Selasa, 26 Februari 2008

Mari Bertauladan Pada Sayyidina Umar Ibnul Khottob R.A


Dia adalah salah satu dari sahabat Rosulullah SAW yang terbaik, dijanjikan masuk kedalam surga dan salah satu anaknya menjadi istri Nabi SAW.
Umar memangku jabatan khalifah dengan wasiat dari Abu Bakar. Dia mulai memangku khilafah pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H. Az-Zuhri berkata: Umar menjadi khalifah di hari meninggalnya Abu Bakar. Yakni pada hari Selasa tanggal dua puluh dua Jumadil Akhir. (HR. al-Hakim) Dia menjalankan tugas kekhilafahan itu dengan sebaik-baiknya.
Berikut ini adalah sebagian sikap dan perilaku dari beliau yang dapat kita tauladani.
Khuzaimah bin Tsabit berkata, "Jika Umar mengangkat seorang pejabat, maka dia akan menuliskan untuknya perjanjian dan dia akan mensyaratkan kepada pejabat itu untuk tidak mengendarai kuda, tidak memakan makanan dengan kualitas tinggi, tidak memakai baju yang lembut dan empuk, dan tidak pula menutup pintu rumahnya bagi orang-orang yang menghajatkan dirinya. Jika itu dilakukan, maka ia telah lepas dari sanksi.'
Qatadah berkata: Umar -yang waktu itu sudah menjadi khalifah ­memakai jubah dari bahan wol yang ditambal dengan kulit. Dia ber­keliling di pasar dan dipundaknya ada cemeti untuk memukul orang yang berlaku curang. Dia melewati pemintalan yang rusak dan mendapat­kan biji-bijian di tengah jalan. Umar memungutnya dan melemparkan­nya ke rumah-rumah penduduk agar mereka bisa memanfaatkannya
Anas berkata: Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri empat tambalan di baju Umar.
Abu Utsman an-Nahadi berkata: Saya melihat kain yang dipakai Umar ditambal dengan kulit.
Abdullah bin Amir berkata: Saya pernah menunaikan haji bersama Umar. Dia tidak pernah mendirikan tenda ataupun kemah. Yang dia lakukan adalah menggelar tikar di bawah pohon lalu bernaung di bawah pohon itu.
Abu Abdullah bin Isa berkata, "Di wajah Umar bin Khaththab ada dua garis hitam bekas tangisan."
AI-Hasan berkata: Umar pernah membaca satu ayat yang men­jadi bacaan hariannya lalu dia jatuh pingsan dan sakit sehingga banyak orang yang menjenguknya selama beberapa hari.
Anas berkata: Saya pernah memasuki satu kebun. Saat itu saya mendengar Umar berkata, 'Antara aku dan dia hanya dibatasi tembok: "Bakh-bakh! (kata seru yang sering diucapkan oleh orang Arab), Amirul Mukminin, demi Allah hendaklah kau bertakwa kepada Allah wahai Ibnu Khaththab, atau Allah akan menyiksamu."
Abdullah bin Amir bin Rabi'ah berkata: Saya melihat Umar bin Khaththab mengambil sejumput tanah dari bumi: Andaikata saya menjadi laksana tanah ini, andaikata saya bukan apa-apa, andaikata ibu saya tidak pernah melahirkan saya,
Abdullah bin Umar bin Hafash berkata: Umar bin Khaththab pernah membawa air di atas pundaknya. Lalu orang-orang saat itu menanyakan apa yang sedang dia lakukan.
Umar berkata, 'Sesungguhnya jiwaku telah membuatku sedikit ujub, maka saya lakukan ini agar dia merendah.
Muhammad bin Sirin berkata: Seorang ipar Abdullah bin Umar datang menemui Umar. Orang itu meminta Umar untuk memberikan kepadanya harta dari Baitul Mal. Umar membentak orang tadi dan berkata, 'Kau inginkan aku menjadi seorang penguasa yang berkhianat?'
Kemudian dia menyerahkan seribu dirham dari uangnya sendiri untuk orang tadi.
An-Nakhai berkata, Saat Umar menjadi khalifah, dia masih berdagang. Anas berkata: Perut Umar berbunyi (karena lapar) sebab dia banyak makan minyak pada musim paceklik (paceklik terjadi pada tahun 17 Hijriyah) dan dia telah meng­haramkan atas dirinya untuk makan mentega. Dia menekan perutnya dengan jemari-jemarinya. Dia berkata, 'Sesungguhnya kami tidak memiliki harta lain yang bisa dimakan hingga manusia bisa hidup dengannya."
Sufyan bin Utbah berkata: Umar bin Khathtab pernah berkata, 'Sesungguhnya orang yang saya cintai adalah orang yang menunjukkan kepada saya aib-aib saya.'
Ibnu Umar berkata: Setiap kali saya melihat Umar marah, lalu diingatkan kepadanya nama Allah, atau seseorang membacakan ayat al-Qur'an kepadanya, pasti dia akan berhenti dari kemarahannya itu.
Bilal berkata kepada Aslam, 'Bagaimana pendapatmu tentang Umar.' Aslam menjawab, 'Saya dapatkan dia sebagai sebaik-baik manusia, namun jika dia marah, maka itu saya anggap sebagai masalah besar.'
Bilal berkata, "Jika saya berada di sampingnya, dan dia sedang dalam keadaan marah, maka saya akan membacakan kepadanya al-­Qur'an hingga kemarahannya reda,'
Begitulah sifat dan sikap beliau, beruntunglah dalam urusan akhiratnya bagi mereka yang mentauladani. Tidaklah berubah sikap dan penampilan beliau ra dengan dalih apapun apalagi dengan menggunakan dalih fiqhuddakwah, tidaklah beliau bermewah-mewahan setelah menjadi pejabat dengan maksud untuk dapat bisa diterima oleh objek dakwah dengan alasan karena lobi bagian dari dakwah, pada saat melihat raja-raja Persia dan romawi hidup dengan kemewahan beliau menunjukkan kekhawatirannya akan sifat bermewahmewah. Beliau sangat mengetahui akan kekhawatiran Rosulullah SAW, buanlah kefakiran yang dikhawatirkan tetapi di bukanya pintu-pintu kemewahan.
Berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi diri saya pribadi dan pembaca.
Ya ALLAH yang membolak-balikkan hati, kuatkanlah diri ini dalam taat pada MU. amin