapatkan kekuasaan, harta dan sebagainya dengan tidak memperdulikan apakah cara yang mereka lakukan diridhoi Allah, sesuai dengan aturan-aturan Islam ataukah tidak. (Budi Wahyudi SE, MM)

Senin, 14 Januari 2008

Pentingnya Tauhid


Ketahuilah Bahwa Penghuni Surga Itu Sedikit
Yang jadi masalah adalah ketika penghuni surga jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penghuni neraka sebagai mana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Allah berfirman: “Wahai Adam!” maka ia menjawab: “Labbaik wa sa’daik” kemudian Allah berfirman: “Keluarkanlah dari keturunanmu delegasi neraka!” maka Adam bertanya: “Ya Rabb, apakah itu delegasi neraka?” Allah berfirman: “Dari setiap 1000 orang 999 di neraka dan hanya 1 orang yang masuk surga.” Maka ketika itu para sahabat yang mendengar bergemuruh membicarakan hal tersebut. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah siapakah di antara kami yang menjadi satu orang tersebut?” Maka beliau bersabda: “Bergembiralah, karena kalian berada di dalam dua umat, tidaklah umat tersebut berbaur dengan umat yang lain melainkan akan memperbanyaknya, yaitu Ya’juj dan Ma’juj. Pada lafaz yang lain: “Dan tidaklah posisi kalian di antara manusia melainkan seperti rambut putih di kulit sapi yang hitam, atau seperti rambut hitam di kulit sapi yang putih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Padahal kita ketahui bahwa kaum muslimin saat ini adalah hampir separuh penduduk dunia dan terus bertambah, sedangkan kaum kuffar di Eropa jumlahnya kian berkurang karena mereka ‘malas’ untuk menikah dan punya anak. Bahkan di antara negara-negara Eropa yang memberikan tunjangan agar penduduknya mau menikah dan punya anak.
Kabar yang sedikit menggembirakan kita adalah kenyataan bahwa Ya’juj dan Ma’juj yang akan keluar menjelang hari kiamat itu jumlahnya sangat banyak, hingga mampu meminum air danau thobariah hingga kering, sebagaimana dikabarkan dalam hadits yang shahih. Akan tetapi kita tidak mengetahui berapa perbandingan sebenarnya antara orang yang mengaku islam dengan orang-orang kafir. Sedangkan orang yang mengaku Islam dan mengucapkan kalimat syahadat belum tentu masuk surga. Sebab…
Mengucapkan Kalimat Syahadat Bukan Jaminan Masuk Surga
“Wah, ngawur ente!!” (berdasarkan hadits “Siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah akan masuk surga”). Mungkin itu komentar yang muncul, setelah membaca sub judul di atas. Akan tetapi yang kami maksudkan di sini adalah, bahwa hanya sekedar perkataan tidaklah bermanfaat bagi kita jika kita tidak memahami dan mengamalkan maknanya. Karena kaum munafik juga mengatakan kalimat tersebut, mereka juga sholat, puasa, mengeluarkan zakat, dan pergi haji seperti kaum muslimin yang lainnya. Akan tetapi, mengapa kaum munafik ditempatkan pada jurang neraka yang paling dasar? Allah berfirman,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa’: 145)
Yang lebih mengherankan, apa yang menyebabkan mereka tidak bisa menjawab 3 pertanyaan yang mudah (siapa Rabbmu? apa agamamu? dan siapa nabimu? di dalam kubur?).
Jawaban mereka adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
هاه، هاه، لا أدري، سمعت الناس يقولون شئ فقلته
“Hah… hah… aku tidak tahu, aku mendengar orang mengatakan sesuatu, kemudian aku mengatakan hal tersebut.”
Pertanyaannya memang mudah, tetapi menjawabnya sangatlah sulit. Karena hati manusia di akhirat merupakan hasil dari perbuatannya di dunia. Jika di dunia dia meremehkan agamanya, maka dia tidak akan bisa mengatakan bahwa agamanya adalah Islam. Sekarang, jika kaum munafik yang mengucapkan syahadat kemudian mengamalkan sholat, puasa, zakat, dan haji, tidak dianggap telah mengamalkan makna syahadat, maka apa sih makna syahadat yang (harus kita amalkan) sebenarnya?
Makna Kalimat Syahadat “Laa Ilaaha Illallah”
Makna kalimat syahadat tersebut bukanlah pengakuan bahwa Allah adalah pencipta, pemberi rezeki dan pengatur seluruh alam semesta ini. Karena orang Yahudi dan Nasrani juga mengakuinya. Akan tetapi mereka tetap dikatakan kafir. Bahkan kaum musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga meyakini hal tersebut. Sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam banyak ayat di Al Quran, di antaranya adalah:
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنْ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنْ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنْ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah (wahai Muhammad): “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS. Yunus: 31)
Bahkan kaum musyrikin tersebut mengatakan bahwa penyembahan mereka terhadap berhala-berhala yang merupakan patung orang-orang shalih itu adalah dengan tujuan untuk mendapatkan syafaat mereka dan kedekatan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala (sebagaimana para penyembah kuburan para wali di sebagian negeri kaum muslimin). Hal tersebut dinyatakan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut:
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar: 3)
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan mudarat dan manfaat bagi mereka, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus: 18)
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah.” (QS. Yusuf: 106)
Yaitu mengimani, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta, pemberi rezeki dan pengatur alam semesta, akan tetapi mempersekutukan-Nya dalam peribadatan. Secara ringkas makna syahadat “Laa ilaaha illallah” adalah tidak ada sembahan yang haq (benar) kecuali Allah. Seorang yang bersaksi dengan kalimat tersebut harus meninggalkan pengabdian kepada selain Allah dan hanya beribadah kepada Allah saja secara lahir maupun batin. Sama saja, baik yang dijadikan sembahan selain Allah itu malaikat, nabi, wali, orang-orang shalih, matahari, bulan, bintang, batu, pohon, jin, patung dan gambar-gambar. Jika kita masih merasa tenang dengan menganggap diri kita adalah ahli tauhid serta memandang remeh untuk mendalami dan medakwahkannya maka perhatikanlah beberapa hal berikut:
Tujuan Penciptaan Jin dan Manusia Adalah Untuk Menauhidkan Allah
(وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka (hanya) menyembahku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Seseorang tidaklah dianggap telah beribadah kepada Allah jika dia masih berbuat syirik, sebab amalan ibadah dari orang yang mempersekutukan Allah akan dihapuskan dan tidak bermanfaat sedikit pun di sisi Allah.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)
Karena tauhid adalah menunggalkan Allah dalam peribadatan, maka syirik membatalkan tauhid sebagaimana berhadats dapat membatalkan wudhu. Jika sholatnya orang yang berhadats tidaklah sah, dalam arti kata belum dianggap telah melakukan sholat sehingga harus diulangi, maka begitu pun syirik jika mencampuri tauhid, akan merusak tauhid tersebut dan membatalkannya.
Tauhid Merupakan Tujuan Diutusnya Para Rasul
Sebelumnya manusia adalah umat yang satu, berasal dari Nabi Adam ‘alaihissalam. Mereka beriman dan menyembah hanya kepada Allah saja. Kemudian datanglah syaitan menggoda manusia untuk mengada-adakan bid’ah dalam agama mereka. Bid’ah-bid’ah kecil yang semula dianggap remah saat generasi berganti generasi, bid’ahnya pun semakin menjadi. Hingga pada akhirnya menggelincirkan mereka kepada bid’ah yang sangat besar, yaitu kemusyrikan.
Iblis terbilang cukup ‘sabar’ dalam melancarkan aksinya selama sepuluh abad untuk menggelincirkan keturunan Adam ‘alaihissalam kepada kemusyrikan –sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu (lihat “Kisah Para Nabi”, Ibnu Katsir)– Hingga tatkala seluruhnya tenggelam dalam kemusyrikan, Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nuh ‘alaihi salam.
Demikianlah, setiap kali kemusyrikan merajalela pada suatu kaum, maka Allah mengutus rasul-Nya untuk mengembalikan mereka kepada tauhid dan menjauhi syirik.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thoghut (sembahan selain Allah).” (QS. An Nahl: 36)
وَمَا أَرْسَلنَا مِن قَبلِكَ مِنْ رََسُولٍ إِلا نُوحِي إلَيهِ أنَّه لا إِلهَ إلا أنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: bahwa tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al Anbiya: 25)
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, Allah subhanahu wa ta’ala tidak lagi mengutus rasul. Hal ini bukanlah dalil bahwa kemusyrikan tidak akan pernah terjadi lagi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana dikatakan beberapa orang. Akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala menjamin bahwa akan senantiasa ada segolongan dari umat ini yang berada di atas tauhid dan mendakwahkannya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim.
Tauhid Adalah Kewajiban Pertama Bagi Manusia Dewasa dan Berakal
Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa mendahulukan perintah tauhid dan menjauhi syirik, sebelum memerintahkan yang lainnya dalam setiap firmannya di Al Quran.
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي القُرْبَى وَاليَتَامَى وَالمَسَاكِيْنَ وَالْجَارِ ذِي القُرْبَى وَالجَارِ الجُنُبِ والصَّاحِبِ بِالجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيْلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun. Dan berbuat baiklah pada kedua orang tua (ibu & bapak), karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabiil dan hamba sahayamu.” (QS. An Nisa: 36)
Pelanggaran Tauhid Adalah Keharaman Yang Terbesar
قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا
“Katakanlah: marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan suatu apapun dengan Dia, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua…” (QS. Al An’am: 151)
Allah mendahulukan penyebutan pengharaman syirik sebelum yang lainnya, karena keharaman syirik adalah yang terbesar.
Tauhid Harus Diajarkan Sejak Dini
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada Ibnu Abbas tentang tauhid sejak beliau masih kecil.
إذا سألت فاسأل الله و إذ استعنت فستعن بالله
“Jika engkau hendak memohon, maka mintalah kepada Allah, jika engkau hendak memohon pertolongan, maka memohonlah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Tauhid Adalah Materi Dakwah Yang Pertama Kali Harus Diserukan
Saat mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنك تأتي قوما من أهل الكتاب فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله – و في رواية : إلي أن يوحدوا الله
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah dakwah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah syahadat Laa ilaaha illallah (dalam riwayat lain disebutkan: agar mereka menauhidkan Allah).” (HR. Bukhari, Muslim)
Jika kita masih menganggap bahwa, itu jika yang menjadi objek dakwah kita adalah orang kafir. Jika kaum muslimin maka tidak demikian. Maka ingatlah, betapa banyak kaum muslimin yang jika tidak mendapatkan kesembuhan dari penyakit secara medis mereka berbondong-bondong mengunjungi dukun atau yang dikenal dengan istilah sekarang sebagi paranormal. Ingatlah, betapa banyak kaum muslimin yang tinggal di pesisir pantai yang melakukan penyembelihan kurban kepada selain Allah (baca: Nyi Roro Kidul) yang mereka istilahkan dengan sedekah laut. Ingatlah, betapa banyak kaum muslimin yang menyembelih kerbau untuk ditanam kepalanya di bawah jembatan yang hendak mereka bangun, sebagai persembahan agar mereka tidak diganggu oleh jin penunggu daerah tersebut? Berapa banyak kemusyrikan-kemusyrikan yang merajalela di tengah umat ini, sedangkan sebagian kaum muslimin yang lain mengatakan bahwa hal tersebut adalah ‘kebudayaan’ bangsa yang harus dilestarikan? Betapa sedikitnya kaum muslimin yang memahami dan mengamalkan tauhid? Lahan dakwah tauhid masih terlalu luas, akankah kita berdiam diri dan tetap meremehkan masalah ini? Wallahu waliyyut taufiiq.

Peran Kader dan Masyarakat dalam Proses Pembangunan Kota Depok

Kader da’wah lillah yang berada dalam hizb keadilan sejahtera, sudah saatnya kita turut serta meningkatkan perhatian dan kerja pada kota depok, khususnya kecamatan sawangan yang kita cintai ini. Sebagai satu bentuk upaya kepedulian, mengoptimalisasikan dan mengurangi tindakan yang merugikan masyarakat. Ada beberapa proses kerja yang kita dituntut untuk terlibat didalamnya :
1. Perencanaan pembangunan ditingkat kelurahan, kecamatan dan kota. Berdasarkan surat edaran mentri dalam negeri perihal pedoman penyelenggaraan forum koordinasi pembangunan partisipatif bulan mei 2003, masyarakat dituntut untuk terlibat dalam proses perencanaan pembangunan fisik dan non fisik ditingkat kelurahan dimana mereka tinggal dan ditingkat kecamatan hingga tingkat kota. Ditingkat kelurahan dinamakan musranbangkel (musyawarah pembangunan kelurahan) dengan peserta musyawarah : tokoh masyarakat, rt/rw, lurah, LPM, PKK, karang taruna, kelompok masyarakat dan organisasi masyarakat dan dunia usaha. Out put dari musyawarah tersebut berupa daftar usulan kegiatan seperti fisik, yaitu perbaikan dan pengaspalan jalan, pembangunan drainase, dll.
2. Pelaku pembangunan atau pelaksana pembangunan. Dengan menjadi anggota LPM ditingkat kelurahan, koordinasi pembangunan dikelurahan selalu melibatkan lpm, bahkan untuk pembangunan dibawah 50 juta pelaksanannya adalah LPM. Atau menjadi pengusaha atau pelaku ekonomi yang mendapatkan bantuan seperti koperasi atau yang lainnya dan pengusaha yang mendapatkan tender pembangunan.
3. Pengawas pembangunan, masyarakat berhak dan berkewajiban melaporkan segala temuan yang merugikan kepada yang berwenang. Seperti anggota dewan atau kepolisian.
Mari kita kuatkan niat dalam jihad ini, bekerja sama hingga tidak ada lagi masyarakat yang dirugikan, bersabar karena mereka yang dzolim tidak akan tinggal diam, istiqomah karena ujian pasti akan kita temukan baik berupa kesenangan atau kepedihan.
Jazakumullahu khoiron katsiro.
Budi Wahyudi

Menggali Potensi Daerah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Daerah Kota Depok

Kota depok sebagai kota baru dan berkembang, memiliki banyak potensi yang dapat digali dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah. Kita dapat melihat investor memasuki kota depok mulai dari pusat perbelanjaan, perumahan, lembaga pendidikan, sarana hiburan, angkutan kota dan lainnya. Beberapa hal dapat dilakukankan dalam upaya meningkatkan pendapatan, diantaranya :
1) Potensi pajak dan retribusi daerah, BUMD serta sumber PAD lainnya. Sumber pendapatan daerah yang paling potensial adalah PAD. Namun kendalanya adalah belum diketahui potensi riil, oleh karena itu perlu dilakukan analisa potensi pajak yang harus diawali dari pendataan yang benar, dari potensi yang ada oleh dinas terkait hingga peneguran kepada pihak investor atau subjak pajak untuk mematuhi ketentuan yang berlaku.
2) Perlunya diketahui sector basis perekonomian. Masyarakat kota depok yang sebagian besar bekerja dijakarta dan membelanjakan uang nya di depok, lingkungan alam dengan setu, kolam pemancingannya, penghubung bogor dengan Jakarta, menjadikan depok berpotensi dan menjadi daya tarik bagi para investor untuk menyediakan sarana hiburan, lembaga keuangan dan pusat perbelanjaan. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan direncanakan kebijakan dari eksekutif dan legislative yang sesuai dengan potensi yang ada, dengan mempertimbangkan aspek religius masyarakat, rasa aman, membentuk masyarakat mandiri, yang adil bagi seluruh masyarakat depok dan dalam upaya meningkatkan kesejetahteraan.
3) Perhatian kepada Sumber daya manusia (fiscus dan aparat). Dalam menggali potensi sumber pemdapatan daerah, perlu dipertimbangkan kondisi SDM yang menjalankannya, diantaranya, :
1) perlu dilakukan system insentif agar petugas termotivasi untuk meningkatkan penggalian sumber pendapatan daerah.
2) Perlu dilakukan system reward and punishment. Penghargaan harus diberikan kepada pegawai yang berprestasi dan sanksi perlu diberikan bagi yang melanggar aturan.
3) Bagi fiscus, perlu dipertimbangkan kemampuan membayar, dan dilakukan pembinaan agar mampu dan berkembang.Perlu dilakukan analisis terhadap system dan prosedur pemungutan pendapatan. Sumber pendapatan tidak tergali optimal ketika banyak kebocoran-kebocoran terjadi sebelum dana tersebut masuk ke kas daerah, untuk itu perlu dibuat system dan mekanisme yang cepat dan tepat, sehingga pendapatan yang diterima bisa langsung terdata dengan baik.

Minggu, 13 Januari 2008

Mengetahui Tanda-tanda Munafiq

Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga: bila berbicara, ia berdusta; bila berjanji ia mengingkari, dan bila diberi kepercayaan (amanah), ia berkhianat.” Muttafaqun ‘alaih. Dari hadits Abdullah bin Umar disebutkan, “Dan bila berselisih, ia berbuat fajir.” Pelajaran Hadits 1. Definisi Nifaq Ibn Rajab berkata: “Nifaq secara bahasa merupakan jenis penipuan, makar, menampakkan kebaikan dan memendam kebalikannya. Secara syari’at terbagi dua: Pertama, Nifaq Akbar (Kemunafikan Besar); yaitu upaya seseorang menampakkan keimanan kepada Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab, Rasul dan hari akhir, sebaliknya memendam lawan dari itu semua atau sebagiannya. Inilah bentuk nifaq (kemunafikan) yang terjadi pada masa Rasulullah SAW dan yang dicela dan dikafirkan para pelakunya oleh al-Qur’an. Rasulullah SAW menginformasikan bahwa pelakunya kelak akan menempati neraka paling bawah. Kedua, Nifaq Ashghar (Kemunafikan Kecil); yaitu kemunafikan dalam perbuatan. Gambarannya, seseorang menampakkan secara teranga-terangan keshalihannya namun menyembunyikan sifat yang berlawanan dengan itu. 2. Pokok-Pokok Nifaq Pokok-pokoknya kembali kepada beberapa sifat yang disebutkan dalam hadits-hadits (yang disebutkan Ibn Rajab dalam syarah Arba’in, termasuk hadits yang kita kaji ini), di antaranya: 1. Seseorang berbicara mengenai sesuatu yang dibenarkan orang lain padahal ia berdusta. Nabi SAW bersabda dalam kitab al-Musnad karya Imam Ahmad, “Amat besar pengkhianatanya manakala kamu berbicara kepada saudaramu dengan suatu pembicaraan di mana ia membenarkanmu namun kamu berdusta kepadanya.” 2. Bila berjanji, ia mengingkari. Ini terbagi kepada dua jenis: Pertama, seseorang berjanji padahal di dalam niatannya tidak ingin menepatinya. Ini merupakan pekerti paling buruk. Kedua, Berjanji pada dirinya untuk menepati janji, kemudian timbul sesuatu, lalu mengingkarinya tanpa alasan. Dalam hadits yang dikeluarkan Abu Daud dan at-Turmudzi dari hadits Zaid bin Arqam, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Bila seorang laki-laki berjanji dan berniat menepatinya namun tidak dapat menepatinya, maka tidak apa-apa baginya (ia tidak berdosa).” 3. Bila berseteru, ia berbuat fajir. Makna fujur adalah keluar dari kebenaran secara sengaja sehingga kebenaran ini menjadi kebatilan dan kebatilan menjadi kebenaran. Dan inilah yang menyebabkannya melakukan dusta sebagaimana sabda Nabi SAW, “Berhati-hatilah terhadap kedustaan, sebab kedustaan dapat menggiring kepada ke-fujur-an dan ke-fujur-an menggiring kepada neraka.” Di dalam kitab ash-Shahihain dari nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya laki-laki yang paling dibenci Allah adalah yang paling suka berseteru dalam kebatilan.” Dan di dalam sunan Abi Daud, dari Ibnu ‘Umar, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa yang berseteru dalam kebatilan padahal ia mengetahuinya, maka senantiasalah ia dalam kemurkaan Allah hingga menghadapi sakaratul maut.” Di dalam riwayat lain, “Barangsiapa yang membantu dalam perseteruan secara zhalim, maka ia akan mendapatkan kemurkaan dari Allah.” 4. Bila berjanji, ia mengkhianati (mengingkari) dan tidak menepatinya. Padahal Allah SWT menyuruh agar menepati janji seraya berfirman, “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung-jawabannya.” (QS.al-Isra’/17:34) Dan firman-Nya, “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).” (QS.an-Nahl/16:91) Di dalam kitab ash-Shahihain dari Ibn ‘Umar dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Setiap pengkhianat akan memiliki panji pengenal pada hari kiamat, lalu dikatakan; inilah pengkhianatan si fulan.” Mengkhianati setiap perjanjian yang terjadi antara seorang Muslim dan orang lain haram hukumnya sekali pun orang yang diajak berjanji itu adalah seorang kafir. Oleh karena itu, di dalam riwayat al-Bukhari, dari hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Siapa yang membunuh jiwa yang diberi perjanjian tanpa hak, maka ia tidak akan mencium bau surga. Sesungguhnya baunya terasa dari jarak perjalanan 40 tahun.” Tentunya, perjanjian yang terjadi di antara sesama Muslim, harus lebih ditepati lagi dan membatalkannya merupakan dosa besar. Bentuk dosa paling besar dalam hal ini adalah membatalkan perjanjian dengan imam (pemimpin negara Islam) yang dilakukan oleh orang-orang yang mengikuti dan sudah rela terhadapnya. Di dalam kitab ash-Shahihain, dari hadits Abu Hurairah RA, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak Dia bersihkan diri mereka dan mereka malah akan mendapat azab yang pedih…” Di dalam hadits ini, beliau SAW menyebutkan salah satu dari mereka, yaitu seorang laki-laki yang telah membai’at seorang imam, tetapi ia membai’atnya hanya karena dunia; jika ia (sang imam) memberinya sesuai dengan apa yang diinginkannya, maka ia menepatinya dan bila tidak, maka ia tidak pernah menepatinya.” Termasuk dalam janji yang wajib ditepati dan haram dikhianati adalah seluruh akad seperti jual beli, pernikahan dan akad-akad lazim yang wajib ditepati, yang terjadi di antara sesama Muslim bila mereka saling rela atasnya. Demikian pula, sesuatu yang wajib ditepati karena Allah SWT dari perjanjian hamba dengan Rabbnya seperti nadzar berbuat kebajikan dan semisalnya. 5. Bila diberi amanah, ia berkhianat. Bila seseorang diberi amanah, maka ia wajib mengembalikannya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS.an-Nisa’/4:58) At-Turmudzi dan Abu Daud mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Tunaikanlah amanah kepada orang yang beramanah kepadamu dan janganlan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu.” Khianat terhadap amanah merupakan salah satu sifat munafik sebagaimana firman Allah SWT, “Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shaleh.[75] Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).[76]Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.[77]” (QS.at-Taubah/9:75-77) Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat (tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi dan gunung-gunung…..” (QS.al-Ahzab/33:72) Pokoknya, semua Nifaq Ashghar terpulang kepada adanya perbedaan antara perkara tersembunyi (bathiniah) dan terang-terangan (lahiriah). Al-Hasan al-Bashori RAH berkata, “Sekelompok Salaf berkata, ‘Kekhusyu’an nifaq hanya terlihat pada kehusyu’an raga sedangkan hatinya tidak pernah khusyu’.” ‘Umar RA berkata, “Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah Munafiq ‘Alim (yang berpengetahuan).” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin, seorang munafik memiliki sifat ‘alim.?” Ia menjawab, “Ia berbicara dengan penuh hikmah namun melakukan kezhaliman atau kemungkaran.” Nifaq Ashghar merupakan sarana melakukan Nifaq Akbar sebagaimana halnya perbuatan-perbuatan maksiat adalah merupakan awal dari kekufuran. Bentuk sifat nifaq ‘amali (praktis) yang paling besar adalah manakala seseorang melakukan suatu perbuatan, tampak berniat baik namun ia melakukan itu hanya agar dapat mencapai tujuan yang buruk. Dengan tipuan itu, ia lantas mencapai tujuannya, bergembira dengan makar dan tipuannya sementara orang-orang memujinya atas pertunjukan (kepura-puraan) yang membuatnya sampai kepada tujuan buruk yang dipendamnya itu. Manakala di kalangan shahabat telah ditetapkan bahwa nifaq adalah adanya perbedaan antara perkara tersembunyi dan terang-terangan, maka sebagian mereka khawatir bila terjadi perubahan hati; konsentrasi, kekhusyu’an dan kelembutannya ketika mendengar adz-Dzikr (al-Qur’an) dengan menoleh dunia dan sibuk dengan urusan keluarga, anak dan harta di mana hal itu semua akan menjadi salah satu bentuk kemunafikan dari mereka. Karena itu, Rasulullah SAW sampai berkata kepada mereka, “Hal itu bukan termasuk kemunafikan.” (SUMBER: Tawdhiih al-Ahkaam Min Buluugh al-Maraam )

Menggapai Perlindungan ALLAH

Menggapai Perlindungan ALLAH

Sesungguhnya perlindungan ALLAH didunia dan akhirat atas diri kita tergantung bagaimana kita bisa menjaga hubungan dengan ALLAH. Perlindungan sebagaimana ALLAH telah menolong nabi Ibrahim dari api yang membakar, seorang pemuda pada peristiwa ashabul ukhdud, Nabi Muhammad saw dari kejaran kafir qurais pada saat hijrah, nabi Isa as pada peristiwa penyaliban dan banyak lagi yang lainnya ataupun dalam bentuk lain dimana ALLAH cinta kepada hambanya maka Dia matikan dengan segera dalam taat padaNYA dan layak bagi mereka perlindungan dipadang mahsyar, meniti sirot, terhindar dari rasa takut dan baginya surga. Maka dari itu salah satu nasehat penting yang disampaikan Rasulullah kepada ibnu abbas pada suatu hari adalah : “ Peliharalah hubungan dengan ALLAH niscahya ALLAH akan memelihara kamu, peliharalah hubungan dengan ALLAH niscahya engkau akan menemukannya dimana saja”.(Hadits shohih riwayat Turmudzi).
Hadits ini sungguh sangat dalam muatannya, Sulaiman bin dawud berkata: “ sesungguhnya kami mempelajari apa-apa yang dipelajari oleh manusia dan apa-apa yang belum mereka dipelajari. Dan ternyata kami menemukan bahwa tidak ada yang lebih berharga dari menjaga hubungan dengan ALLAH baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Oleh karena itu ada dua hal yang harus menjadi perhatian dan dijaga, pertama amal batin yaitu ikhlas dalam amal. Dalam riwayat Abdullah bin mubaraok, Rosululloh bersabda:”Ketika amal seseorang yang dikira oleh para malaikat banyak amal kebaikannya dan mereka memujinya dan ditunjukkan kepada ALLAH, maka ALLAH menolak dengan berfirman, “ibadahnya tidak ikhlas untukKU, maka pantaslah tempatnya dineraka sijjin. Dan sebaliknya terjadi pula amal seseorang yang dikira kecil dipandangan malaikat ternyata besar dimata ALLAH, karena ikhlas maka ‘illiyinlah balasannya” “kebaikan sebesar zarrah, pasti DIA lipat gandakan dan berikan pahala yang besar dari sisinya”.(Annisa :40}. Kedua adalah menjaga amal kebaikan itu walaupun sedikit. Dan ALLAH mencintai amal hamba yang berkelanjutan walaupun itu sedikit. Rosulullah pernah memanggil Abdullah ibnu umar dan berkata janganlah engkau seperti fulan yang dulunya rajin sholat malam sekarang dia tinggalkan.
Budi wahyudi, Bojongsari, sawangan.

Peran Pemerintah dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah


PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (Small Medium Enterprise)
Oleh : Budi Wahyudi SE, MM

Usaha kecil menengah adalah usaha yang dijalankan oleh 1 atau 2 orang saja, atau usaha yang memiliki modal lebih kecil dari Rp. 50.000.000, disebut usaha kecil dan usaha memiliki modal lebih kecil dari Rp. 200.000.000 disebut usaha menengah. tetapi ada pula yang menyebutkan usaha yang dijalankan 50-60 orang masih tergolong usaha kecil menengah. Definisi Usaha Kecil dan Menengah yang dibuat pemerintah Singapura adalah, perusahaan yang didirikan dengan modal tetap kurang dari 15 juta dollar Singapura, dan memiliki karyawan kurang dari 200 orang.
Perusahaan kecil dan menengah punya keterbatasan, mereka tidak dapat melakukan apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan besar. Lagi pula, perusahan kecil dan menengah pun tidak semestinya melakukan apa yang dijalankan oleh perusahaan besar, karena target pasar dari perusahaan kecil dan menengah lebih terbatas, dan terfokus. Oleh karena itu, usaha kecil dan menengah melakukan strategi marketing yang berbeda dari perusahaan besar. perbedaan yang mendasar dari strategi marketing yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah dengan usaha besar adalah, karena modal dari perusahaan kecil dan menengah juga terbatas, maka mereka cenderung untuk melakukan apa yang disebut aktivitas below the line. Dalam marketing kita mempunyai apa yang disebut ‘below the line’ dan ‘above the line’. Aktivitas ‘above the line’ lebih kepada uang yang ingin di belanjakan untuk iklan. Termasuk di dalamnya menyewa perusahaan periklanan, dan membayar media untuk beriklan, baik itu di suratkabar, majalah, TV, atau radio. ini semua membutuhkan dana yang sangat besar, yang tidak dimiliki oleh usaha kecil dan menengah. yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah, adalah melakukan apa yang disebut aktivitas ‘below the line’. Apa yang dimaksud dengan ‘below the line’?. aktivitas ini meliputi usaha yang dilakukan untuk mempromosikan produk mereka, seperti pameran, atau aktivitas penjualan tak langsung, seperti memperkerjakan orang untuk menyebarkan selebaran atau brosur, atau pengusaha langsung berhadapan dengan pelanggan untuk membuat pendekatan, berbincang-bincang, dan mengetahui apa yang mereka inginkan. Hal-hal tersebut termasuk aktivitas ‘below the line’. Kesimpulannya, usaha kecil dan menengah haruslah menjalankan strategi dengan cara menciptakan hubungan dengan orang-orang yang menjadi target pasar . Dan untuk usaha kecil dan menengah, kebanyakan dari pelanggan adalah orang-orang yang mereka kenal, yang hubungannya mereka bangun sedikit demi sedikit Sebagian besar transaksi bisnis datang dari orang-orang yang di kenal, atau orang yang direferensikan . Jadi, membina hubungan amatlah penting bagi usaha kecil dan menengah. Kesimpulannya adalah, usaha kecil dan menengah harus melakukan aktivitas marketing yang membantu usahanya untuk membina hubungan, dengan pelanggan atau pun target pasar atau istilahnya pelanggan potensial.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Regional Economic Development Institute (REDI) sulitnya akses pasar menjadi problem terbesar yang membelit UKM yakni mencapai 51,7%, dibandingkan kategori masalah lain seperti permodalan, tenaga kerja, peraturan pemerintah dan lainnya.
problem utama yang dihadapi UKM sejauh ini masih tetap faktor pasar, sementara keterbatasan modal menduduki peringkat kedua yakni 18,6%.
Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) merupakan hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam pembangunan UKM, sebab SDM tidak hanya sekedar menjadi bagian faktor produksi melainkan yang lebih penting lagi adalah pelaku langsung dari pembangunan UKM. Untuk penyiapan dan pengembangan SDM merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pengembangan usaha KUKM.
Dalam upaya pengembangan SDM UKM pendekatan program yang dapat dilakukan dengan pendekatan capacity building dan institution building untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan profesionalisme sumberdaya manusia UKM, maka bisa dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat), non diklat, koordinasi dan sosialisasi untuk pengembangan sumberdaya manusia UKM. Selain kegiatan diklat, pengembangan SDM juga didukung melalui kegiatan non diklat seperti seminar dan penyebarluasan informasi melalui penyusunan buku dan leaflet. juga dilakukan upaya peningkatan teknis dan manajerial serta kewirausahaan .
Peran kantor Koperasi & UKM maupun instansi terkait semisal Dinas Perindustrian dan Perdagangan harus ditingkatkan , sebagai intermediator dalam mengakses pasar, penyediaan bahan baku, manajemen, teknologi, Koperasi dan UKM juga perlu mengembangkan dan memfasilitasi kerjasama antar lembaga Diklat swasta dan dunia usaha untuk mengembangkan SDM UKM.


Keseriusan peran kantor koperasi & UKM dan dinas perindustrian dan perdagangan harus dapat terwujud dalam anggaran skpd terkait pada apbd 2007 mendatang, semisal untuk membangun sarana promosi atau sentra pemasaran, program penguatan permodalan, penyusunan perda, program peningkatan sumber daya manusia. Keterlibatan instansi terkait diharapkan dapat menguatkan usaha kecil dan menengah.