“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100) Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).
1. Abu Bakar Siddiq ra.Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.
2. Umar Bin Khatab ra.Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.
3. Usman Bin Affan ra.Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.
4. Ali Bin Abi Thalib ra.Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.
5. Thalhah Bin Abdullah ra. Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.
6. Zubair Bin Awaam Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.
7. Sa’ad bin Abi Waqqas Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.
8. Sa’id Bin ZaidSudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.
9. Abdurrahman Bin AufMemeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.
10. Abu Ubaidillah Bin JarrahMasuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.
Kamis, 20 November 2008
Senin, 17 November 2008
Gaya Hidup Islami Dan Gaya Hidup Jahili
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam hidup ini. Yang pertama ialah kebaikan (al-khair), dan yang kedua ialah kebahagiaan (as-sa’adah). Hanya saja masing-masing orang mempunyai pandangan yang berbeda ketika memahami hakikat keduanya. Perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya hidup manusia.
Dalam pandangan Islam gaya hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: 1) gaya hidup Islami, dan 2) gaya hidup jahili.
Gaya hidup Islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu Tauhid dengan sunnah. Inilah gaya hidup orang yang beriman. Adapun gaya hidup jahili, landasannya bersifat relatif dan rapuh, yaitu syirik dan mengikuti hawa nafsu. Inilah gaya hidup orang kafir.
Setiap Muslim sudah menjadi keharusan baginya untuk memilih gaya hidup Islami dalam menjalani hidup dan kehidupan-nya. Hal ini sejalan dengan firman Allah berikut ini:
Artinya: Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108).
Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa bergaya hidup Islami hukumnya wajib atas setiap Muslim dalam berpolitik, ekonomi. Hukum dan seluruh aspek kehidupan, dan gaya hidup jahili adalah haram baginya. Hanya saja dalam kenyataan justru membuat kita sangat prihatin dan sangat menyesal, sebab justru gaya hidup jahili (yang diharamkan) itulah yang melingkupi sebagian besar umat Islam. Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam . Beliau bersabda:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِيْ بِأَخْذِ الْقُرُوْنِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ. فَقِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَفَارِسَ وَالرُّوْمِ. فَقَالَ: وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَـئِكَ. (رواه البخاري عن أبي هريرة، صحيح).
Artinya: “Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ada orang yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?” Jawab Beliau, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah z, shahih).
لَتَتَّبِعَنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوْهُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَلْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى. قَالَ: فَمَنْ. (رواه البخاري عن أبي سعيد الخدري، صحيح).
Artinya: “Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka”. Kami bertanya,”Ya Rasulullah, orang Yahudi dan Nasrani?” Jawab Nabi, “Siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri z, shahih).
.
Hadits tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mereka telah terisi oleh jenis kepribadian yang lain. Mereka kehilangan gaya hidup yang hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang patut ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi Islami malah persis seperti orang kafir? Inilah bencana kepribadian yang paling besar.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ. (رواه أبو داود وأحمد عن ابن عباس).
Artinya: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu hasan).
Menurut hadits tersebut orang yang gaya hidupnya menyerupai umat yang lain (tasyabbuh) hakikatnya telah menjadi seperti mereka. Lalu dalam hal apakah tasyabbuh itu?
Al-Munawi berkata: “Menyerupai suatu kaum artinya secara lahir berpakaian seperti pakaian mereka, berlaku/ berbuat mengikuti gaya mereka dalam pakaian dan adat istiadat mereka”.
Tentu saja lingkup pembicaraan tentang tasyabbuh itu masih cukup luas, di antara berbagai bentuk tasyabbuh yang sudah membudaya dan mengakar di masyarakat kita adalah pakaian, demokrasi dipercaya memberikan solusi ummat, riba. Na’udzubillahi min dzalik.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam hidup ini. Yang pertama ialah kebaikan (al-khair), dan yang kedua ialah kebahagiaan (as-sa’adah). Hanya saja masing-masing orang mempunyai pandangan yang berbeda ketika memahami hakikat keduanya. Perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya hidup manusia.
Dalam pandangan Islam gaya hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: 1) gaya hidup Islami, dan 2) gaya hidup jahili.
Gaya hidup Islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu Tauhid dengan sunnah. Inilah gaya hidup orang yang beriman. Adapun gaya hidup jahili, landasannya bersifat relatif dan rapuh, yaitu syirik dan mengikuti hawa nafsu. Inilah gaya hidup orang kafir.
Setiap Muslim sudah menjadi keharusan baginya untuk memilih gaya hidup Islami dalam menjalani hidup dan kehidupan-nya. Hal ini sejalan dengan firman Allah berikut ini:
Artinya: Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108).
Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa bergaya hidup Islami hukumnya wajib atas setiap Muslim dalam berpolitik, ekonomi. Hukum dan seluruh aspek kehidupan, dan gaya hidup jahili adalah haram baginya. Hanya saja dalam kenyataan justru membuat kita sangat prihatin dan sangat menyesal, sebab justru gaya hidup jahili (yang diharamkan) itulah yang melingkupi sebagian besar umat Islam. Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam . Beliau bersabda:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِيْ بِأَخْذِ الْقُرُوْنِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ. فَقِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَفَارِسَ وَالرُّوْمِ. فَقَالَ: وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَـئِكَ. (رواه البخاري عن أبي هريرة، صحيح).
Artinya: “Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ada orang yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?” Jawab Beliau, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah z, shahih).
لَتَتَّبِعَنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوْهُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَلْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى. قَالَ: فَمَنْ. (رواه البخاري عن أبي سعيد الخدري، صحيح).
Artinya: “Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka”. Kami bertanya,”Ya Rasulullah, orang Yahudi dan Nasrani?” Jawab Nabi, “Siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri z, shahih).
.
Hadits tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mereka telah terisi oleh jenis kepribadian yang lain. Mereka kehilangan gaya hidup yang hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang patut ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi Islami malah persis seperti orang kafir? Inilah bencana kepribadian yang paling besar.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ. (رواه أبو داود وأحمد عن ابن عباس).
Artinya: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu hasan).
Menurut hadits tersebut orang yang gaya hidupnya menyerupai umat yang lain (tasyabbuh) hakikatnya telah menjadi seperti mereka. Lalu dalam hal apakah tasyabbuh itu?
Al-Munawi berkata: “Menyerupai suatu kaum artinya secara lahir berpakaian seperti pakaian mereka, berlaku/ berbuat mengikuti gaya mereka dalam pakaian dan adat istiadat mereka”.
Tentu saja lingkup pembicaraan tentang tasyabbuh itu masih cukup luas, di antara berbagai bentuk tasyabbuh yang sudah membudaya dan mengakar di masyarakat kita adalah pakaian, demokrasi dipercaya memberikan solusi ummat, riba. Na’udzubillahi min dzalik.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sutroh Didalam Sholat
Abu 'Ubaidah Masyhur bin Hasan bin Salman dari Ibnu 'Umar -radhiyallahu 'anhuma-, dia berkata: Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:((لاَ تُصَلِّي إِلاَّ إِلَى سُتْرَةٍ))(1)"Janganlah kalian shalat, kecuali menghadap sutrah”Dari Abu Sa'id al-Khudri -radhiyallahu 'anhuma-, dia berkata: Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:((إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيُصَلِّ إِلَى سُتْرَةٍ، وَلْيَدْنُ مِنْهَا، وَلاَ يَدَعْ أَحَدًا يَمُرُّ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا، فَإِنْ جَاءَ أَحَدٌ يَمُرُّ فَلْيُقَاتِلْهُ، فَإِنَّهُ شَيْطَانٌ))"Jika salah seorang dari kalian shalat hendaklah menghadap kepada sutrah dan hendaklah dia mendekat ke sutrah. Janganlah engkau membiarkan seorangpun lewat di antara engkau dengan sutrah. Jika ada seseorang melewatinya, hendaklah engkau membunuhnya, karena sesungguhnya dia itu syetan."[2]Dalam satu riwayat: "Maka sesungguhnya syetan melewati antara dia dengan sutrah." Dari Sahl bin Abu Hitsmah -radhiyallahu 'anhu-: Dari Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-, beliau berkata:((إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى سُتْرَةٍ، فَلْيَدْنُ مِنْهَا، لاَيَقْطَعُ الشَّيْطَانُ عَلَيْهِ صَلاَتَهُ))"Jika salah seorang dari kalian shalat menghadap sutrah, hendaklah ia mendekatinya, sehingga syetan tidak memutus atas shalatnya."[3]Dalam satu riwayat:((إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ، وَلْيَقْتَرِبْ مِنَ السُّتْرَةِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَمُرُّ بَيْنَ يَدَيْهِ))"Jika salah seorang dari kalian shalat, maka hendaklah dia memakai sutrah dan mendekatinya, karena sesungguhnya syetan akan lewat di hadapannya."[4]Asy-Syaukani berkata sebagai komentar atas hadits Abu Sa'id yang lalu: "Dalam hadits tersebut mengandung dalil, bahwa membuat sutrah dalam shalat adalah wajib."[5]Dia (asy-Syaukani) berkata: "Kebanyakan hadits yang mencakup perintah membuat sutrah, dan dhahir dari perintah itu menunjukkan wajib. Jika didapati suatu dalil yang memalingkan perintah wajib ini kepada sunnah, maka hukumnya menjadi sunnah. Tidaklah benar untuk dijadikan sebagai dalil yang memalingkan, yaitu sabda beliau -shallallahu 'alaihi wasallam-:"Maka sesungguhnya sesuatu yang lewat di hadapannya tidak membahayakannya." Karena seseorang yang shalat itu wajib menjauhi sesuatu yang membahayakannya dalam shalat atau menjauhi sesuatu yang bisa menghilangkan sebagian pahalanya.[6]Di antara hal yang menguatkan wajibnya membuat sutrah:"Sesungguhnya sutrah itu sebab yang syar'i, yang dengannya shalat seseorang tidak batal, dengan sebab lewatnya seorang wanita yang baligh, keledai atau anjing hitam, sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih. Dan untuk mencegah orang yang lewat di hadapannya serta hukum-hukum selain yang berkaitan dengan sutrah.[7]Oleh karena itu, salafus shalih -semoga Allah meridhai mereka- sangat gigih dalam membuat sutrah untuk shalat. Sehingga datanglah perkataan dan perbuatan mereka yang menunjukkan, bahwa mereka sangat gigih dalam mendorong menegakkan sutrah dan memerintahkannya serta mengingkari orang yang shalat yang tidak menghadap kepada sutrah, sebagaimana yang akan engkau lihat.Dari Qurrah bin 'Iyas, dia berkata: "'Umar telah melihat saya ketika saya sedang shalat di antara dua tiang, maka dia memegangi tengkuk saya, lalu mendekatkan saya kepada sutrah. Maka dia berkata: "Shalatlah engkau dengan menghadap kepadanya.""[8]Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Dengan itu 'Umar menginginkan agar dia shalat menghadap ke sutrah."[9]Dari Ibnu 'Umar, dia berkata: "Jika salah seorang dari kalian shalat, hendaklah dia shalat menghadap ke sutrah dan mendekatinya, supaya syetan tidak lewat di depannya."[10]Ibnu Mas'ud berkata: "Empat perkara dari perkara yang sia-sia: "Seseorang shalat tidak menghadap ke sutrah... atau dia mendengar orang yang adzan, tetapi dia tidak memberikan jawaban."[11]Wahai saudaraku pembaca, perhatikanlah -semoga Allah memberikan petunjuk kepadaku dan engkau- bagaimana perintah-perintah itu datang dari Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-, yang kalau mentaatinya berarti mentaati Allah. Tidaklah beliau berbicara dari hawa (nafsu)-nya, melainkan dari wahyu yang diturunkan. Bagaimana para sahabatnya memerintahkan dengan sesuatu yang beliau perintahkan, sehingga 'Umar -radhiyallahu 'anhu- khalifah yang lurus, dialah yang mendatangi sahabat yang agung ketika dalam keadaan shalat, maka dia ('Umar) memegangi tengkuk sahabatnya itu untuk mendekatkannya ke sutrah, sehingga shalatnya menghadap kepadanya. Dan perhatikanlah, bagaimana Ibnu Mas'ud menyamakan antara shalatnya seseorang yang tidak menghadap ke sutrah dengan orang yang tidak memberikan jawaban ketika mendengar adzan."[12]Dari Anas, dia berkata: "Sesungguhnya saya melihat sahabat-sahabat Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bergegas-gegas menuju ke tiang-tiang di saat shalat Maghrib, sampai Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- keluar."[13]Dalam satu riwayat: "Dalam keadaan seperti itu, mereka shalat dua rakaat sebelum Maghrib."[14]Anas menceritakan keadaan para sahabat dalam waktu yang sempit itu, bagaimana mereka bergegas-gegas menuju ke tiang-tiang untuk melakukan shalat dua rakaat sebelum Maghrib.
Dari Nafi', dia berkata: "Bahwasanya Ibnu 'Umar jika tidak mendapati jalan menuju ke salah satu tiang dari tiang-tiang masjid, dia berkata kepadaku: "Palingkan punggungmu untukku."[15]Dan dari dia (Nafi') juga, dia berkata: "Bahwa Ibnu 'Umar tidak shalat, kecuali menghadap ke sutrah."[16]Salamah bin al-Akwa` menegakkan batu-batu di tanah, ketika dia hendak shalat, dia menghadap kepadanya.[17]Dalam atsar ini: Tidak ada bedanya antara di tanah lapang maupun di dalam bangunan. Dhahir hadits-hadits yang lalu serta perbuatan Nabi menguatkan yang demikian itu, sebagaimana yang telah ditetapkan asy-Syaukani atas hal tersebut.[18]Ibnu Khuzaimah, setelah menyebutkan sebagian hadits-hadits yang memerintahkan membuat sutrah, dia berkata:"Kabar-kabar ini semua shahih, sesungguhnya Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- telah memerintahkan kepada orang yang shalat agar membuat sutrah di dalam shalatnya."Dan terdapat riwayat yang shahih dari jalan lain, sesungguhnya dia berkata: "Saya menancapkan tombak kecil di hadapan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- ketika di Arafat dan beliau shalat ke arahnya dan keledai ada di belakang tombak kecil itu."[19]Setelah beberapa uraian di atas, maka kami (penulis) berkata: Nyatalah bagi kami dengan jelas, bahwa:1. Kesalahan orang yang shalat yang tidak meletakkan di hadapannya atau menghadap ke sutrah, walaupun dia aman dari lalu-lalangnya manusia, atau dia berada di tanah lapangTidak ada bedanya antara di kota Makkah ataupun di tempat lainnya dalam hukum tentang sutrah ini secara mutlak.[20]2. Sebagian ulama menyunnahkan orang yang shalat untuk meletakkan sutrah agak ke kanan atau ke kiri sedikit dan tidak menghadapkan dengan tepat ke arah kiblat[21]Yang demikian ini tidak ada dalilnya yang shahih, namun kesemuanya itu boleh.[22]3. Ukuran sutrah yang mencukupi bagi orang yang shalat, sehingga dia bisa menolak bahayanya orang yang lewat, adalah setinggi pelanaSedangkan orang yang mencukupkan sutrah yang kurang dari ukuran itu dalam waktu yang longgar tidak diperbolehkan.Dan dalilnya dari Thalhah, dia berkata: Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:((إِذَا وَضَعَ أَحَدُكُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلَ مُؤَخِّرَةِ الرَّحْلِ، فَلْيُصَلِّ، وَلاَ يُبَالِي مَنْ مَرَّ وَرَاءَ ذَلِكَ))"Jika salah seorang dari kalian telah meletakkan tiang setinggi pelana di hadapannya, maka hendaklah ia shalat dan janganlah ia memperdulikan orang yang ada di belakangnya."[23]Dari 'A`isyah -radhiyallahu 'anha-, dia berkata: "Pada waktu perang Tabuk Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- ditanya tentang sutrahnya orang yang shalat, maka beliau menjawab: "Tiang setinggi pelana.""[24]Dan dari Abu Dzar, dia berkata: Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:((إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي، فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلَ آخِرَةِ الرَّحْلِ، فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلَ آخِرَةِ الرَّحْلِ. فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلاَتَهُ الْحِمَارُ وَالمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ اْلأَسْوَدِ))"Jika salah seorang dari kalian berdiri melakukan shalat, maka sesungguhnya dia telah tertutupi jika di hadapannya ada tiang setinggi pelana. Jika tidak ada tiang setinggi pelana di hadapannya, maka shalatnya akan diputus oleh keledai atau perempuan atau anjing hitam."[25]Para ulama berpendapat, bahwa mengakhirkan penjelasan di waktu yang dibutuhkan itu tidak boleh. Dan sesungguhnya Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- hanya ditanya tentang sutrah yang mencukupi, maka seandainya kurang dari (ukuran) itu mencukupi, tentu tidak boleh mengakhirkan penjelasan pada saat dibutuhkan.[26]Ukuran panjang pelana adalah sepanjang (satu) hasta. Sebagaimana yang dijelaskan oleh 'Atha`, Qatadah, ats-Tsaury serta Nafi'.[27] Sehasta adalah ukuran di antara ujung siku sampai ke ujung jari tengah.[28] Dan ukurannya kurang lebih: 46,2 cm.[29]Telah tetap, bahwa Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- shalat menghadap ke tombak kecil dan lembing. Sebagaimana diketahui keduanya adalah benda yang menunjukkan kecilnya tempat dan ini menguatkan, bahwa yang dimaksud menyamakan sutrah dengan hasta adalah pada sisi panjangnya bukan lebarnya.Ibnu Khuzaimah berkata: "Dalil dari pengabaran Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- tersebut, bahwa sesungguhnya yang beliau inginkan dengan sutrah seperti pelana adalah panjangnya bukan lebarnya, yang tegak lagi kokoh. Di antaranya terdapat riwayat dari Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-, bahwa beliau menancapkan tombak kecil untuknya, lalu beliau shalat menghadap kepadanya. Padahal lebarnya tombak itu kecil tidak seperti lebarnya pelana."[30]Dia berkata juga: "Perintah Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- membuat sutrah (pembatas) dengan anak panah di dalam shalat, maka hal itu sesuatu yang nyata dan tetap, bahwa beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- menginginkan dalam perintah tersebut adalah sesuatu yang ukuran panjangnya sama seperti pelana, bukan panjang dan lebarnya secara keseluruhan."[31]Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka: Tidak boleh membuat sutrah dengan garis dalam keadaan dia mampu membuat dengan lainnya, meskipun sutrah itu berupa: tongkat, barang, kayu, atau tanah. Walaupun dia harus mengumpulkan batu-batuan, lalu menyusunnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Salamah bin al-Akwa` -radhiyallahu 'anhu-.Dan yang sangat pantas disebutkan adalah: Hadits tentang menjadikan garis sebagai sutrah adalah dha'if. Telah didha'ifkan oleh Sufyan bin Uyainah, asy-Syafi'i, al-Baghawy dan lainnya. Ad-Daruquthni berkata: "Tidak sah dan tidak tetap." Asy-Syafi'i berkata dalam Sunan Harmalah: "Seorang yang shalat tidak boleh membuat garis di depannya, kecuali ada hadits yang tetap tentang hal itu, maka hadits itu diikuti."Malik telah berkata dalam al-Mudawanah: "Garis itu bathil." Dan hadits itu telah dilemahkan oleh ulama yang datang di masa akhir, seperti Ibnu Shalah, an-Nawawi, al-Iraqi serta yang lainnya.[32]Setelah ini maka dikatakan:4. Dalam shalat berjama'ah, makmum itu tidak wajib membuat sutrah, sebab sutrah dalam shalat berjama'ah itu terletak pada sutrahnya imamJanganlah seseorang beranggapan, bahwa setiap orang yang shalat (dalam shalat berjama'ah) sutrahnya itu adalah orang yang shalat yang ada di depannya. Sesungguhnya hal itu tidak ada pada shaf yang pertama, sehingga dengan demikian mengharuskan melakukan pencegahan terhadap orang yang lewat di hadapannya. Sedangkan dalil yang ada menyelisihi hal tersebut, yaitu:Dari Ibnu 'Abbas, dia berkata: "Saya dan Fudhail datang dengan mengendarai keledai betina dan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- berada di Arafah. Maka kami melewati sebagian shaf, kemudian kami turun dan kami tinggalkan keledai itu merumput. Lalu kami masuk shalat bersama Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-. Setelah itu beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- tidak berkata sepatah kata pun kepada kami."[33]Dalam satu riwayat: "Sesungguhnya keledai betina itu melewati di depan sebagian shaf yang pertama."[34]Ketika Ibnu 'Abbas dan Fudhail di atas keledai betina lewat di depan shaf yang pertama, tidak ada satupun sahabat yang menolak keduanya dan keledai betina itupun juga tidak ditolak, kemudian tidak ada seseorang yang mengingkari mereka atas perbuatannya tersebut, demikian pula Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-.Jika ada seseorang yang berkata: "Mungkin Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- tidak mengetahui yang demikian itu!!"Maka dikatakan kepadanya: "Jika Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- tidak melihat kepada keduanya dari sampingnya, maka beliau melihat keduanya dari belakangnya. Sesungguhnya beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:((هَلْ تَرَوْنَ قِبْلَتِي هَا هُنَا، فَوَاللهِ لاَ يَخْفَى عَلَيَّ خُشُوْعَكُمْ وَلاَ رُكُوْعَكُمْ، فَإِنِّي لأَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي))"Apakah kalian melihat kiblatku di sini, demi Allah kekhusyu'an dan ruku' kalian tidak ada yang tersembunyi bagiku. Sesungguhnya saya melihat kalian dari belakang punggungku."[35]
Ibnu Abdil Bar berkata: "Hadits Ibnu 'Abbas ini memberi kekhususan kepada hadits Abu Sa'id: "Jika ada salah seorang dari kalian shalat, maka janganlah dia membiarkan seseorang melewati di depannya," yang demikian itu khusus bagi imam dan orang yang shalat sendirian. Adapun untuk makmum, orang yang lewat didepannya tidak membahayakannya, berdasarkan hadits Ibnu 'Abbas ini."Selanjutnya dia (Ibnu Abdil Bar) berkata: "Tidak ada perselisihan di antara para ulama terhadap perkara ini."[36]Dari sini bisa diketahui: "Sesungguhnya shalat berjama'ah adalah seseorang shalat dengan beberapa orang, bukannya shalat dengan jumlah orang yang ada di dalamnya. Oleh karena itu shalat jama'ah tersebut cukup dengan satu sutrah. Kalau shalat berjama'ah itu pengertiannya beberapa shalat, tentunya setiap orang yang ada di dalamnya butuh sutrah."[37]
5. Jika seorang Imam tidak membuat sutrah, maka sesungguhnya dia telah menjelekkan shalatnya dan sikap meremehkan itu hanya dari diaSedangkan bagi setiap makmum tidaklah wajib membuat sutrah untuk dirinya dan (tidak wajib) menahan orang yang melewatinya.[38]6. Apabila makmum masbuk berdiri untuk menyelesaikan raka'at yang tertinggal bersama Imam, sehingga dia keluar dari status sebagai makmum, maka apa yang dia lakukan?Al-Imam Malik berkata: "Seseorang yang menyelesaikan shalatnya setelah imam salam tidak mengapa dia menuju ke salah satu tiang yang terdekat dengannya, baik yang ada di depan, sebelah kanan, sebelah kiri ataupun di belakangnya. Dengan mundur ke belakang sedikit, dia menjadikannya sebagai pembatas (sutrah), jika tiang itu dekat. Jika jauh, maka dia tetap berdiri di tempat semula, dan menolak orang yang lewat semampunya."[39]Ibnu Rusyd berkata: "Jika dia berdiri untuk menyelesaikan raka'at shalatnya yang terputus, jika dia dekat dengan tiang, berjalanlah menuju kepadanya dan itu menjadi sutrah baginya untuk raka'at yang tersisa. Jika tidak ada tiang yang dekat, maka dia shalat sebagaimana keadaannya dan berusaha menolak orang yang lewat di depannya semampunya dan barangsiapa yang lewat di depannya, maka dia berdosa. Adapun orang yang lewat di antara shaf-shafnya kaum yang shalat bersama imam, maka tidak ada dosa baginya dalam hal ini, karena imam adalah sutrah untuk mereka. Hanya pada Allahlah taufik tersebut."[40]Inilah yang dikatakan oleh al-Imam Malik dan diikuti oleh Ibnu Rusydi, yang tidak pantas untuk diselisihi. Sebab, seorang makmum masbuk yang memasuki shalat sebagaimana yang diperintahkan dan pada saat itu tidak ada sutrah baginya, maka keadaannya seperti orang yang menjadikan binatang ternaknya sebagai sutrah, lalu binatang itu lepas. Keadaan dia yang demikian ini tidaklah digolongkan sebagai orang yang meremehkan perintah menegakkan sutrah.Akan tetapi, jika dia mempunyai kemudahan membuat sutrah, agar tidak menjatuhkan orang yang lewat ke dalam dosa, maka dia wajib membuat sutrah. Jika tidak mudah baginya untuk membuat sutrah, maka dia berusaha menolak orang yang melewati depannya."[41] -------------------------------------------------------------------------------[1] Telah dikeluarkan oleh Muslim di dalam ash-Shahih.[2] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf (1/279), Abu Dawud di dalam as-Sunan no. (297), Ibnu Majah di dalam as-Sunan no. (954), Ibnu Hibban di dalam ash-Shahih (4/ 48-49 al-Ihsan), al-Baihaqi di dalam as-Sunanul-Kubra (2/ 267). Dan sanadnya hasan.[3] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf (1/ 279), Ahmad di dalam al-Musnad (4/ 2), ath-Thayalisi di dalam al-Musnad no. (379), al-Humaidi di dalam al-Musnad (1/ 196), Abu Dawud di dalam as-Sunan no. (695), an-Nasa`i di dalam al-Mujtaba (2/ 62), Ibnu Khuzaimah di dalam ash-Shahih no.(803), Ibnu Hibban di dalam ash-Shahih (4/ 49), ath-Thahawi dalam Syarhul-Ma'ani al-Atsar (1/ 458), ath-Thabrani di dalam al-Mu'jamul-Kabir (6/ 119), al-Hakim di dalam al-Mustadrak (1/ 251), al-Baihaqi di dalam as-Sunanul Kubra (2/ 272) dan hadits tersebut shahih.[4] Ini lafadz Ibnu Khuzaimah.[5] Nailul Authar (3/ 2).[6] As-Sailul Jarraar (1/ 176).[7] Tamamul Minnah (hlm. 300).[8] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya (1/ 577-dengan al-Fath) secara ta'liq dengan Shighah Jazm dan di-washalkannya oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (2/ 370).[9] Fathul Baari (1/ 577)[10] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf (1/ 279) dengan sanad yang shahih.[11] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf (2/ 61), al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra (2/ 285) dan dia shahih.[12] Ahkamus Sutrah fi Makkah wa Ghairiha (hlm. 13-14), Penerbit Daar Ibnul Qayyim Dammam.[13] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. (503).[14] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. (625).[15] Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (1/ 279), dengan sanad shahih.[16] Telah dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (2/ 9) dan dalam sanadnya ada kelemahan dan didukung oleh sebelumnya.[17] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (1/ 278).[18] Nailul Authar (3/ 6).[19] Telah dikeluarkan oleh Ahmad di dalam al-Musnad (1/ 243), Ibnu Khuzaimah dalam ash-Shahih (840), ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabir (11/ 243) dan sanadnya Ahmad hasan.[20] Lihat sandaran orang yang mengatakan, bahwa di Mekkah tidak ada sutrah, bahwasanya dibolehkan –di sana- berjalan melewati di hadapan orang-orang yangsedang shalat dan bantahan akan pernyataan ini terdapat dalam Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah wal-Maudhu'ah, no. (928) dan kitab Ahkam as-Sutrah fi Makkah wa Ghairiha (hlm. 46-48)(120-126) dan mengaitkan orang yang lewat di depan orang yang shalat dengan keadaan darurat merupakan perkara yang sifatnya sebagai alternatif, khususnya ketika berada di dalam keadaan yang sangat berdesak-desakan. Telah berkata tentangnya al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Fath (1/ 576) dan az-Zarqani dalam Syarahnya atas Mukhtashar Khalil (1/ 209). Wallahu A'lam.[21] Lihat, misalnya di dalam: Zaadul Ma'aad (1/ 305).[22] Ahkam as-Sutrah (hlm. 450).[23] Telah dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih-nya no. (499).[24] Telah dikeluarkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya no. (500).[25] Telah dikeluarkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya no. (510).[26] Ahkam as-Sutrah (hlm 29).[27] Lihat: Mushannaf Abdurrazzaq (2/ 9, 14, 15), Shahih Ibnu Khuzaimah no. (807), Sunan Abu Dawud no. (686).[28] Lisanul 'Arab (3/ 1495).[29] Mu'jam Lughatul Fuqahaa' (hlm. 450-451).[30] Shahih Ibnu Khuzaimah (2/ 12).[31] Rujukan yang lalu.[32] Lihat: Tamamul Minnah (hlm. 300-302), Ahkam as-Sutrah (hlm. 98-102), Syarah an-Nawawi atas Shahih Muslim (4/ 216), Tahdzib at-Tahdzib (12/ 199), Tarjamah (Abi 'Amr bin Muhammad bin Harits).[33] Telah dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih-nya no. (504).[34] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. (1857).[35] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. (418), (471) dan pembicaraan yang lalu dari Ahkam as-Sutrah (hlm. 22).[36] Fathul Baari (1/ 572).[37] Faidhul Qadir (2/ 77).[38] Lihat: Ahkam as-Sutrah (hlm. 21-22).[39] Syarah az-Zarqaani 'ala Mukhtashar Khalil (1/ 208).[40] Fatawa Ibnu Rusyd (2/ 904).[41] Ahkam as-Sutrah (hlm. 26-27).
Dari Nafi', dia berkata: "Bahwasanya Ibnu 'Umar jika tidak mendapati jalan menuju ke salah satu tiang dari tiang-tiang masjid, dia berkata kepadaku: "Palingkan punggungmu untukku."[15]Dan dari dia (Nafi') juga, dia berkata: "Bahwa Ibnu 'Umar tidak shalat, kecuali menghadap ke sutrah."[16]Salamah bin al-Akwa` menegakkan batu-batu di tanah, ketika dia hendak shalat, dia menghadap kepadanya.[17]Dalam atsar ini: Tidak ada bedanya antara di tanah lapang maupun di dalam bangunan. Dhahir hadits-hadits yang lalu serta perbuatan Nabi menguatkan yang demikian itu, sebagaimana yang telah ditetapkan asy-Syaukani atas hal tersebut.[18]Ibnu Khuzaimah, setelah menyebutkan sebagian hadits-hadits yang memerintahkan membuat sutrah, dia berkata:"Kabar-kabar ini semua shahih, sesungguhnya Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- telah memerintahkan kepada orang yang shalat agar membuat sutrah di dalam shalatnya."Dan terdapat riwayat yang shahih dari jalan lain, sesungguhnya dia berkata: "Saya menancapkan tombak kecil di hadapan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- ketika di Arafat dan beliau shalat ke arahnya dan keledai ada di belakang tombak kecil itu."[19]Setelah beberapa uraian di atas, maka kami (penulis) berkata: Nyatalah bagi kami dengan jelas, bahwa:1. Kesalahan orang yang shalat yang tidak meletakkan di hadapannya atau menghadap ke sutrah, walaupun dia aman dari lalu-lalangnya manusia, atau dia berada di tanah lapangTidak ada bedanya antara di kota Makkah ataupun di tempat lainnya dalam hukum tentang sutrah ini secara mutlak.[20]2. Sebagian ulama menyunnahkan orang yang shalat untuk meletakkan sutrah agak ke kanan atau ke kiri sedikit dan tidak menghadapkan dengan tepat ke arah kiblat[21]Yang demikian ini tidak ada dalilnya yang shahih, namun kesemuanya itu boleh.[22]3. Ukuran sutrah yang mencukupi bagi orang yang shalat, sehingga dia bisa menolak bahayanya orang yang lewat, adalah setinggi pelanaSedangkan orang yang mencukupkan sutrah yang kurang dari ukuran itu dalam waktu yang longgar tidak diperbolehkan.Dan dalilnya dari Thalhah, dia berkata: Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:((إِذَا وَضَعَ أَحَدُكُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلَ مُؤَخِّرَةِ الرَّحْلِ، فَلْيُصَلِّ، وَلاَ يُبَالِي مَنْ مَرَّ وَرَاءَ ذَلِكَ))"Jika salah seorang dari kalian telah meletakkan tiang setinggi pelana di hadapannya, maka hendaklah ia shalat dan janganlah ia memperdulikan orang yang ada di belakangnya."[23]Dari 'A`isyah -radhiyallahu 'anha-, dia berkata: "Pada waktu perang Tabuk Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- ditanya tentang sutrahnya orang yang shalat, maka beliau menjawab: "Tiang setinggi pelana.""[24]Dan dari Abu Dzar, dia berkata: Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:((إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي، فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلَ آخِرَةِ الرَّحْلِ، فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلَ آخِرَةِ الرَّحْلِ. فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلاَتَهُ الْحِمَارُ وَالمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ اْلأَسْوَدِ))"Jika salah seorang dari kalian berdiri melakukan shalat, maka sesungguhnya dia telah tertutupi jika di hadapannya ada tiang setinggi pelana. Jika tidak ada tiang setinggi pelana di hadapannya, maka shalatnya akan diputus oleh keledai atau perempuan atau anjing hitam."[25]Para ulama berpendapat, bahwa mengakhirkan penjelasan di waktu yang dibutuhkan itu tidak boleh. Dan sesungguhnya Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- hanya ditanya tentang sutrah yang mencukupi, maka seandainya kurang dari (ukuran) itu mencukupi, tentu tidak boleh mengakhirkan penjelasan pada saat dibutuhkan.[26]Ukuran panjang pelana adalah sepanjang (satu) hasta. Sebagaimana yang dijelaskan oleh 'Atha`, Qatadah, ats-Tsaury serta Nafi'.[27] Sehasta adalah ukuran di antara ujung siku sampai ke ujung jari tengah.[28] Dan ukurannya kurang lebih: 46,2 cm.[29]Telah tetap, bahwa Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- shalat menghadap ke tombak kecil dan lembing. Sebagaimana diketahui keduanya adalah benda yang menunjukkan kecilnya tempat dan ini menguatkan, bahwa yang dimaksud menyamakan sutrah dengan hasta adalah pada sisi panjangnya bukan lebarnya.Ibnu Khuzaimah berkata: "Dalil dari pengabaran Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- tersebut, bahwa sesungguhnya yang beliau inginkan dengan sutrah seperti pelana adalah panjangnya bukan lebarnya, yang tegak lagi kokoh. Di antaranya terdapat riwayat dari Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-, bahwa beliau menancapkan tombak kecil untuknya, lalu beliau shalat menghadap kepadanya. Padahal lebarnya tombak itu kecil tidak seperti lebarnya pelana."[30]Dia berkata juga: "Perintah Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- membuat sutrah (pembatas) dengan anak panah di dalam shalat, maka hal itu sesuatu yang nyata dan tetap, bahwa beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- menginginkan dalam perintah tersebut adalah sesuatu yang ukuran panjangnya sama seperti pelana, bukan panjang dan lebarnya secara keseluruhan."[31]Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka: Tidak boleh membuat sutrah dengan garis dalam keadaan dia mampu membuat dengan lainnya, meskipun sutrah itu berupa: tongkat, barang, kayu, atau tanah. Walaupun dia harus mengumpulkan batu-batuan, lalu menyusunnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Salamah bin al-Akwa` -radhiyallahu 'anhu-.Dan yang sangat pantas disebutkan adalah: Hadits tentang menjadikan garis sebagai sutrah adalah dha'if. Telah didha'ifkan oleh Sufyan bin Uyainah, asy-Syafi'i, al-Baghawy dan lainnya. Ad-Daruquthni berkata: "Tidak sah dan tidak tetap." Asy-Syafi'i berkata dalam Sunan Harmalah: "Seorang yang shalat tidak boleh membuat garis di depannya, kecuali ada hadits yang tetap tentang hal itu, maka hadits itu diikuti."Malik telah berkata dalam al-Mudawanah: "Garis itu bathil." Dan hadits itu telah dilemahkan oleh ulama yang datang di masa akhir, seperti Ibnu Shalah, an-Nawawi, al-Iraqi serta yang lainnya.[32]Setelah ini maka dikatakan:4. Dalam shalat berjama'ah, makmum itu tidak wajib membuat sutrah, sebab sutrah dalam shalat berjama'ah itu terletak pada sutrahnya imamJanganlah seseorang beranggapan, bahwa setiap orang yang shalat (dalam shalat berjama'ah) sutrahnya itu adalah orang yang shalat yang ada di depannya. Sesungguhnya hal itu tidak ada pada shaf yang pertama, sehingga dengan demikian mengharuskan melakukan pencegahan terhadap orang yang lewat di hadapannya. Sedangkan dalil yang ada menyelisihi hal tersebut, yaitu:Dari Ibnu 'Abbas, dia berkata: "Saya dan Fudhail datang dengan mengendarai keledai betina dan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- berada di Arafah. Maka kami melewati sebagian shaf, kemudian kami turun dan kami tinggalkan keledai itu merumput. Lalu kami masuk shalat bersama Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-. Setelah itu beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- tidak berkata sepatah kata pun kepada kami."[33]Dalam satu riwayat: "Sesungguhnya keledai betina itu melewati di depan sebagian shaf yang pertama."[34]Ketika Ibnu 'Abbas dan Fudhail di atas keledai betina lewat di depan shaf yang pertama, tidak ada satupun sahabat yang menolak keduanya dan keledai betina itupun juga tidak ditolak, kemudian tidak ada seseorang yang mengingkari mereka atas perbuatannya tersebut, demikian pula Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-.Jika ada seseorang yang berkata: "Mungkin Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- tidak mengetahui yang demikian itu!!"Maka dikatakan kepadanya: "Jika Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- tidak melihat kepada keduanya dari sampingnya, maka beliau melihat keduanya dari belakangnya. Sesungguhnya beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:((هَلْ تَرَوْنَ قِبْلَتِي هَا هُنَا، فَوَاللهِ لاَ يَخْفَى عَلَيَّ خُشُوْعَكُمْ وَلاَ رُكُوْعَكُمْ، فَإِنِّي لأَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي))"Apakah kalian melihat kiblatku di sini, demi Allah kekhusyu'an dan ruku' kalian tidak ada yang tersembunyi bagiku. Sesungguhnya saya melihat kalian dari belakang punggungku."[35]
Ibnu Abdil Bar berkata: "Hadits Ibnu 'Abbas ini memberi kekhususan kepada hadits Abu Sa'id: "Jika ada salah seorang dari kalian shalat, maka janganlah dia membiarkan seseorang melewati di depannya," yang demikian itu khusus bagi imam dan orang yang shalat sendirian. Adapun untuk makmum, orang yang lewat didepannya tidak membahayakannya, berdasarkan hadits Ibnu 'Abbas ini."Selanjutnya dia (Ibnu Abdil Bar) berkata: "Tidak ada perselisihan di antara para ulama terhadap perkara ini."[36]Dari sini bisa diketahui: "Sesungguhnya shalat berjama'ah adalah seseorang shalat dengan beberapa orang, bukannya shalat dengan jumlah orang yang ada di dalamnya. Oleh karena itu shalat jama'ah tersebut cukup dengan satu sutrah. Kalau shalat berjama'ah itu pengertiannya beberapa shalat, tentunya setiap orang yang ada di dalamnya butuh sutrah."[37]
5. Jika seorang Imam tidak membuat sutrah, maka sesungguhnya dia telah menjelekkan shalatnya dan sikap meremehkan itu hanya dari diaSedangkan bagi setiap makmum tidaklah wajib membuat sutrah untuk dirinya dan (tidak wajib) menahan orang yang melewatinya.[38]6. Apabila makmum masbuk berdiri untuk menyelesaikan raka'at yang tertinggal bersama Imam, sehingga dia keluar dari status sebagai makmum, maka apa yang dia lakukan?Al-Imam Malik berkata: "Seseorang yang menyelesaikan shalatnya setelah imam salam tidak mengapa dia menuju ke salah satu tiang yang terdekat dengannya, baik yang ada di depan, sebelah kanan, sebelah kiri ataupun di belakangnya. Dengan mundur ke belakang sedikit, dia menjadikannya sebagai pembatas (sutrah), jika tiang itu dekat. Jika jauh, maka dia tetap berdiri di tempat semula, dan menolak orang yang lewat semampunya."[39]Ibnu Rusyd berkata: "Jika dia berdiri untuk menyelesaikan raka'at shalatnya yang terputus, jika dia dekat dengan tiang, berjalanlah menuju kepadanya dan itu menjadi sutrah baginya untuk raka'at yang tersisa. Jika tidak ada tiang yang dekat, maka dia shalat sebagaimana keadaannya dan berusaha menolak orang yang lewat di depannya semampunya dan barangsiapa yang lewat di depannya, maka dia berdosa. Adapun orang yang lewat di antara shaf-shafnya kaum yang shalat bersama imam, maka tidak ada dosa baginya dalam hal ini, karena imam adalah sutrah untuk mereka. Hanya pada Allahlah taufik tersebut."[40]Inilah yang dikatakan oleh al-Imam Malik dan diikuti oleh Ibnu Rusydi, yang tidak pantas untuk diselisihi. Sebab, seorang makmum masbuk yang memasuki shalat sebagaimana yang diperintahkan dan pada saat itu tidak ada sutrah baginya, maka keadaannya seperti orang yang menjadikan binatang ternaknya sebagai sutrah, lalu binatang itu lepas. Keadaan dia yang demikian ini tidaklah digolongkan sebagai orang yang meremehkan perintah menegakkan sutrah.Akan tetapi, jika dia mempunyai kemudahan membuat sutrah, agar tidak menjatuhkan orang yang lewat ke dalam dosa, maka dia wajib membuat sutrah. Jika tidak mudah baginya untuk membuat sutrah, maka dia berusaha menolak orang yang melewati depannya."[41] -------------------------------------------------------------------------------[1] Telah dikeluarkan oleh Muslim di dalam ash-Shahih.[2] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf (1/279), Abu Dawud di dalam as-Sunan no. (297), Ibnu Majah di dalam as-Sunan no. (954), Ibnu Hibban di dalam ash-Shahih (4/ 48-49 al-Ihsan), al-Baihaqi di dalam as-Sunanul-Kubra (2/ 267). Dan sanadnya hasan.[3] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf (1/ 279), Ahmad di dalam al-Musnad (4/ 2), ath-Thayalisi di dalam al-Musnad no. (379), al-Humaidi di dalam al-Musnad (1/ 196), Abu Dawud di dalam as-Sunan no. (695), an-Nasa`i di dalam al-Mujtaba (2/ 62), Ibnu Khuzaimah di dalam ash-Shahih no.(803), Ibnu Hibban di dalam ash-Shahih (4/ 49), ath-Thahawi dalam Syarhul-Ma'ani al-Atsar (1/ 458), ath-Thabrani di dalam al-Mu'jamul-Kabir (6/ 119), al-Hakim di dalam al-Mustadrak (1/ 251), al-Baihaqi di dalam as-Sunanul Kubra (2/ 272) dan hadits tersebut shahih.[4] Ini lafadz Ibnu Khuzaimah.[5] Nailul Authar (3/ 2).[6] As-Sailul Jarraar (1/ 176).[7] Tamamul Minnah (hlm. 300).[8] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya (1/ 577-dengan al-Fath) secara ta'liq dengan Shighah Jazm dan di-washalkannya oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (2/ 370).[9] Fathul Baari (1/ 577)[10] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf (1/ 279) dengan sanad yang shahih.[11] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf (2/ 61), al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra (2/ 285) dan dia shahih.[12] Ahkamus Sutrah fi Makkah wa Ghairiha (hlm. 13-14), Penerbit Daar Ibnul Qayyim Dammam.[13] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. (503).[14] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. (625).[15] Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (1/ 279), dengan sanad shahih.[16] Telah dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (2/ 9) dan dalam sanadnya ada kelemahan dan didukung oleh sebelumnya.[17] Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (1/ 278).[18] Nailul Authar (3/ 6).[19] Telah dikeluarkan oleh Ahmad di dalam al-Musnad (1/ 243), Ibnu Khuzaimah dalam ash-Shahih (840), ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabir (11/ 243) dan sanadnya Ahmad hasan.[20] Lihat sandaran orang yang mengatakan, bahwa di Mekkah tidak ada sutrah, bahwasanya dibolehkan –di sana- berjalan melewati di hadapan orang-orang yangsedang shalat dan bantahan akan pernyataan ini terdapat dalam Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah wal-Maudhu'ah, no. (928) dan kitab Ahkam as-Sutrah fi Makkah wa Ghairiha (hlm. 46-48)(120-126) dan mengaitkan orang yang lewat di depan orang yang shalat dengan keadaan darurat merupakan perkara yang sifatnya sebagai alternatif, khususnya ketika berada di dalam keadaan yang sangat berdesak-desakan. Telah berkata tentangnya al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Fath (1/ 576) dan az-Zarqani dalam Syarahnya atas Mukhtashar Khalil (1/ 209). Wallahu A'lam.[21] Lihat, misalnya di dalam: Zaadul Ma'aad (1/ 305).[22] Ahkam as-Sutrah (hlm. 450).[23] Telah dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih-nya no. (499).[24] Telah dikeluarkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya no. (500).[25] Telah dikeluarkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya no. (510).[26] Ahkam as-Sutrah (hlm 29).[27] Lihat: Mushannaf Abdurrazzaq (2/ 9, 14, 15), Shahih Ibnu Khuzaimah no. (807), Sunan Abu Dawud no. (686).[28] Lisanul 'Arab (3/ 1495).[29] Mu'jam Lughatul Fuqahaa' (hlm. 450-451).[30] Shahih Ibnu Khuzaimah (2/ 12).[31] Rujukan yang lalu.[32] Lihat: Tamamul Minnah (hlm. 300-302), Ahkam as-Sutrah (hlm. 98-102), Syarah an-Nawawi atas Shahih Muslim (4/ 216), Tahdzib at-Tahdzib (12/ 199), Tarjamah (Abi 'Amr bin Muhammad bin Harits).[33] Telah dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih-nya no. (504).[34] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. (1857).[35] Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. (418), (471) dan pembicaraan yang lalu dari Ahkam as-Sutrah (hlm. 22).[36] Fathul Baari (1/ 572).[37] Faidhul Qadir (2/ 77).[38] Lihat: Ahkam as-Sutrah (hlm. 21-22).[39] Syarah az-Zarqaani 'ala Mukhtashar Khalil (1/ 208).[40] Fatawa Ibnu Rusyd (2/ 904).[41] Ahkam as-Sutrah (hlm. 26-27).
Selasa, 07 Oktober 2008
Penyakit Dakwah

الحمد لله رب العالمين ، الرحمن الرحيم ، مالك يوم الدين ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ولي الصالحين ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله إمام المتقين ، وقدوة الخلق أجمعين ، صلوات ربي وسلامه عليه وعلى آله وأصحابه ومن تبعه وسار على نهجه إلى يوم الدين . . .
أما بعد :
Dikesempatan waktu dan sehatnya badan, saya ingin menuangkan sedikit apa yang sekian lama saya fikirkan, dengan harapan menjadi nasehat buat pembaca dan adanya masukan, tukar fikiran atau kritik atas apa yang akan saya tuangkan dalam tulisan saya ini.
Yang bisa saja terjadi dan sangat besar kemungkinannya terjadi pada para aktivis dakwah adalah fanatisme golongan atau fanatisme hizbiyah. Sebagaimana pernah terjadi pada kaum ansor dan muhajirin, sebagaimana hadits dibawah ini.
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata : Kami berperang bersama Nabi dan sekelompok kaum Muhajirin berkumpul bersama beliau. Di antara kaum Muhajirin ada seorang yang suka bercanda sehingga memukul pantat orangAnshor. Maka sangat marahlah sahabat Anshor tersebut. Sehingga masing-masing kubu saling berseru. Orang Anshor tersebut berkata: “Wahai orang-orang Anshor,….”.OrangMuhajirin berkata: “Wahai orang-orangMuhajirin,…”.Mendengar hal tersebut Nabi keluar seraya berkata: “Ada apa dengan seruan Jahiliyyah itu?” Kemudian bertanya: “Apa yang terjadi kepada mereka?” Kemudian beliau dikabarkan bahwasannya ada seorang Muhajirin memukul pantat seorang Anshor. SelanjutnyaNabi bersabda; “Tinggalkanlah, karena itu sangat buruk”.[HR.Bukhori:3518,4905,4907].
Ketika nama-nama yang mulia yaitu muhajirin dan anshor dijadikan seruan-seruan untuk menganggap dirinya lebih baik dari yang lain atau memenangkan seseorang karena dia termasuk kelompoknya, Rasulullah mengingkarinya dan menyebutnya sebagai seruan jahiliyyah. Dan semakna pula dengan seruan jahiliyyah ini adalah seruan atau bernasab kepada suatu qabilah, ta’asub (fanatik) kepada seseorang, kepada suatu mahzab atau kelompok, jama’ah, kepada syaikh, ‘alim dan ulama’, mengunggulkan sebagian atas sebagian yang lain sekedar berdasarkan hawa nafsu dan fanatik buta. Lalu membangun wala’ (cinta) dan permusuhan di atas sifat dan sikap yang semacam itu tadi dan mengukur manusia ini di atas neraca tersebut, maka semua ini adalah seruan dan sistem jahiliyyah.
Fanatisme Hizbiyah (Fanatik Golongan) merupakan penyakit berbahaya yang akan mencerai-beraikan ukhuwah Islamiyah, memporak-porandakan keimanan, dan melemahkan dakwah islam serta kekuatan ummat islam dimata musuh-musuhnya . Ia merupakan penyakit ummat islam yang sangat kronis saat ini, sadar atau tanpa sadar ini terjadi pada sebagian aktivis dakwah.
Adakah dibenarkan seorang muslim menunjukkan wajah ceria, senyum lebar dan salam hangatnya hanya kepada orang satu kelompok atau satu jama'ah saja ..? Sementara kepada orang dari kelompok lain ia bermuka masam, bersikap dingin dan hambar ..? Adakah dibenarkan seorang muslim mengabaikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan shahabat dikelompoknya, sementara apabila orang lain melakukan kesalahan yang sama, ia rajin menggunjingkan dan menyebarluaskannya..?
Apabila seorang di antara anggota kelompok (hizbiyah) ini anda beri peringatan karena fikrah atau tashawwur (orientasi berfikir)nya menyimpang (munharif), maka ia akan segera memberikan pembelaan-pembelaan dengan dalih : "Ini hanyalah kekeliruan, tetapi tidak merusak prinsip".
Disebabkan fanatisme hizbiyah inilah maka anda lihat, seseorang tidak akan mau melakukan tela'ah, belajar atau menimba ilmu, melainkan hanya dari satu arah saja, yaitu hanya dari buku-buku, tulisan orang sekelompoknya dan dari orang-orang tertentu yang telah diwasiatkan tidak boleh belajar melainkan hanya kepada mereka.
Dari situlah lahir cakrawala berpikir sempit, dan manusia-manusia yang berkepribadian keji. Ia tidak melihat melainkan hanya dari satu sudut pandang, dan tidak tahu menahu (persoalan) melainkan hanya pemikiran itu satu-satunya.
Namun, mengapa hizbiyah semacam ini bisa menyusup ke dalam shaf (barisan) da'wah ..? Siapakah pula pendukungnya sehingga ia tetap berlangsung ..?
Sesungguhnya telah jelas bahwa hizbiyah adalah suatu pola dari sebuah tarbiyah buruk yang dilakukan guna menangani penggarapan diri seorang manusia, kemudian dikatakannyalah padanya (bahwa) : "Kamilah kelompok paling afdhal, sedangkan selain kami, masing-masing mempunyai kekurangan ini dan itu ....". Semua itu karena setiap kelompok hizbiyah ingin menghimpun dan memperbanyak jumlah anggota.
Sebagai konsekwensinya, maka mereka harus menjatuhkan nama kelompok lain, supaya orang jangan sampai masuk menjadi kelompok lain tersebut. Seakan-akan kita ini menjadi kelompok-kelompok kontetstan dari beberapa partai yang bersaing guna merebut kemenangan dalam suatu pemilihan umum. Sampai-sampai terkadang perlu membeli suara massa dengan klaim-klaim memikat dan dengan harta benda.
Dari tarbiyah seperti inilah, akhirnya seseorang harus sudah terpisah dari majlis-majlis para ulama atau orang-orang berilmu semenjak pertama ia menerjuni dunia da'wah atau ketika untuk pertama kalinya ia ingin mencari ilmu, sehingga ia tidak bisa mengenyam tarbiyah para ulama yang mentarbiyah dengan adab, akhlaq dan pengalaman mereka.
Kalau demikian keadaannya, maka niscaya dia bakal menyerap (ilmu) dari orang-orang yang aktif menjalankan amaliyah tarbiyah. Jika kebetulan orang itu memiliki ilmu dan tidak mempunyai ambisi kepemimpinan, bisa jadi tarbiyahnya mendekati benar. Tetapi seandainya orang-orang itu (ternyata) menyukai kedudukan atau dalam dirinya terdapat unsur penipuan ilmu, maka tentu, dari tarbiyah ini akan terlahir pemuda-pemuda buruk yang fanatik terhadap kelompok.
Tidak ada seorang pun yang bisa selamat dari penyakit ini, kecuali orang yang selalu mengambil perhatian sejak awal, dan mengerti bahwa ada beberapa bentuk tarbiyah yang secara pasti akan menunjukkan hizbiyah. Untuk itu dia akan merasa takut dan berusaha membentengi diri. Dia akan selalu mawas diri, selalu melihat ke belakang, selalu memperbaharui langkah-langkahnya dan selalu melakukan pembaharuan setiap saat, sehingga dirinya tidak terjatuh ke dalam cengkeraman penyakit berbahaya yang keburukan serta malapetakanya merajalela ini.
Diakhir tulisan ini saya mengajak antum, mari kita menuntut ilmu kepada siapa saja asalkan dia berilmu, bersandarkan kepada alqur’an dan sunnah yang shohih, dan mengamalkan ilmu itu serta mendakwahkan dengan berharap balasan hanya dari ALLAH semata.
Mari kita bermajlis dengan mereka yang gemar melaksanakan amal sholeh, dimanapun mereka berada.
Dan tinggalkan perilaku dan kata-kata buruk mereka, ambil kebaikan dan ilmu mereka serta do’akan mereka disamping do’a untuk diri dan keluarga kita.
اللهم وفقنا للأعمال الصالحة ، واغتنام الأوقات بالعلوم النافعة ، اللهم اجعلنا نخشاك كأننا نراك ، اللهم أحسن عاقبتنا في الأمور كلها وأجرنا من خزي الدنيا وعذاب الآخرة ، اللهم أمنا من عذاب القبر وعذاب النار إنك على كل شيء قدير ، والحمد لله رب العالمين ، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين .
أما بعد :
Dikesempatan waktu dan sehatnya badan, saya ingin menuangkan sedikit apa yang sekian lama saya fikirkan, dengan harapan menjadi nasehat buat pembaca dan adanya masukan, tukar fikiran atau kritik atas apa yang akan saya tuangkan dalam tulisan saya ini.
Yang bisa saja terjadi dan sangat besar kemungkinannya terjadi pada para aktivis dakwah adalah fanatisme golongan atau fanatisme hizbiyah. Sebagaimana pernah terjadi pada kaum ansor dan muhajirin, sebagaimana hadits dibawah ini.
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata : Kami berperang bersama Nabi dan sekelompok kaum Muhajirin berkumpul bersama beliau. Di antara kaum Muhajirin ada seorang yang suka bercanda sehingga memukul pantat orangAnshor. Maka sangat marahlah sahabat Anshor tersebut. Sehingga masing-masing kubu saling berseru. Orang Anshor tersebut berkata: “Wahai orang-orang Anshor,….”.OrangMuhajirin berkata: “Wahai orang-orangMuhajirin,…”.Mendengar hal tersebut Nabi keluar seraya berkata: “Ada apa dengan seruan Jahiliyyah itu?” Kemudian bertanya: “Apa yang terjadi kepada mereka?” Kemudian beliau dikabarkan bahwasannya ada seorang Muhajirin memukul pantat seorang Anshor. SelanjutnyaNabi bersabda; “Tinggalkanlah, karena itu sangat buruk”.[HR.Bukhori:3518,4905,4907].
Ketika nama-nama yang mulia yaitu muhajirin dan anshor dijadikan seruan-seruan untuk menganggap dirinya lebih baik dari yang lain atau memenangkan seseorang karena dia termasuk kelompoknya, Rasulullah mengingkarinya dan menyebutnya sebagai seruan jahiliyyah. Dan semakna pula dengan seruan jahiliyyah ini adalah seruan atau bernasab kepada suatu qabilah, ta’asub (fanatik) kepada seseorang, kepada suatu mahzab atau kelompok, jama’ah, kepada syaikh, ‘alim dan ulama’, mengunggulkan sebagian atas sebagian yang lain sekedar berdasarkan hawa nafsu dan fanatik buta. Lalu membangun wala’ (cinta) dan permusuhan di atas sifat dan sikap yang semacam itu tadi dan mengukur manusia ini di atas neraca tersebut, maka semua ini adalah seruan dan sistem jahiliyyah.
Fanatisme Hizbiyah (Fanatik Golongan) merupakan penyakit berbahaya yang akan mencerai-beraikan ukhuwah Islamiyah, memporak-porandakan keimanan, dan melemahkan dakwah islam serta kekuatan ummat islam dimata musuh-musuhnya . Ia merupakan penyakit ummat islam yang sangat kronis saat ini, sadar atau tanpa sadar ini terjadi pada sebagian aktivis dakwah.
Adakah dibenarkan seorang muslim menunjukkan wajah ceria, senyum lebar dan salam hangatnya hanya kepada orang satu kelompok atau satu jama'ah saja ..? Sementara kepada orang dari kelompok lain ia bermuka masam, bersikap dingin dan hambar ..? Adakah dibenarkan seorang muslim mengabaikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan shahabat dikelompoknya, sementara apabila orang lain melakukan kesalahan yang sama, ia rajin menggunjingkan dan menyebarluaskannya..?
Apabila seorang di antara anggota kelompok (hizbiyah) ini anda beri peringatan karena fikrah atau tashawwur (orientasi berfikir)nya menyimpang (munharif), maka ia akan segera memberikan pembelaan-pembelaan dengan dalih : "Ini hanyalah kekeliruan, tetapi tidak merusak prinsip".
Disebabkan fanatisme hizbiyah inilah maka anda lihat, seseorang tidak akan mau melakukan tela'ah, belajar atau menimba ilmu, melainkan hanya dari satu arah saja, yaitu hanya dari buku-buku, tulisan orang sekelompoknya dan dari orang-orang tertentu yang telah diwasiatkan tidak boleh belajar melainkan hanya kepada mereka.
Dari situlah lahir cakrawala berpikir sempit, dan manusia-manusia yang berkepribadian keji. Ia tidak melihat melainkan hanya dari satu sudut pandang, dan tidak tahu menahu (persoalan) melainkan hanya pemikiran itu satu-satunya.
Namun, mengapa hizbiyah semacam ini bisa menyusup ke dalam shaf (barisan) da'wah ..? Siapakah pula pendukungnya sehingga ia tetap berlangsung ..?
Sesungguhnya telah jelas bahwa hizbiyah adalah suatu pola dari sebuah tarbiyah buruk yang dilakukan guna menangani penggarapan diri seorang manusia, kemudian dikatakannyalah padanya (bahwa) : "Kamilah kelompok paling afdhal, sedangkan selain kami, masing-masing mempunyai kekurangan ini dan itu ....". Semua itu karena setiap kelompok hizbiyah ingin menghimpun dan memperbanyak jumlah anggota.
Sebagai konsekwensinya, maka mereka harus menjatuhkan nama kelompok lain, supaya orang jangan sampai masuk menjadi kelompok lain tersebut. Seakan-akan kita ini menjadi kelompok-kelompok kontetstan dari beberapa partai yang bersaing guna merebut kemenangan dalam suatu pemilihan umum. Sampai-sampai terkadang perlu membeli suara massa dengan klaim-klaim memikat dan dengan harta benda.
Dari tarbiyah seperti inilah, akhirnya seseorang harus sudah terpisah dari majlis-majlis para ulama atau orang-orang berilmu semenjak pertama ia menerjuni dunia da'wah atau ketika untuk pertama kalinya ia ingin mencari ilmu, sehingga ia tidak bisa mengenyam tarbiyah para ulama yang mentarbiyah dengan adab, akhlaq dan pengalaman mereka.
Kalau demikian keadaannya, maka niscaya dia bakal menyerap (ilmu) dari orang-orang yang aktif menjalankan amaliyah tarbiyah. Jika kebetulan orang itu memiliki ilmu dan tidak mempunyai ambisi kepemimpinan, bisa jadi tarbiyahnya mendekati benar. Tetapi seandainya orang-orang itu (ternyata) menyukai kedudukan atau dalam dirinya terdapat unsur penipuan ilmu, maka tentu, dari tarbiyah ini akan terlahir pemuda-pemuda buruk yang fanatik terhadap kelompok.
Tidak ada seorang pun yang bisa selamat dari penyakit ini, kecuali orang yang selalu mengambil perhatian sejak awal, dan mengerti bahwa ada beberapa bentuk tarbiyah yang secara pasti akan menunjukkan hizbiyah. Untuk itu dia akan merasa takut dan berusaha membentengi diri. Dia akan selalu mawas diri, selalu melihat ke belakang, selalu memperbaharui langkah-langkahnya dan selalu melakukan pembaharuan setiap saat, sehingga dirinya tidak terjatuh ke dalam cengkeraman penyakit berbahaya yang keburukan serta malapetakanya merajalela ini.
Diakhir tulisan ini saya mengajak antum, mari kita menuntut ilmu kepada siapa saja asalkan dia berilmu, bersandarkan kepada alqur’an dan sunnah yang shohih, dan mengamalkan ilmu itu serta mendakwahkan dengan berharap balasan hanya dari ALLAH semata.
Mari kita bermajlis dengan mereka yang gemar melaksanakan amal sholeh, dimanapun mereka berada.
Dan tinggalkan perilaku dan kata-kata buruk mereka, ambil kebaikan dan ilmu mereka serta do’akan mereka disamping do’a untuk diri dan keluarga kita.
اللهم وفقنا للأعمال الصالحة ، واغتنام الأوقات بالعلوم النافعة ، اللهم اجعلنا نخشاك كأننا نراك ، اللهم أحسن عاقبتنا في الأمور كلها وأجرنا من خزي الدنيا وعذاب الآخرة ، اللهم أمنا من عذاب القبر وعذاب النار إنك على كل شيء قدير ، والحمد لله رب العالمين ، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين .
Senin, 06 Oktober 2008
Mari Belajar Kepada Utbah Bin Ghazwan radhiallahu 'anhu

Generasi yang pernah ada, mereka mencintai ALLAH dan mereka pun dicintai ALLAH. Suatu generasi yang terbina dengan pembinaan terbaik, sehingga runtuhlah kerajaan Persia, dan tersebarlah tauhid di penjuru bumi ini.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Alimaron:110
Di antara Muslimin yang lebih dulu masuk Islam, dan di antara muhajirin pertama yang hijrah ke Habsyi, kemudian ke Madinah ..., dan di antara pemanah pilihan yang tak banyak jumlahnya yang telah berjasa besar dijalan Allah,terdapat seorang laki-laki yang berperawa'kan tinggi dengan muka bercahaya dan rendah hati, namanya Utbah bin Ghazwan .... Ia adalah orang ketujuh dari kelompok tujuh perintis yang bai'at berjanji setia, dengan menjabat tangan kanan Rasulullah dengan tangan kanan mereka, bersedia menghadapi orang-orang Quraisy yang sedang memegang kekuatan dan kekuasaan serta gemar menuruti nafsu angkara. Pada hari-bari pertama dimulainya da'wah .-.., dan pada hari-hari penderitaan dan kesukaran, Utbah bersama kawan-kawannya telah memegang teguh suatu prinsip hidup yang mulia, yang kelak kemudian -menjadi -bekal dan makanan bagi hati nurani manusia dan akan berkembang luas.Sewaktu Rasulullah shallallahu alaihi wasalam menyuruh shahabat -shahabatnya berhijrah ke Habsyi, termasuk Utbah di antara orang muhajirin itu .... Tetapi kerinduannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam tidak membiarkannya menetap di sana, segeralah ia menjelajah daratan dan mengarungi lautan kembali ke Mekah, lain tinggal di sana di samping Rasul hingga datang saatnya hijrah ke Madinah, maka Utbah pun hijrah bersama Kaum Muslimin lainnya.... Dan semenjak orang-orang Quraisy melakukan gangguannya dan melancarkan peperangan, Utbah selalu membawa panah dan tombaknya. Ia melemparkan tombaknya dengan ketepatan yang luar biasa, dan bersama-sama kawan-kawannya orang-orang Mu'minin lainnya digunakannya panah untuk menghancurkan alam hidup dan berfikir usang tentang segala berhala. Di waktu Rasul yang mulia wafat menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi ia belum hendak meletakkan senjatanya bahkan selalu berkelana berperang di muka bumi. Dan ketika berhadapan dengan tentara Persi ia·melakukan perjuangan yang tak ada taranya .... Amirul Mu'minin Umar mengirimkannya ke Ubullah untuk membebaskan negeri itu dan membersihkan buminya dari orang-orang Persi yang menjadikannya sebagai batu loncatan untuk menghancurkan kekuatan Islam yang sedang maju melintas wilayah-wilayah kerajaan Persi, serta untuk membebaskan negeri Allah dan hamba-Nya dari cengkraman penjajahan mereka .... Dan berkatalah Umar kepadanya sewaktu melepaskan tentaranya: "Berjalanlah anda bersama anak buah anda, hingga sampai batas terjauh dari negeri Arab, dan batas terdekat negeri Persi.... ! Pergilah dengan restu Allah dan berkah-Nya... ! Serulah ke jalan Allah siapa yang man dan bersedia ... ! Dan siapa yang menolak hendaklah ia membayar pajak ... ! Dan bagi setiap penantang, maka pedang bagiannya, tanpa pilih bulu... ! Tabahlah menghadapi musuh serta taqwalah kepada Allah Tuhanmu !" Pergilah Utbah memimpin pasukannya yang tidak seberapa besar itu hingga sampai ke Ubullah .... Ketika itu orang-orang Persi telah menyiapkan balatentara mekeka yang terkuat. Utbah pun menyusun kekuatannya dan berdiri di muka pasukannya sambil membawa tombak di tangannya yang belum pernah meleset dari sasarannya semenjak ia berkenalan dengan tombak. Ia berseru di tengah-tengah tentaranya: -- "Allahu Akbar, shadaqa wa'dah': artinya "Allah Maha Besar, Ia menepati janjiNya". Dan seolah-olah ia dapat membaca apa yang akan terjadi, karena tak lama setelah·terjadi pertempuran kecil-kecilan, Ubullah pun menyerahlah dan daerahnya dibersihkan dari tentara Persi, dan penduduknya terbebas dari kekejaman selama ini, yang mereka rasakan tak ubah dengan mereka ...dan benarlah Allah yang Maha Besar itu telah menepati janji-Nya ... ! Di tempat berdirinya Ubullah itu, Utbah membangun kota Basrah dengan dilengkapi sarana perkotaan termasuk sebuah mesjid besar .... Dan sekarang ia bermaksud meninggalkan negeri itu dan kembali ke Madinah, menjauhkan diri dari urusan pemerintahan,'tapi Amirul Mu'minin Umar keberatan dan menyuruhnya tetap di sana .... Utbah pun memenuhi keinginan khalifah, membimbing rakyat melaksanakan shalat, memberi pengertian dalam soal Agama, menegakkan hukum dengan adil, serta memberi contoh teladan yang sangat mengag'umkan tentang kezuhudan, wara dan kesederhanaan.... Dengan tekun dikikisnya kemewahan dan sikap berlebih-lebihan sekuat dayanya, sehingga menjengkelkan mereka yang dipengaruhi oleh ni'mat kesenangan dan hawa nafsu .... Pada suatu hari Utbah pun berdiri berpidato di tengah-tengah mereka, katanya: "Demi Allah, sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasalam sebagai salah seorang kelompok tujuh, yang tak punya makanan kecuali daun-daun kayu, sehingga bagian dalam mulut kami pecah-pecah dan luka-luka! Di suatu hari aku beroleh rizqi sehelai baju burdah, lalu kubelah dua, yang sebelah kuberikan kepada Sa'ad bin Malik dan sebelah lagi kupakai untuk diriku ... !" Utbah sangat menakuti dunia yang akan merusak Agamanya. Dan dia menakuti hal yang serupa terhadap Kaum Muslimin. Karena itu ia selalu membimbing mereka atas kesederhanaan dan hidup bersahaja. Banyak orang yang mencoba hendak merubah pendiriannya dan membangkitkan dalam Jlwanya kesadaran sebagai penguasa, serta hak-haknya sebagai seorang penguasa, terutama di negeri-negen yang raja-rajanya belum terbiasa dengan zuhud dan hidup sederhana sementara penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriah yang berlebihan dan gemerlapan.... Terhadap hal-hal ini Utbah menjawabnya dengan katanya: -- "Aku melindungkan diri kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia, tetapi kecil pada sisi Allah...!" Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya membawa mereka kepada kewajaran dan hidup sederhana, berkatalah ia kepada mereka: -- "Besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang orang lain menggantikan daku ... !" Dan datanglah musim haji, diwakikannya pemerintahan Basrah kepada salah seorang temannya, dan ia pun pergi menunaikan ibadah haji. Setelah selesai menunaikan ibadahnya berangkatlah ia ke Madinah. Di sana ia memohon kepada Amirul Mu'minin agar diperkenankan mengundurkan diri dari pemerintahan .... Tetapi Umar tiada hendak menyia-nyiakan corak kepribadian dari orang-orang zuhud seperti ini yang menjauhkan diri dari barang yang amat didambakan dan menjadi inceran orang-orang lain. Pernah beliau berkata kepada mereka: -- "Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku ... ! Kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri ... ?:Tidak, demi Allah tidak kuidzinkan untuk selama-lamanya " Dan demikianlah pula yang diucapkannya kepada Utbah bin Ghazwan .... Dan karenanya mau tak mau Utbah harus patuh dan taat, maka ia pergi menuju kendaraannya, hendak menungganginya kembali ke Basrah. Tetapi sebelum naik ke atas kendaraan itu, ia menghadap ke arab kiblat, lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai itu ke langit sambil memohon kepada Tuhannya azza wajalla, agar ia tidak dikembalikan-Nya ke Basrah dan tidak pula kepada memimpinan pemerintahan untuk selama-lamanya.... Dan du'anya pun diperkenankan Tuhannya.... Selagi ia dalam perjalanan ke wilayah pemerintahannya, maut datang menjemputnya .... Ruhnya naik ke pangkuan Penciptanya, bersukacita dengan pengurbanan dan darma baktinya, kezuhudan dan kesahajaannya. Begitupun karena nikmat yang telah disempurnakan-Nya dan oleh karena pahala yang telah disediakan-Nya untuk dirinya ....
Berharap dapat mengambil manfaat dari perjalanan hidup sahabat nabi, untuk diri ini yang dangkal akan ilmu dan amal, dan semoga para pembaca dapat mengambil kebaikannya.
Dikehidupan sekarang ini dimana manusia yang kafir dan juga yang mengaku beriman berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin dan meraih kekuasaan, dengan dalih membela Islam atau hal lainnya, ketahuilah bahwa apa yang ALLAH tetapkan tak akan ada yang dapat mampu merubahnya, kalau anda atau siapapun juga ingin merubah dunia dan kehidupan ini menjadi lebih baik, maka bertaqwa kepada ALLAH adalah asas dari segalanya, dan rubahlah dunia ini dengan cara sebagaimana Rosulullah dan para sahabatnya telah merubah dunia ini menjadi lebih baik, tidak dengan cara yang menjadi jalan orang-orang kafir yahudi dan nasrani.
Solusinya adalah dengan tarbiyah dan jihad, sebagaimana firmanNYA:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. aljuma'at:2
Wassalammu’alaikum….
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Alimaron:110
Di antara Muslimin yang lebih dulu masuk Islam, dan di antara muhajirin pertama yang hijrah ke Habsyi, kemudian ke Madinah ..., dan di antara pemanah pilihan yang tak banyak jumlahnya yang telah berjasa besar dijalan Allah,terdapat seorang laki-laki yang berperawa'kan tinggi dengan muka bercahaya dan rendah hati, namanya Utbah bin Ghazwan .... Ia adalah orang ketujuh dari kelompok tujuh perintis yang bai'at berjanji setia, dengan menjabat tangan kanan Rasulullah dengan tangan kanan mereka, bersedia menghadapi orang-orang Quraisy yang sedang memegang kekuatan dan kekuasaan serta gemar menuruti nafsu angkara. Pada hari-bari pertama dimulainya da'wah .-.., dan pada hari-hari penderitaan dan kesukaran, Utbah bersama kawan-kawannya telah memegang teguh suatu prinsip hidup yang mulia, yang kelak kemudian -menjadi -bekal dan makanan bagi hati nurani manusia dan akan berkembang luas.Sewaktu Rasulullah shallallahu alaihi wasalam menyuruh shahabat -shahabatnya berhijrah ke Habsyi, termasuk Utbah di antara orang muhajirin itu .... Tetapi kerinduannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam tidak membiarkannya menetap di sana, segeralah ia menjelajah daratan dan mengarungi lautan kembali ke Mekah, lain tinggal di sana di samping Rasul hingga datang saatnya hijrah ke Madinah, maka Utbah pun hijrah bersama Kaum Muslimin lainnya.... Dan semenjak orang-orang Quraisy melakukan gangguannya dan melancarkan peperangan, Utbah selalu membawa panah dan tombaknya. Ia melemparkan tombaknya dengan ketepatan yang luar biasa, dan bersama-sama kawan-kawannya orang-orang Mu'minin lainnya digunakannya panah untuk menghancurkan alam hidup dan berfikir usang tentang segala berhala. Di waktu Rasul yang mulia wafat menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi ia belum hendak meletakkan senjatanya bahkan selalu berkelana berperang di muka bumi. Dan ketika berhadapan dengan tentara Persi ia·melakukan perjuangan yang tak ada taranya .... Amirul Mu'minin Umar mengirimkannya ke Ubullah untuk membebaskan negeri itu dan membersihkan buminya dari orang-orang Persi yang menjadikannya sebagai batu loncatan untuk menghancurkan kekuatan Islam yang sedang maju melintas wilayah-wilayah kerajaan Persi, serta untuk membebaskan negeri Allah dan hamba-Nya dari cengkraman penjajahan mereka .... Dan berkatalah Umar kepadanya sewaktu melepaskan tentaranya: "Berjalanlah anda bersama anak buah anda, hingga sampai batas terjauh dari negeri Arab, dan batas terdekat negeri Persi.... ! Pergilah dengan restu Allah dan berkah-Nya... ! Serulah ke jalan Allah siapa yang man dan bersedia ... ! Dan siapa yang menolak hendaklah ia membayar pajak ... ! Dan bagi setiap penantang, maka pedang bagiannya, tanpa pilih bulu... ! Tabahlah menghadapi musuh serta taqwalah kepada Allah Tuhanmu !" Pergilah Utbah memimpin pasukannya yang tidak seberapa besar itu hingga sampai ke Ubullah .... Ketika itu orang-orang Persi telah menyiapkan balatentara mekeka yang terkuat. Utbah pun menyusun kekuatannya dan berdiri di muka pasukannya sambil membawa tombak di tangannya yang belum pernah meleset dari sasarannya semenjak ia berkenalan dengan tombak. Ia berseru di tengah-tengah tentaranya: -- "Allahu Akbar, shadaqa wa'dah': artinya "Allah Maha Besar, Ia menepati janjiNya". Dan seolah-olah ia dapat membaca apa yang akan terjadi, karena tak lama setelah·terjadi pertempuran kecil-kecilan, Ubullah pun menyerahlah dan daerahnya dibersihkan dari tentara Persi, dan penduduknya terbebas dari kekejaman selama ini, yang mereka rasakan tak ubah dengan mereka ...dan benarlah Allah yang Maha Besar itu telah menepati janji-Nya ... ! Di tempat berdirinya Ubullah itu, Utbah membangun kota Basrah dengan dilengkapi sarana perkotaan termasuk sebuah mesjid besar .... Dan sekarang ia bermaksud meninggalkan negeri itu dan kembali ke Madinah, menjauhkan diri dari urusan pemerintahan,'tapi Amirul Mu'minin Umar keberatan dan menyuruhnya tetap di sana .... Utbah pun memenuhi keinginan khalifah, membimbing rakyat melaksanakan shalat, memberi pengertian dalam soal Agama, menegakkan hukum dengan adil, serta memberi contoh teladan yang sangat mengag'umkan tentang kezuhudan, wara dan kesederhanaan.... Dengan tekun dikikisnya kemewahan dan sikap berlebih-lebihan sekuat dayanya, sehingga menjengkelkan mereka yang dipengaruhi oleh ni'mat kesenangan dan hawa nafsu .... Pada suatu hari Utbah pun berdiri berpidato di tengah-tengah mereka, katanya: "Demi Allah, sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasalam sebagai salah seorang kelompok tujuh, yang tak punya makanan kecuali daun-daun kayu, sehingga bagian dalam mulut kami pecah-pecah dan luka-luka! Di suatu hari aku beroleh rizqi sehelai baju burdah, lalu kubelah dua, yang sebelah kuberikan kepada Sa'ad bin Malik dan sebelah lagi kupakai untuk diriku ... !" Utbah sangat menakuti dunia yang akan merusak Agamanya. Dan dia menakuti hal yang serupa terhadap Kaum Muslimin. Karena itu ia selalu membimbing mereka atas kesederhanaan dan hidup bersahaja. Banyak orang yang mencoba hendak merubah pendiriannya dan membangkitkan dalam Jlwanya kesadaran sebagai penguasa, serta hak-haknya sebagai seorang penguasa, terutama di negeri-negen yang raja-rajanya belum terbiasa dengan zuhud dan hidup sederhana sementara penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriah yang berlebihan dan gemerlapan.... Terhadap hal-hal ini Utbah menjawabnya dengan katanya: -- "Aku melindungkan diri kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia, tetapi kecil pada sisi Allah...!" Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya membawa mereka kepada kewajaran dan hidup sederhana, berkatalah ia kepada mereka: -- "Besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang orang lain menggantikan daku ... !" Dan datanglah musim haji, diwakikannya pemerintahan Basrah kepada salah seorang temannya, dan ia pun pergi menunaikan ibadah haji. Setelah selesai menunaikan ibadahnya berangkatlah ia ke Madinah. Di sana ia memohon kepada Amirul Mu'minin agar diperkenankan mengundurkan diri dari pemerintahan .... Tetapi Umar tiada hendak menyia-nyiakan corak kepribadian dari orang-orang zuhud seperti ini yang menjauhkan diri dari barang yang amat didambakan dan menjadi inceran orang-orang lain. Pernah beliau berkata kepada mereka: -- "Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku ... ! Kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri ... ?:Tidak, demi Allah tidak kuidzinkan untuk selama-lamanya " Dan demikianlah pula yang diucapkannya kepada Utbah bin Ghazwan .... Dan karenanya mau tak mau Utbah harus patuh dan taat, maka ia pergi menuju kendaraannya, hendak menungganginya kembali ke Basrah. Tetapi sebelum naik ke atas kendaraan itu, ia menghadap ke arab kiblat, lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai itu ke langit sambil memohon kepada Tuhannya azza wajalla, agar ia tidak dikembalikan-Nya ke Basrah dan tidak pula kepada memimpinan pemerintahan untuk selama-lamanya.... Dan du'anya pun diperkenankan Tuhannya.... Selagi ia dalam perjalanan ke wilayah pemerintahannya, maut datang menjemputnya .... Ruhnya naik ke pangkuan Penciptanya, bersukacita dengan pengurbanan dan darma baktinya, kezuhudan dan kesahajaannya. Begitupun karena nikmat yang telah disempurnakan-Nya dan oleh karena pahala yang telah disediakan-Nya untuk dirinya ....
Berharap dapat mengambil manfaat dari perjalanan hidup sahabat nabi, untuk diri ini yang dangkal akan ilmu dan amal, dan semoga para pembaca dapat mengambil kebaikannya.
Dikehidupan sekarang ini dimana manusia yang kafir dan juga yang mengaku beriman berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin dan meraih kekuasaan, dengan dalih membela Islam atau hal lainnya, ketahuilah bahwa apa yang ALLAH tetapkan tak akan ada yang dapat mampu merubahnya, kalau anda atau siapapun juga ingin merubah dunia dan kehidupan ini menjadi lebih baik, maka bertaqwa kepada ALLAH adalah asas dari segalanya, dan rubahlah dunia ini dengan cara sebagaimana Rosulullah dan para sahabatnya telah merubah dunia ini menjadi lebih baik, tidak dengan cara yang menjadi jalan orang-orang kafir yahudi dan nasrani.
Solusinya adalah dengan tarbiyah dan jihad, sebagaimana firmanNYA:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. aljuma'at:2
Wassalammu’alaikum….
Kamis, 25 September 2008
Harta, Antara Nikmat dan Fitnah
Harta, tentu banyak yang menginginkannya. Beragam cara pun dilakukan untuk memperolehnya. Halal haram, bagi sebagian orang, adalah nomor kesekian. Yang terpenting adalah kebutuhan terpenuhi dan gaya hidup terpuaskan. Jika sudah seperti ini, harta tak lagi menjadi rahmat, namun menjadi celah turunnya azab.Harta merupakan salah satu nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang dikaruniakan kepada umat manusia. Keindahannya demikian memesona. Pernak-perniknya pun teramat menggoda. Ini mengingatkan kita akan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada segala apa yang diingini (syahwat), yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Al-Jannah).” (Ali ‘Imran: 14)Lebih dari itu, harta adalah sebuah realita yang melingkupi kehidupan umat manusia. ‘Sejarah’-nya yang tua, senantiasa eksis mengawal peradaban umat manusia di setiap generasi dan masa. Jati dirinya yang berbasis fitnah, telah banyak melahirkan berbagai gonjang-ganjing kehidupan. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya, tatkala Dia mengingatkan para hamba-Nya akan realita tersebut. Sebagaimana dalam firman-Nya:وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ“Ketahuilah, sesungguhnya harta dan anak-anak kalian itu (sebagai) fitnah, dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfaal: 28)Jauh-jauh hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah mewanti-wanti umatnya dari gemerlapnya harta dengan segala fitnahnya yang menghempaskan. Sebagaimana dalam sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam:بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا، كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا“Bergegaslah kalian untuk beramal, (karena akan datang) fitnah-fitnah ibarat potongan-potongan malam. (Disebabkan fitnah tersebut) di pagi hari seseorang dalam keadaan beriman dan sore harinya dalam keadaan kafir, di sore hari dalam keadaan beriman dan keesokan harinya dalam keadaan kafir. Dia menjual agamanya dengan sesuatu dari (gemerlapnya) dunia ini.” (HR. Muslim no. 118, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)Demikianlah wasiat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya tentang harta dan segala fitnahnya. Allahumma sallim sallim…(Ya Allah, selamatkanlah kami semua darinya).Ketertarikan Hati Manusia Terhadap HartaManusia sendiri merupakan makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berjati diri amat dzalim (zhalum) dan amat bodoh (jahul). Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala Rabb semesta alam mensifatinya, sebagaimana dalam firman-Nya:إِنَّهُ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلاً“Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72)Sontak, tatkala harta menghampiri, ketertarikan hati pun tak bisa dimungkiri lagi. Mereka benar-benar amat mencintainya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:وَتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا“Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.” (Al-Fajr: 20)Bahkan, saking cintanya terhadap harta akhirnya ia menjadi bakhil. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ“Sesungguhnya dia (manusia) sangat bakhil dikarenakan kecintaannya yang sangat kuat kepada harta.” (Al-‘Adiyat: 8)Jika demikian kondisinya, maka tak mengherankan bila (kebanyakan) manusia teramat berambisi mengumpulkan dan menumpuknya. Sungguh benar apa yang disabdakan dan diperingatkan Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam:لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثََالِثًا، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ، وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ“Kalaulah anak Adam (manusia) telah memiliki dua lembah dari harta, niscaya masih berambisi untuk mendapatkan yang ketiga. Padahal (ketika ia berada di liang kubur) tidak lain yang memenuhi perutnya adalah tanah, dan Allah Maha Mengampuni orang-orang yang bertaubat.” (HR. Al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya no. 6436, dari shahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma)Para pembaca yang mulia, ketika hati anak manusia amat cinta kepada harta bahkan berambisi untuk mengumpulkan dan menumpuknya, maka sudah barang tentu harta tersebut dapat melalaikannya dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (dzikrullah). Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Mengetahui keadaan para hamba-Nya telah memberitakan hal ini, sebagaimana dalam firman-Nya:أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ. حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ“Telah melalaikan kalian perbuatan berbanyak-banyakan. Hingga kalian masuk ke liang kubur.” (At-Takatsur: 1-2)Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata: “Telah melalaikan kalian (dari ketaatan, pen.) perbuatan berbanyak-banyakan dalam hal harta dan anak.” (Tafsir Ibnu Katsir)Maka dari itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan orang-orang yang beriman dengan firman-Nya:يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِاللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian (dapat) memalingkan kalian dari dzikrullah. Barangsiapa berbuat demikian maka merekalah orang-orang yang merugi.” (Al-Munafiqun: 9)Harta Dapat Menjadikan Seseorang SombongKondisi serba berkecukupan alias kaya harta tak jarang membuat seseorang lupa daratan, melampaui batas, dan sombong. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:كَلاَّ إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَيَطْغَى. أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى“Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Manakala dia melihat dirinya serba berkecukupan.” (Al-‘Alaq: 6-7)Mungkin di antara anda ada yang bertanya: “Adakah di dalam Al-Qur`an kisah umat terdahulu yang lupa daratan, melampaui batas dan sombong dikarenakan harta yang dimilikinya, agar kita bisa mengambil pelajaran (ibrah) darinya?” Maka jawabnya adalah: “Ada.”Di antaranya adalah Qarun, seorang kaya raya dari Bani Israil (anak paman Nabi Musa ‘alaihissalam) yang telah melampaui batas dan sombong. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:إِنَّ قَارُوْنَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوْسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوْءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لاَ تَفْرَحْ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ. وَابْتَغِ فِيْمَا آتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلآخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ. قَالَ إِنَّمَا أُوتِيْتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلاَ يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ. فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِيْنَتِهِ قَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُوْنُ إِنَّهُ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ. وَقَالَ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلاَ يُلَقَّاهَا إِلاَّ الصَّابِرُوْنَ. فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ اْلأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُوْنَهُ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ. وَأَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِاْلأَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَأَنَّ اللهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلاَ أَنْ مَنَّ اللهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُوْنَ. تِلْكَ الدَّارُ اْلآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لاَ يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ“Sesungguhnya Qarun termasuk dari kaum Nabi Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah karuniakan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah engkau terlalu bangga diri (sombong), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri (sombong). Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.’ Qarun pun menjawab: ‘ Sesungguhnya aku dikaruniai harta tersebut dikarenakan ilmu (kepandaian)-ku’. Tidakkah Qarun tahu sungguh Allah telah membinasakan umat-umat sebelum dia yang jauh lebih kuat darinya dan lebih banyak dalam mengumpulkan harta? Dan tak perlu dipertanyakan lagi orang-orang jahat itu tentang dosa-dosa mereka. Maka (suatu hari) tampillah Qarun di tengah-tengah kaumnya dengan segala kemegahannya, lalu berkatalah orang-orang yang tertipu oleh kehidupan dunia: ‘Duhai kiranya kami dikaruniai (harta) seperti Qarun, sungguh dia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.’ Adapun orang-orang yang berilmu, mereka mengatakan: ‘Celakalah kalian, sesungguhnya karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, namun tidaklah pahala itu diperoleh kecuali oleh orang-orang yang sabar.’ Akhirnya Kami benamkan dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada satu golongan pun yang dapat menolongnya dari azab Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah). Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashash: 76-83)Al-Imam Al-Qurthubi berkata: “Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan (dalam ayat-ayat tersebut, pen.) bahwa Qarun telah diberi perbendaharaan harta yang amat banyak hingga ia lupa diri. Dan semua yang dimilikinya itu ternyata tidak mampu menyelamatkannya dari azab Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana pula yang telah dialami (sebelumnya, pen.) oleh Fir’aun.” (Tafsir Al-Qurthubi)Berikutnya adalah kisah tentang musuh-musuh para rasul secara umum yang melampaui batas lagi sombong disebabkan harta yang dimilikinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيْرٍ إِلاَّ قَالَ مُتْرَفُوْهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُوْنَ. وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالاً وَأَوْلاَدًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ“Dan Kami tidaklah mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun (Rasul) melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mengingkari segala apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya’. Mereka juga berkata: ‘Kami mempunyai harta dan anak yang lebih banyak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab’.” (Saba’: 34-37)Kisah berikutnya adalah tentang para pembesar Bani Israil yang memprotes Nabi mereka atas diangkatnya Thalut sebagai raja mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوْتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُوْنُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengangkat Thalut menjadi raja kalian’. Mereka menjawab: ‘Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedangkan dia pun bukan orang yang kaya?’ (Nabi mereka) berkata: ‘Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas serta tubuh yang perkasa.’ Allah memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 247)Para pembaca, demikianlah beberapa fenomena mengerikan tentang harta dan perannya yang amat besar dalam mengantarkan anak manusia kepada kesombongan. Akibatnya, kebenaran dengan ‘enteng’ ditolaknya dan orang-orang mulia pun direndahkannya. Padahal seluruh harta dan kekayaan yang dimilikinya itu tidak dapat menyelamatkannya dari azab Allah Subhanahu wa Ta'ala. Masih ingatkah dengan kisah Qarun, yang harta dan seluruh kekayaannya tidak mampu menyelamatkannya dari azab Allah Subhanahu wa Ta'ala? Bahkan ia dan seluruh kekayaannya dibenamkan ke dalam bumi?!Hal senada telah Allah Subhanahu wa Ta'ala firmankan perihal Abu Lahab, paman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang kafir lagi sombong:تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ. مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan binasa. Tidaklah berfaedah baginya harta bendanya dan segala apa yang ia usahakan (dari azab Allah).” (Al-Masad: 1-2)Maka dari itu, tidaklah pantas bagi seorang muslim yang diberi karunia harta oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk berbangga diri (sombong) dengan hartanya. Bukankah harta itu merupakan titipan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat? Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ“Kemudian kalian pasti akan ditanya pada hari itu (hari kiamat) tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan dengannya).” (At-Takatsur: 8)Refleksi tentang Pendapatan Ekonomi dan PenyalurannyaSekedar potret betapa fitnah harta telah mencengkram dengan kuat umat manusia di jaman ini, adalah bersarangnya slogan hidup ‘time is money’ (waktu adalah uang) pada otak kebanyakan orang, termasuk umat Islam. Waktu pun dihabiskan untuk mengais harta sehingga tak ada waktu untuk keluarga, interaksi sosial, apalagi mengkaji ilmu agama. Ini diperparah dengan munculnya argumentasi dangkal; ‘mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal’. Padahal semua harta yang dimiliki ini kelak akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat; Dari manakah harta itu diperoleh dan untuk apakah harta itu disalurkan?Fenomena di atas akan kian nyata bila mencermati berbagai sarana untuk mendapatkan sumber ekonomi yang tak lagi memperhatikan norma-norma syariat, halal ataupun haram. Praktik riba merajalela, mulai dari sistem yang paling sederhana hingga yang tercanggih sekalipun. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبَا لاَ يَقُوْمُوْنَ إِلاَّ كَمَا يَقُوْمُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ. يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيْمٍ. إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ. فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوْسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُوْنَ وَلاَ تُظْلَمُوْنَ“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri (ketika dibangkitkan dari kuburnya, pen.) melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, disebabkan mereka (berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Allah, lalu berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), maka urusannya (terserah) Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni An-Naar; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah. Dan Allah tidak menyukai orang yang tetap di atas kekafiran dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, merekalah orang-orang yang mendapat pahala di sisi Rabb mereka. Tiada kekhawatiran pada diri mereka dan tiada (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian benar-benar orang yang beriman. Jika kalian masih keberatan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kalian. Dan jika kalian bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi kalian pokok (modal) harta; kalian tidaklah menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Baqarah: 275-279)Persaingan usaha pun makin tak sehat. Jegal sana jegal sini, suap sana suap sini, hingga nyawa siap menjadi taruhannya. Tak mengherankan bila kehidupan bisnis dan industri saat ini banyak diwarnai kasus-kasus kelabu yang tidak selaras dengan fitrah suci dan norma-norma agama yang murni. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku di atas asas saling meridhai di antara kalian.” (An-Nisa`: 29)Praktik penipuan kerap kali dilakukan dengan cara-cara sistematis. Bahkan untuk meraup harta orang lain pun tak jarang ditempuh jalur hukum, dalam kondisi pelakunya sadar bahwa ia sedang berbuat aniaya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:وَلاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيْقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِاْلإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ“Dan janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil dan (janganlah) kalian membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kalian dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 188)Perjudian dengan beragam jenisnya, menjadi jalan pintas yang paling digemari dalam meraup ‘pendapatan’. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengingatkan para hamba-Nya:يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَاْلأَنْصَابُ وَاْلأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. إِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَعَنِ الصَّلاَةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُوْنَ“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkurban) untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan shalat; maka berhentilah kalian (dari perbuatan itu).” (Al-Maidah: 90-91)Kasus-kasus pencurian, perampokan, hingga korupsi tak kalah banyaknya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berwasiat kepada sekalian umat manusia:يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي اْلأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan; karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (Al-Baqarah: 168)Sementara itu jika kita mencermati keadaan orang-orang yang diberi karunia harta oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka beragam pula modelnya. Ada yang menghambur-hamburkan hartanya dengan boros (di jalan yang tidak jelas), dan ada pula yang bakhil. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلاَ تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا. إِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِيْنِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُوْرًا. وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوْهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلاً مَيْسُوْرًا. وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَحْسُوْرًا“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Rabbnya. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Rabbmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka perkataan yang pantas. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (bakhil, pen.) dan jangan pula kamu terlalu mengulurkannya sehingga kamu termasuk orang yang tercela lagi menyesal.” (Al-Isra`: 26-29)Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman tatkala mengisahkan ucapan (nasihat) kaum Nabi Musa terhadap Qarun:وَابْتَغِ فِيْمَا آتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْْْلآخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَتَبْغِ الْفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ“Dan carilah pada apa yang telah Allah karuniakan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 77)Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Pergunakanlah apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala telah karuniakan kepadamu dari harta yang banyak dan nikmat yang tak terhingga itu, untuk ketaatan kepada Rabbmu dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan beragam amal shalih, yang diharapkan dengannya mendapatkan pahala baik di dunia dan di akhirat. (Janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, pen.) yang Allah Subhanahu wa Ta'ala halalkan bagimu berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan menikahi wanita. Merupakan suatu keharusan bagimu untuk menunaikan hak Rabbmu, hak dirimu, keluargamu, dan orang-orang yang mengunjungimu. Tunaikanlah haknya masing-masing. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Janganlah kamu berambisi dengan kekayaan yang ada untuk berbuat kerusakan di (muka) bumi dan kejahatan kepada sesama. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Tafsir Ibnu Katsir juz 3, hal. 385)Maka dari itu, bila anda termasuk orang yang mendapatkan karunia harta dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, jadikanlah harta anda sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tunaikanlah segala hak yang berkaitan dengan harta anda. Keluarkanlah zakat, bershadaqahlah kepada fakir miskin, santunilah anak yatim, bantulah orang-orang yang sedang kesusahan/ ditimpa musibah, dan lain sebagainya. Jangan sampai harta yang anda miliki menjadi penghalang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sebagai penyebab untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Jauhkanlah diri anda dari perbuatan menghambur-hamburkan harta dengan jalan pemborosan, sebagaimana pula harus menjauhkan diri dari sifat bakhil.PenutupDemikianlah gambaran harta yang senantiasa mengitari hidup manusia. Tentunya kita semua berharap agar termasuk hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang istiqamah di atas jalan-Nya. Dengan tidak buta mata (menempuh cara-cara yang haram) ketika diuji dengan keterbatasan rizki dan tidak lalai (untuk menunaikan hak) ketika dikaruniai keluasan rizki. Terlebih di masa sekarang ini yang banyak dipenuhi serpihan fitnah syahwat dan fitnah syubhat.“Ya Allah…janganlah Engkau jadikan harta (dunia) ini sebagai sesuatu yang segala-galanya dalam kehidupan kami, dan jangan pula Engkau jadikan ia sebagai puncak tujuan dari ilmu yang kami miliki.”Amiin ya Rabbal ‘Alamin….
Penyakit-penyakit Hati
Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting dari pada tubuh.Allah berfirman, artinya:"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya." (Al-An'am : 122)
Artinya, ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
Dua Bentuk Penyakit Hati:
Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an.Allah berfirman, artinya:"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32)Ini yang disebut penyakit syahwat.
Allah juga berfirman, artinya:"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)Allah juga berfirman, artinya:"Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125)
Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari, sebagai contoh sebuah ungkapan bahwa dakwah cenderung mudah diterima oleh orang yang relatif sejahtera dibandingkan yang miskin dicontohkanlah abu bakar assiddik, hal ini adalah ungkapan yang keliru bukankah pendukung dakwah Rosulullah sebagian dari para budak yang miskin seperti Bilal bin rabah, Khobab dan yang lainnya atau memfatwakan halalnya mengucapkan selamat natal kepada orang-orang kristen.
Mereka tidak merasa pernyataannya itu berpenyakith karena memang, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. "Luka, tak akan dapat membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi. Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian.
Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat:
Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya. Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat.Sesungguhnya Allah berfirman:"Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat : 44)
Artinya, ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
Dua Bentuk Penyakit Hati:
Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an.Allah berfirman, artinya:"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32)Ini yang disebut penyakit syahwat.
Allah juga berfirman, artinya:"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)Allah juga berfirman, artinya:"Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125)
Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari, sebagai contoh sebuah ungkapan bahwa dakwah cenderung mudah diterima oleh orang yang relatif sejahtera dibandingkan yang miskin dicontohkanlah abu bakar assiddik, hal ini adalah ungkapan yang keliru bukankah pendukung dakwah Rosulullah sebagian dari para budak yang miskin seperti Bilal bin rabah, Khobab dan yang lainnya atau memfatwakan halalnya mengucapkan selamat natal kepada orang-orang kristen.
Mereka tidak merasa pernyataannya itu berpenyakith karena memang, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. "Luka, tak akan dapat membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi. Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian.
Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat:
Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya. Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat.Sesungguhnya Allah berfirman:"Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat : 44)
Selasa, 23 September 2008
Tanda-tanda Kiamat
Assalamu'alaikum wr. wb
Berikut tanda tanda kecil kiamat yang menakjubkan :
1. Menggembungnya bulan
telah bersabda Rasulullah saw : " di antara sudah mendekatnya kiamat ialah menggembungnya bulan sabit(awal bulan) " dishahihkan? AlBaani di Ash Shahihah nomor 2292 dalam riwayat yang lain dikatakan "di antara sudah dekatnya hari kiamat ialah bahwa orang akan melihat bulan sabit seperti sebelumnya, maka orang akan mengatakan satu bentuk darinya untuk dua malam dan masjid akan dijadikan tempat untuk jalan jalan serta meluasnya mati mendadak" (Ash Shahiihah AlBani 2292) Menakjubkan ... satu bulan sabit dihitung dua kali !!!, sekarang ummat islam hampir selalu bertengkar menentukan bulan sabit untuk ramadhan, syawal dan idhul adha .. antar ru'yat tidak sama cara melihatnya , antar hisab berbeda cara menghitungnya .... shodaqo rasuuhul kariim
2. Tersebarnya banyak pasar
Rasuluillah bersabda : "Kiamat hampir saja akan berdiri apabila sudah banyak perbuatan bohong, masa(waktu) akan terasa cepat dan pasar pasar akan berdekatan (karena banyaknya)" (sahih Ibnu Hibban)Lihatlah sekarang, pasar ada dimana mana, mall semakin banyak, supermarket di mana mana ....
3. Wanita ikut bekerja
Seperti laki laki rasulullah bersabda : "pada pintu gerbang kiamat orang2 hanya akan mengucapkan salam kepada orang yang khusus(dikenal) saja dan berkembangnya perniagaan sehingga wanita ikut seperti suaminya (bekerja/berdagang) " Hadist Shahih lighairihi Ahmad Sekarang karena emansipasi wanita, wanita yang bekerja sudah banyak betul, bahkan berlomba untuk menjadi caleg jadi ... shodaqo rasuuhul kariim
4. Banyaknya Polisi, jual beli jabatan dan kasus hukum
Rasululah bersabda : "bersegeralah kamu melakukan amal shalih sebelum datang 6 perkara : pemerintahan orang orang jahil, banyaknya polisi, penjual belian HUKUM atau JABATAN, memandang remeh terhadap darah, pemutusan silaturrahim, adanya manusia yang menjadikan al qur'an sebagai seruling dimana mereka menunjuk seorang imam untuk sholat jamaah agar ia dapat menyaksikan keindahannya dalam membaca Al QUr'an meskipun ia paling sedikit ke-Faqihannya. " Musnad Ahmad, At Thabrani, Ash Shaihhah AlBani 979
5. Manusia akan bermegah megah dalam membangun masjid
Rasulullah bersabda "tidak akan beridir kiamat hingga manusia berbangga bangga dengan masjid" (hadist sahih musnad Ahmad3:134,145, An Nasa'i 2:32, Abu Dawud 449,Ibnu Majah 779) padahal rasulullah dilain tempat berkata "saya tidak diutus untuk menjulangkan masjid masjid" (sahih sunan abu dawud:448)subhanallah, masjid masjid seakarang megah betul .. indah benar
6. Menjadi pengikut tradisi Yahudi dan Nasrani
Telah berkata rasulullah : "Sungguh kamu akan mengikuti jalan hidup orang orang sebelum kamu,sejengkal demi sejengkal , sehasta demi sehasta (tanpa berbeda sedikitpun) sehingga walaupun mereka masuk ke lubang biawak, maka kamu akan masuk juga" Sahabat bertanya : wahai rasulullah, apakah kaum yang akan kami ikuti tersebut adalah kaum Yahudi dan Nasrani ?, maka Nabi menjawab : Siapa Lagi (kalau bukan mereka) ?shodaqo rasuuhul kariim ... ummat sudah menjadi pengikut barat ... peringatan tahun baru, valentin day, peringatan ulang tahun, penikmat demokrasi, HAM, hukum positif dan sebagainya ...
7. Irak diboikot dan makanan ditahan darinya
Rasulullah bersabda : "hampir saja tidak boleh dibawa makanan ke negeri Irak secupak(qafizh) makanan atau sebuah dirham, kami(sahabat) bertanya Orang orang ajam(non arab) kah yang melakukan ini ? kemudian beliau berkata : "hampir saja tidak dibawa makanan atau sebuah dinar kepada penduduk syam(palestina, syiria , libanon , yordandan sekitarnya) kemudian sahabat bertanya "siap ayang melakukan itu ya rasulullah ? " orang orang RUM(Romawi : Amerika-Eropa)Sebenarnya ini adalah tanda yang paling menakjubkan, karena sampai sekarang irak telah diboikot oleh Amerika semenjak perang teluk dan syam telah menderita kekuarangan makanan, palestina di jajah israel yahudi ..dan .. setelah terkepungnya irak dan syam ini .. dan setelah terjadinya peperangan dhasyat di PALESTINA maka akan muncullah tanda tanda besar kiamat berupa munculnya Imam Mahdi, Keluarnya Dajjal dan turunnya Isa Al Masih
8. Turki akan memerangi Irak
Rasulullah bersabda : "sekelompok manusia dari ummatku akan turun di suatu dataran rendah yang mereka namakan dengan Bashrah pada tepi suatu sungai yang bernama Dajlah. Dan apabila telah datang akhir zaman datangkah Bani Qanthura (mereka adalah orang orang turki) yang bermuka lebar dan bermata kecil sehingga mereka turun pada tepi sungai itu, maka terpecahlah penduduknya menjadi 3 kelompok, yang satu sibuk mengikuti ekor ekor sapi mereka(sibuk mengurusi harta benda) dan mereka akan hancur, dan satu kelompok dari mereka akan memperhatikan diri mereka sendiri dan mereka itu telah kafir, dan satu kelompok dari mereka akan menjadikan anak cucu mereka di belakang mereka kemudian mereka berperang, itulah para syuhada" (hadits hasan diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud(4138)Pada bulan mei 1997 dahulu orang orang turki telah mulai memancing mancing permusuhan dengan irak dan mereka membangkitkan masalah masalah yang dibuat buat sekitar masalah air di sungai Eufrat dan orang orang turki itu membuat kesepakatan dengan orang orang israel dan amerika dan melakukan latihan militer bersama dengan tujuan penyerangan irak, iran dan syiria, dan waktu itu juga Turki menyerang bagian irak utara dengan alasan untuk menghjajar suku kurdi .. kita tunggu saja apa yang akan terjadi nanti ..
9. Bumi Arab akan kembali menjadi kebun kebun dan sungai sungai
telah bersabda rasulullah : "tidak akan berdiri hari kiamat hingga harta aakan banyak melimpah dan sehingga bumi arab kembali menjadi kebun kebun dan sungai sungai " ? (Ahmad dan Muslim)Dan negeri arab saat ini telah menjadi kebun !! dan banyak nya sungai .. didaerah tha'if bahkan telah turun butiran es dan musim haji kemarin susuhu dingin kira kira 5 derajat celcius ... tidak lagi panas
10. Peperangan dengan Yahudi
Tidak terjadi kiamat hingga oranng orang berperagn dengan? Yahudi, dan orang orang Yahudi bersembunyi dibawah batu dan pohon, lalu batu dan pohon itu berkata kepada orang orang islam " di sini ada Yahudi, maka bunuhlah ia" (Fathul Bari', Al Manaqib, Al Hafiz Ibnu Hajar) Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Berikut tanda tanda kecil kiamat yang menakjubkan :
1. Menggembungnya bulan
telah bersabda Rasulullah saw : " di antara sudah mendekatnya kiamat ialah menggembungnya bulan sabit(awal bulan) " dishahihkan? AlBaani di Ash Shahihah nomor 2292 dalam riwayat yang lain dikatakan "di antara sudah dekatnya hari kiamat ialah bahwa orang akan melihat bulan sabit seperti sebelumnya, maka orang akan mengatakan satu bentuk darinya untuk dua malam dan masjid akan dijadikan tempat untuk jalan jalan serta meluasnya mati mendadak" (Ash Shahiihah AlBani 2292) Menakjubkan ... satu bulan sabit dihitung dua kali !!!, sekarang ummat islam hampir selalu bertengkar menentukan bulan sabit untuk ramadhan, syawal dan idhul adha .. antar ru'yat tidak sama cara melihatnya , antar hisab berbeda cara menghitungnya .... shodaqo rasuuhul kariim
2. Tersebarnya banyak pasar
Rasuluillah bersabda : "Kiamat hampir saja akan berdiri apabila sudah banyak perbuatan bohong, masa(waktu) akan terasa cepat dan pasar pasar akan berdekatan (karena banyaknya)" (sahih Ibnu Hibban)Lihatlah sekarang, pasar ada dimana mana, mall semakin banyak, supermarket di mana mana ....
3. Wanita ikut bekerja
Seperti laki laki rasulullah bersabda : "pada pintu gerbang kiamat orang2 hanya akan mengucapkan salam kepada orang yang khusus(dikenal) saja dan berkembangnya perniagaan sehingga wanita ikut seperti suaminya (bekerja/berdagang) " Hadist Shahih lighairihi Ahmad Sekarang karena emansipasi wanita, wanita yang bekerja sudah banyak betul, bahkan berlomba untuk menjadi caleg jadi ... shodaqo rasuuhul kariim
4. Banyaknya Polisi, jual beli jabatan dan kasus hukum
Rasululah bersabda : "bersegeralah kamu melakukan amal shalih sebelum datang 6 perkara : pemerintahan orang orang jahil, banyaknya polisi, penjual belian HUKUM atau JABATAN, memandang remeh terhadap darah, pemutusan silaturrahim, adanya manusia yang menjadikan al qur'an sebagai seruling dimana mereka menunjuk seorang imam untuk sholat jamaah agar ia dapat menyaksikan keindahannya dalam membaca Al QUr'an meskipun ia paling sedikit ke-Faqihannya. " Musnad Ahmad, At Thabrani, Ash Shaihhah AlBani 979
5. Manusia akan bermegah megah dalam membangun masjid
Rasulullah bersabda "tidak akan beridir kiamat hingga manusia berbangga bangga dengan masjid" (hadist sahih musnad Ahmad3:134,145, An Nasa'i 2:32, Abu Dawud 449,Ibnu Majah 779) padahal rasulullah dilain tempat berkata "saya tidak diutus untuk menjulangkan masjid masjid" (sahih sunan abu dawud:448)subhanallah, masjid masjid seakarang megah betul .. indah benar
6. Menjadi pengikut tradisi Yahudi dan Nasrani
Telah berkata rasulullah : "Sungguh kamu akan mengikuti jalan hidup orang orang sebelum kamu,sejengkal demi sejengkal , sehasta demi sehasta (tanpa berbeda sedikitpun) sehingga walaupun mereka masuk ke lubang biawak, maka kamu akan masuk juga" Sahabat bertanya : wahai rasulullah, apakah kaum yang akan kami ikuti tersebut adalah kaum Yahudi dan Nasrani ?, maka Nabi menjawab : Siapa Lagi (kalau bukan mereka) ?shodaqo rasuuhul kariim ... ummat sudah menjadi pengikut barat ... peringatan tahun baru, valentin day, peringatan ulang tahun, penikmat demokrasi, HAM, hukum positif dan sebagainya ...
7. Irak diboikot dan makanan ditahan darinya
Rasulullah bersabda : "hampir saja tidak boleh dibawa makanan ke negeri Irak secupak(qafizh) makanan atau sebuah dirham, kami(sahabat) bertanya Orang orang ajam(non arab) kah yang melakukan ini ? kemudian beliau berkata : "hampir saja tidak dibawa makanan atau sebuah dinar kepada penduduk syam(palestina, syiria , libanon , yordandan sekitarnya) kemudian sahabat bertanya "siap ayang melakukan itu ya rasulullah ? " orang orang RUM(Romawi : Amerika-Eropa)Sebenarnya ini adalah tanda yang paling menakjubkan, karena sampai sekarang irak telah diboikot oleh Amerika semenjak perang teluk dan syam telah menderita kekuarangan makanan, palestina di jajah israel yahudi ..dan .. setelah terkepungnya irak dan syam ini .. dan setelah terjadinya peperangan dhasyat di PALESTINA maka akan muncullah tanda tanda besar kiamat berupa munculnya Imam Mahdi, Keluarnya Dajjal dan turunnya Isa Al Masih
8. Turki akan memerangi Irak
Rasulullah bersabda : "sekelompok manusia dari ummatku akan turun di suatu dataran rendah yang mereka namakan dengan Bashrah pada tepi suatu sungai yang bernama Dajlah. Dan apabila telah datang akhir zaman datangkah Bani Qanthura (mereka adalah orang orang turki) yang bermuka lebar dan bermata kecil sehingga mereka turun pada tepi sungai itu, maka terpecahlah penduduknya menjadi 3 kelompok, yang satu sibuk mengikuti ekor ekor sapi mereka(sibuk mengurusi harta benda) dan mereka akan hancur, dan satu kelompok dari mereka akan memperhatikan diri mereka sendiri dan mereka itu telah kafir, dan satu kelompok dari mereka akan menjadikan anak cucu mereka di belakang mereka kemudian mereka berperang, itulah para syuhada" (hadits hasan diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud(4138)Pada bulan mei 1997 dahulu orang orang turki telah mulai memancing mancing permusuhan dengan irak dan mereka membangkitkan masalah masalah yang dibuat buat sekitar masalah air di sungai Eufrat dan orang orang turki itu membuat kesepakatan dengan orang orang israel dan amerika dan melakukan latihan militer bersama dengan tujuan penyerangan irak, iran dan syiria, dan waktu itu juga Turki menyerang bagian irak utara dengan alasan untuk menghjajar suku kurdi .. kita tunggu saja apa yang akan terjadi nanti ..
9. Bumi Arab akan kembali menjadi kebun kebun dan sungai sungai
telah bersabda rasulullah : "tidak akan berdiri hari kiamat hingga harta aakan banyak melimpah dan sehingga bumi arab kembali menjadi kebun kebun dan sungai sungai " ? (Ahmad dan Muslim)Dan negeri arab saat ini telah menjadi kebun !! dan banyak nya sungai .. didaerah tha'if bahkan telah turun butiran es dan musim haji kemarin susuhu dingin kira kira 5 derajat celcius ... tidak lagi panas
10. Peperangan dengan Yahudi
Tidak terjadi kiamat hingga oranng orang berperagn dengan? Yahudi, dan orang orang Yahudi bersembunyi dibawah batu dan pohon, lalu batu dan pohon itu berkata kepada orang orang islam " di sini ada Yahudi, maka bunuhlah ia" (Fathul Bari', Al Manaqib, Al Hafiz Ibnu Hajar) Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Surat Untuk Qiyadah
Kepada Yth
Ketua DPD PKS Depok
Di Tempat
الحمد لله رب العالمين ، والعاقبة للمتقين ، ولا عدوان إلا على الظالمين ، كالمبتدعة والمشركين ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده ولا شريك له ، إله الأولين والآخرين ، وقيوم السماوات والأرضين . وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ، وخيرته من خلقه أجمعين .
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين ، وسلم تسليماً كثيراً .
Saat wilayah abu-abu kita masuki, ada perasaan amat berat, ketidakmampuan yang amat. Benar, diri ini belum sebanding dengan Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, dan Umar Bin Abdul Aziz dalam memerankan diri sebagai khalifah Allah di muka bumi, wakil rakyat yang santun, bersahaja, dan menganggap kekuasaan dan jabatan merupakan amanah yang amat berat dipertanggungjawabkan. Mereka tetap tak berpaling pada dunia. Walau dunia berada dalam genggaman tangan mereka. Hasil didikan Rasulullah Saw benar-benar menjadi ummat terbaik, yang dilahirkan sebagai contoh bagi generasi ummat saat ini. Pola dan alur hidup mereka tidak berubah sejak dilantik dan dipercaya sebagai khalifah. Tidak ada protokoler, juga tidak menjaga jarak dengan ummat, melayani semua anggota masyarakat dengan seadil-adilnya. Tak perlu heran, bila dibawah kepemimpinan mereka, mencari anggota masyarakat sebagai penerima Ziswaf, sulitnya bukan kepalang. Bukti bahwa mereka mampu mensejahterakan rakyat dengan baik. Prolog ini sengaja saya ketengahkan untuk bahan muhasabah, introspeksi kepada diri pribadi. Bahwa menjadi wakil rakyat merupakan sebuah amanah yang amat berat kita emban. Pertanggungjawabannya bukan kepada partai pengusung lagi. Tapi kepada pemilik alam ini, Allah swt. Sarat dengan kisah dan pertarungan nurani. Selalu ada pergolakan batin yang amat dahsyat. Penuh dengan upaya mencari integritas pribadi dan jamaah. Tak banyak yang tahu, menjadi anggota dewan itu sungguh perjuangan dan pengorbanan keimanan terberat. Karena nuansa integritas menjadi tinta utama untuk melukis karya di atas kanvas kehidupan. Apalagi bila dikaitkan dengan agenda-agenda tarbiyah jihadiyah, yang selalu bertentangan dengan kebatilan, baik terstruktur maupun yang sudah terlanjur menjadi kultur. Hal demikian itu, akan amat menantang andrenalin keimanan. Mengantar masyarakat untuk beriman , memang bukan pekerjaan sambilan. Sambil menapaki ranah legislasi, berupaya semaksimal mungkin menata instrumen-instrumen tauhid dalam kehidupan mereka. Ternyata, memang benar adanya, pekerjaan ini sangat membutuhkan loyalitas dan totalitas untuk serius berkhidmat kepada ummat. Ummat kini sedang menanti kerja keras kita dalam dakwah, mengingatkan mereka akan ajaran agamanya. Meluruskan segala bentuk kekufuran yang terjadi dan sedang berlangsung di masyarakat. Indikasi keimanan seseorang itu meningkat, ia dapat membedakan antara kebatilan dan al-haq dengan gamblang nan nyata. Hal itu mereka lakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih. Tidak berharap tepukan tangan audiens, tidak meminta aplaus yang panjang dan membahana. Cukup keridhaan Allah swt, dan mereka pun ridha kepada ketetapan Allah swt. Kontinyuitas menyapa mereka adalah jaminan kuatnya perhatian kita terhadap mereka. Tidak temporal dan saat ada momen-momen tertentu saja. Pemahaman terhadap Al-Islam yang syumul dan kaffah, seharusnya kedua item itu dipahamkan kepada mereka secara sempurna dan menyeluruh pula. Tugas ini menjadi kian berat ketika satu sisi mengharapkan suara mereka, tapi di sisi lain, kita bersebarangan dengan kebanyakan kebiasaan mereka. Ada gap yang saling memisahkan. Terjadilah tawar-menawar. Sehingga berakhir dengan isyarat ‘damai’. Nah, ini sejatinya sesuatu yang menghalangi kita untuk membangun komunitas dakwah yang solid, memasyarakat, dan berpadu dalam al-amr bil ma’ruf dan an-nahyu ‘anil munkar dalam satu ikatan dan keridhaan Allah Swt. Padahal posisi kita sangat-sangat menguntungkan, sebagai wakil rakyat yang sangat didengar suaranya, dan legislasi yang kita hasilkan dapat ‘memaksa’ mereka patuh dan menjalankannya dengan baik. Karena itu pula, keberatan-keberatan ini yang membuat diri ini ringkih, ringkih spiritualitas, melemahkan iman, menumbuhkan-suburkan syubhat dan syahwat, dan bisa berdampingan mesra dengan pegiat kemaksiatan. Sungguh keberatan-keberatan ini terinspirasi oleh betapa beratnya mengawal generasi, dan itulah sejatinya butuh pembinaan yang maha berat. Jangan sampai ummat jengah melihat kinerja dakwah kita. Apakah yang sudah kita perbuat ini cukup banyak. Dampaknya pada masyarakat seberapa jauh. Tawar hati ini bila kemudian ada ungkapan para aleg otomatis menjadi caleg pada pemilu 2009 kelak. Banyak usulan dari kader tentang siapa yang layak dan yang tidak. Jangan sampai ada unsur keterpaksaan. Bukan lagi berkutat pada sam’an wa tho’atan lagi. Melainkan ada tidaknya panggilan jiwa, atau siapa yang lebih punya kafaa’ah syar’i secara baik, konsisten dan persisten dalam menjalankan ad-dien ini secara lebih baik, itu yang berhak. Terkait dengan pencalonan Anggota Legislatif 2009, ada hal-hal yang membuat saya tidak dapat meneruskan proses pencalonan itu. Bahwa tarbiyah tak bisa lepas dari peranan dan eksistensi murobbi yang memberi energi spiritual dan keteladanan yang sanggup menundukkan nafsu syahwat dan syubhat di dunia yang penuh dengan intrik. Karena mutarobbi yang berkualitas (baik secara intelektual dan spiritual ) tak lepas oleh sentuhan spiritual murobbi yang ikhlas. Dengan berkonsentrasi di bidang pembinaan dan dakwah, dua hal yang merupakan pondasi keberhasilan dakwah ditengah arus masifitas budaya yang semakin memprihatinkan saja.Ranah dakwah seperti ini yang membuat hati ini tergerak untuk berkonsentrasi pada pembinaan kader-kader dakwah yang tidak silau oleh pencapaian–pencapaian duniawi semata. Yang justru menjauhkan mereka dari ketatan kepada Allah dan Rasulnya. Membina dan mengarahkan mereka, butuh waktu dan totalitas yang hendaknya wajib dilakukan oleh setiap insan yang mengikrarkan syahadat. Ada benarnya, dunia politik penuh dengan suara sumbang yang cukup melelahkan nurani, sehingga energi kita habis terkuras guna mengurus hal-hal yang yang bersifat temporal belaka. Sehingga penyiapan dan pematangan kader dakwah mengalami stagnasi, karena selalu bergulat dengan aroma politik praktis. Fenomena ini yang memberatkan hati untuk melangkahkan kaki ke Kota Kembang untuk kali kedua. karenanya agar diganti oleh kader yang lebih baik dari saya. Lebih mumpuni dari sisi kafaah syar’i, atau yang lebih mempunyai loyalitas dalam menjalankan fungsinya sebagai duta partai di ranah legislasi. Dakwah membutuhkan pembinaan yang serius dan istiqamah, dan tak akan bisa digantikan dengan pencapaian-pencapaian jangka pendek. Sungguh, kita tak akan tahu kelemaha-kelemahan diri tanpa ada upaya mengeliminasi jika kita tak bergerak mendekati masyarakat sesuai tuntunan sunnah Rasulullah Saw. Dalam pada itu, dakwah dan politik butuh pribadi-pribadi tegar, tak gentar oleh cemoohan publik, tak mudah terkontaminasi dengan warna yang telah ada. Sama halnya dengan mutiara, dimanapun ditempatkan, ia akan tetap menjadi mutiara. Ana takut bila semakin hari, makin terbiasa menyepelekan potensi syukur dan membonsai semangat dakwah, yang sangat membutuhkan keteladanan. Dan itu yang diajarkan Muhammad Saw beserta generasi terbaik Islam. Ana tidak mampu untuk berlama-lama menjadi wakil rakyat, terlalu berat untuk kembali memangku amanah serupa pada pemilihan umum mendatang. Dengan segala kerendahan hati, mohon kiranya DPD PKS Kota Depok memahami keberatan saya terkait dengan pencalonan kembali anggota legsilatif PKS pada pemilu 2009 mendatang.
Budi Wahyudi SE MM
Ketua DPD PKS Depok
Di Tempat
الحمد لله رب العالمين ، والعاقبة للمتقين ، ولا عدوان إلا على الظالمين ، كالمبتدعة والمشركين ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده ولا شريك له ، إله الأولين والآخرين ، وقيوم السماوات والأرضين . وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ، وخيرته من خلقه أجمعين .
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين ، وسلم تسليماً كثيراً .
Saat wilayah abu-abu kita masuki, ada perasaan amat berat, ketidakmampuan yang amat. Benar, diri ini belum sebanding dengan Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, dan Umar Bin Abdul Aziz dalam memerankan diri sebagai khalifah Allah di muka bumi, wakil rakyat yang santun, bersahaja, dan menganggap kekuasaan dan jabatan merupakan amanah yang amat berat dipertanggungjawabkan. Mereka tetap tak berpaling pada dunia. Walau dunia berada dalam genggaman tangan mereka. Hasil didikan Rasulullah Saw benar-benar menjadi ummat terbaik, yang dilahirkan sebagai contoh bagi generasi ummat saat ini. Pola dan alur hidup mereka tidak berubah sejak dilantik dan dipercaya sebagai khalifah. Tidak ada protokoler, juga tidak menjaga jarak dengan ummat, melayani semua anggota masyarakat dengan seadil-adilnya. Tak perlu heran, bila dibawah kepemimpinan mereka, mencari anggota masyarakat sebagai penerima Ziswaf, sulitnya bukan kepalang. Bukti bahwa mereka mampu mensejahterakan rakyat dengan baik. Prolog ini sengaja saya ketengahkan untuk bahan muhasabah, introspeksi kepada diri pribadi. Bahwa menjadi wakil rakyat merupakan sebuah amanah yang amat berat kita emban. Pertanggungjawabannya bukan kepada partai pengusung lagi. Tapi kepada pemilik alam ini, Allah swt. Sarat dengan kisah dan pertarungan nurani. Selalu ada pergolakan batin yang amat dahsyat. Penuh dengan upaya mencari integritas pribadi dan jamaah. Tak banyak yang tahu, menjadi anggota dewan itu sungguh perjuangan dan pengorbanan keimanan terberat. Karena nuansa integritas menjadi tinta utama untuk melukis karya di atas kanvas kehidupan. Apalagi bila dikaitkan dengan agenda-agenda tarbiyah jihadiyah, yang selalu bertentangan dengan kebatilan, baik terstruktur maupun yang sudah terlanjur menjadi kultur. Hal demikian itu, akan amat menantang andrenalin keimanan. Mengantar masyarakat untuk beriman , memang bukan pekerjaan sambilan. Sambil menapaki ranah legislasi, berupaya semaksimal mungkin menata instrumen-instrumen tauhid dalam kehidupan mereka. Ternyata, memang benar adanya, pekerjaan ini sangat membutuhkan loyalitas dan totalitas untuk serius berkhidmat kepada ummat. Ummat kini sedang menanti kerja keras kita dalam dakwah, mengingatkan mereka akan ajaran agamanya. Meluruskan segala bentuk kekufuran yang terjadi dan sedang berlangsung di masyarakat. Indikasi keimanan seseorang itu meningkat, ia dapat membedakan antara kebatilan dan al-haq dengan gamblang nan nyata. Hal itu mereka lakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih. Tidak berharap tepukan tangan audiens, tidak meminta aplaus yang panjang dan membahana. Cukup keridhaan Allah swt, dan mereka pun ridha kepada ketetapan Allah swt. Kontinyuitas menyapa mereka adalah jaminan kuatnya perhatian kita terhadap mereka. Tidak temporal dan saat ada momen-momen tertentu saja. Pemahaman terhadap Al-Islam yang syumul dan kaffah, seharusnya kedua item itu dipahamkan kepada mereka secara sempurna dan menyeluruh pula. Tugas ini menjadi kian berat ketika satu sisi mengharapkan suara mereka, tapi di sisi lain, kita bersebarangan dengan kebanyakan kebiasaan mereka. Ada gap yang saling memisahkan. Terjadilah tawar-menawar. Sehingga berakhir dengan isyarat ‘damai’. Nah, ini sejatinya sesuatu yang menghalangi kita untuk membangun komunitas dakwah yang solid, memasyarakat, dan berpadu dalam al-amr bil ma’ruf dan an-nahyu ‘anil munkar dalam satu ikatan dan keridhaan Allah Swt. Padahal posisi kita sangat-sangat menguntungkan, sebagai wakil rakyat yang sangat didengar suaranya, dan legislasi yang kita hasilkan dapat ‘memaksa’ mereka patuh dan menjalankannya dengan baik. Karena itu pula, keberatan-keberatan ini yang membuat diri ini ringkih, ringkih spiritualitas, melemahkan iman, menumbuhkan-suburkan syubhat dan syahwat, dan bisa berdampingan mesra dengan pegiat kemaksiatan. Sungguh keberatan-keberatan ini terinspirasi oleh betapa beratnya mengawal generasi, dan itulah sejatinya butuh pembinaan yang maha berat. Jangan sampai ummat jengah melihat kinerja dakwah kita. Apakah yang sudah kita perbuat ini cukup banyak. Dampaknya pada masyarakat seberapa jauh. Tawar hati ini bila kemudian ada ungkapan para aleg otomatis menjadi caleg pada pemilu 2009 kelak. Banyak usulan dari kader tentang siapa yang layak dan yang tidak. Jangan sampai ada unsur keterpaksaan. Bukan lagi berkutat pada sam’an wa tho’atan lagi. Melainkan ada tidaknya panggilan jiwa, atau siapa yang lebih punya kafaa’ah syar’i secara baik, konsisten dan persisten dalam menjalankan ad-dien ini secara lebih baik, itu yang berhak. Terkait dengan pencalonan Anggota Legislatif 2009, ada hal-hal yang membuat saya tidak dapat meneruskan proses pencalonan itu. Bahwa tarbiyah tak bisa lepas dari peranan dan eksistensi murobbi yang memberi energi spiritual dan keteladanan yang sanggup menundukkan nafsu syahwat dan syubhat di dunia yang penuh dengan intrik. Karena mutarobbi yang berkualitas (baik secara intelektual dan spiritual ) tak lepas oleh sentuhan spiritual murobbi yang ikhlas. Dengan berkonsentrasi di bidang pembinaan dan dakwah, dua hal yang merupakan pondasi keberhasilan dakwah ditengah arus masifitas budaya yang semakin memprihatinkan saja.Ranah dakwah seperti ini yang membuat hati ini tergerak untuk berkonsentrasi pada pembinaan kader-kader dakwah yang tidak silau oleh pencapaian–pencapaian duniawi semata. Yang justru menjauhkan mereka dari ketatan kepada Allah dan Rasulnya. Membina dan mengarahkan mereka, butuh waktu dan totalitas yang hendaknya wajib dilakukan oleh setiap insan yang mengikrarkan syahadat. Ada benarnya, dunia politik penuh dengan suara sumbang yang cukup melelahkan nurani, sehingga energi kita habis terkuras guna mengurus hal-hal yang yang bersifat temporal belaka. Sehingga penyiapan dan pematangan kader dakwah mengalami stagnasi, karena selalu bergulat dengan aroma politik praktis. Fenomena ini yang memberatkan hati untuk melangkahkan kaki ke Kota Kembang untuk kali kedua. karenanya agar diganti oleh kader yang lebih baik dari saya. Lebih mumpuni dari sisi kafaah syar’i, atau yang lebih mempunyai loyalitas dalam menjalankan fungsinya sebagai duta partai di ranah legislasi. Dakwah membutuhkan pembinaan yang serius dan istiqamah, dan tak akan bisa digantikan dengan pencapaian-pencapaian jangka pendek. Sungguh, kita tak akan tahu kelemaha-kelemahan diri tanpa ada upaya mengeliminasi jika kita tak bergerak mendekati masyarakat sesuai tuntunan sunnah Rasulullah Saw. Dalam pada itu, dakwah dan politik butuh pribadi-pribadi tegar, tak gentar oleh cemoohan publik, tak mudah terkontaminasi dengan warna yang telah ada. Sama halnya dengan mutiara, dimanapun ditempatkan, ia akan tetap menjadi mutiara. Ana takut bila semakin hari, makin terbiasa menyepelekan potensi syukur dan membonsai semangat dakwah, yang sangat membutuhkan keteladanan. Dan itu yang diajarkan Muhammad Saw beserta generasi terbaik Islam. Ana tidak mampu untuk berlama-lama menjadi wakil rakyat, terlalu berat untuk kembali memangku amanah serupa pada pemilihan umum mendatang. Dengan segala kerendahan hati, mohon kiranya DPD PKS Kota Depok memahami keberatan saya terkait dengan pencalonan kembali anggota legsilatif PKS pada pemilu 2009 mendatang.
Budi Wahyudi SE MM
Selasa, 26 Februari 2008
Mari Bertauladan Pada Sayyidina Umar Ibnul Khottob R.A
Dia adalah salah satu dari sahabat Rosulullah SAW yang terbaik, dijanjikan masuk kedalam surga dan salah satu anaknya menjadi istri Nabi SAW.
Umar memangku jabatan khalifah dengan wasiat dari Abu Bakar. Dia mulai memangku khilafah pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H. Az-Zuhri berkata: Umar menjadi khalifah di hari meninggalnya Abu Bakar. Yakni pada hari Selasa tanggal dua puluh dua Jumadil Akhir. (HR. al-Hakim) Dia menjalankan tugas kekhilafahan itu dengan sebaik-baiknya.
Berikut ini adalah sebagian sikap dan perilaku dari beliau yang dapat kita tauladani.
Khuzaimah bin Tsabit berkata, "Jika Umar mengangkat seorang pejabat, maka dia akan menuliskan untuknya perjanjian dan dia akan mensyaratkan kepada pejabat itu untuk tidak mengendarai kuda, tidak memakan makanan dengan kualitas tinggi, tidak memakai baju yang lembut dan empuk, dan tidak pula menutup pintu rumahnya bagi orang-orang yang menghajatkan dirinya. Jika itu dilakukan, maka ia telah lepas dari sanksi.'
Qatadah berkata: Umar -yang waktu itu sudah menjadi khalifah memakai jubah dari bahan wol yang ditambal dengan kulit. Dia berkeliling di pasar dan dipundaknya ada cemeti untuk memukul orang yang berlaku curang. Dia melewati pemintalan yang rusak dan mendapatkan biji-bijian di tengah jalan. Umar memungutnya dan melemparkannya ke rumah-rumah penduduk agar mereka bisa memanfaatkannya
Anas berkata: Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri empat tambalan di baju Umar.
Abu Utsman an-Nahadi berkata: Saya melihat kain yang dipakai Umar ditambal dengan kulit.
Abdullah bin Amir berkata: Saya pernah menunaikan haji bersama Umar. Dia tidak pernah mendirikan tenda ataupun kemah. Yang dia lakukan adalah menggelar tikar di bawah pohon lalu bernaung di bawah pohon itu.
Abu Abdullah bin Isa berkata, "Di wajah Umar bin Khaththab ada dua garis hitam bekas tangisan."
AI-Hasan berkata: Umar pernah membaca satu ayat yang menjadi bacaan hariannya lalu dia jatuh pingsan dan sakit sehingga banyak orang yang menjenguknya selama beberapa hari.
Anas berkata: Saya pernah memasuki satu kebun. Saat itu saya mendengar Umar berkata, 'Antara aku dan dia hanya dibatasi tembok: "Bakh-bakh! (kata seru yang sering diucapkan oleh orang Arab), Amirul Mukminin, demi Allah hendaklah kau bertakwa kepada Allah wahai Ibnu Khaththab, atau Allah akan menyiksamu."
Abdullah bin Amir bin Rabi'ah berkata: Saya melihat Umar bin Khaththab mengambil sejumput tanah dari bumi: Andaikata saya menjadi laksana tanah ini, andaikata saya bukan apa-apa, andaikata ibu saya tidak pernah melahirkan saya,
Abdullah bin Umar bin Hafash berkata: Umar bin Khaththab pernah membawa air di atas pundaknya. Lalu orang-orang saat itu menanyakan apa yang sedang dia lakukan.
Umar berkata, 'Sesungguhnya jiwaku telah membuatku sedikit ujub, maka saya lakukan ini agar dia merendah.
Muhammad bin Sirin berkata: Seorang ipar Abdullah bin Umar datang menemui Umar. Orang itu meminta Umar untuk memberikan kepadanya harta dari Baitul Mal. Umar membentak orang tadi dan berkata, 'Kau inginkan aku menjadi seorang penguasa yang berkhianat?'
Kemudian dia menyerahkan seribu dirham dari uangnya sendiri untuk orang tadi.
An-Nakhai berkata, Saat Umar menjadi khalifah, dia masih berdagang. Anas berkata: Perut Umar berbunyi (karena lapar) sebab dia banyak makan minyak pada musim paceklik (paceklik terjadi pada tahun 17 Hijriyah) dan dia telah mengharamkan atas dirinya untuk makan mentega. Dia menekan perutnya dengan jemari-jemarinya. Dia berkata, 'Sesungguhnya kami tidak memiliki harta lain yang bisa dimakan hingga manusia bisa hidup dengannya."
Sufyan bin Utbah berkata: Umar bin Khathtab pernah berkata, 'Sesungguhnya orang yang saya cintai adalah orang yang menunjukkan kepada saya aib-aib saya.'
Ibnu Umar berkata: Setiap kali saya melihat Umar marah, lalu diingatkan kepadanya nama Allah, atau seseorang membacakan ayat al-Qur'an kepadanya, pasti dia akan berhenti dari kemarahannya itu.
Bilal berkata kepada Aslam, 'Bagaimana pendapatmu tentang Umar.' Aslam menjawab, 'Saya dapatkan dia sebagai sebaik-baik manusia, namun jika dia marah, maka itu saya anggap sebagai masalah besar.'
Bilal berkata, "Jika saya berada di sampingnya, dan dia sedang dalam keadaan marah, maka saya akan membacakan kepadanya al-Qur'an hingga kemarahannya reda,'
Begitulah sifat dan sikap beliau, beruntunglah dalam urusan akhiratnya bagi mereka yang mentauladani. Tidaklah berubah sikap dan penampilan beliau ra dengan dalih apapun apalagi dengan menggunakan dalih fiqhuddakwah, tidaklah beliau bermewah-mewahan setelah menjadi pejabat dengan maksud untuk dapat bisa diterima oleh objek dakwah dengan alasan karena lobi bagian dari dakwah, pada saat melihat raja-raja Persia dan romawi hidup dengan kemewahan beliau menunjukkan kekhawatirannya akan sifat bermewahmewah. Beliau sangat mengetahui akan kekhawatiran Rosulullah SAW, buanlah kefakiran yang dikhawatirkan tetapi di bukanya pintu-pintu kemewahan.
Berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi diri saya pribadi dan pembaca.
Ya ALLAH yang membolak-balikkan hati, kuatkanlah diri ini dalam taat pada MU. amin
Umar memangku jabatan khalifah dengan wasiat dari Abu Bakar. Dia mulai memangku khilafah pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H. Az-Zuhri berkata: Umar menjadi khalifah di hari meninggalnya Abu Bakar. Yakni pada hari Selasa tanggal dua puluh dua Jumadil Akhir. (HR. al-Hakim) Dia menjalankan tugas kekhilafahan itu dengan sebaik-baiknya.
Berikut ini adalah sebagian sikap dan perilaku dari beliau yang dapat kita tauladani.
Khuzaimah bin Tsabit berkata, "Jika Umar mengangkat seorang pejabat, maka dia akan menuliskan untuknya perjanjian dan dia akan mensyaratkan kepada pejabat itu untuk tidak mengendarai kuda, tidak memakan makanan dengan kualitas tinggi, tidak memakai baju yang lembut dan empuk, dan tidak pula menutup pintu rumahnya bagi orang-orang yang menghajatkan dirinya. Jika itu dilakukan, maka ia telah lepas dari sanksi.'
Qatadah berkata: Umar -yang waktu itu sudah menjadi khalifah memakai jubah dari bahan wol yang ditambal dengan kulit. Dia berkeliling di pasar dan dipundaknya ada cemeti untuk memukul orang yang berlaku curang. Dia melewati pemintalan yang rusak dan mendapatkan biji-bijian di tengah jalan. Umar memungutnya dan melemparkannya ke rumah-rumah penduduk agar mereka bisa memanfaatkannya
Anas berkata: Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri empat tambalan di baju Umar.
Abu Utsman an-Nahadi berkata: Saya melihat kain yang dipakai Umar ditambal dengan kulit.
Abdullah bin Amir berkata: Saya pernah menunaikan haji bersama Umar. Dia tidak pernah mendirikan tenda ataupun kemah. Yang dia lakukan adalah menggelar tikar di bawah pohon lalu bernaung di bawah pohon itu.
Abu Abdullah bin Isa berkata, "Di wajah Umar bin Khaththab ada dua garis hitam bekas tangisan."
AI-Hasan berkata: Umar pernah membaca satu ayat yang menjadi bacaan hariannya lalu dia jatuh pingsan dan sakit sehingga banyak orang yang menjenguknya selama beberapa hari.
Anas berkata: Saya pernah memasuki satu kebun. Saat itu saya mendengar Umar berkata, 'Antara aku dan dia hanya dibatasi tembok: "Bakh-bakh! (kata seru yang sering diucapkan oleh orang Arab), Amirul Mukminin, demi Allah hendaklah kau bertakwa kepada Allah wahai Ibnu Khaththab, atau Allah akan menyiksamu."
Abdullah bin Amir bin Rabi'ah berkata: Saya melihat Umar bin Khaththab mengambil sejumput tanah dari bumi: Andaikata saya menjadi laksana tanah ini, andaikata saya bukan apa-apa, andaikata ibu saya tidak pernah melahirkan saya,
Abdullah bin Umar bin Hafash berkata: Umar bin Khaththab pernah membawa air di atas pundaknya. Lalu orang-orang saat itu menanyakan apa yang sedang dia lakukan.
Umar berkata, 'Sesungguhnya jiwaku telah membuatku sedikit ujub, maka saya lakukan ini agar dia merendah.
Muhammad bin Sirin berkata: Seorang ipar Abdullah bin Umar datang menemui Umar. Orang itu meminta Umar untuk memberikan kepadanya harta dari Baitul Mal. Umar membentak orang tadi dan berkata, 'Kau inginkan aku menjadi seorang penguasa yang berkhianat?'
Kemudian dia menyerahkan seribu dirham dari uangnya sendiri untuk orang tadi.
An-Nakhai berkata, Saat Umar menjadi khalifah, dia masih berdagang. Anas berkata: Perut Umar berbunyi (karena lapar) sebab dia banyak makan minyak pada musim paceklik (paceklik terjadi pada tahun 17 Hijriyah) dan dia telah mengharamkan atas dirinya untuk makan mentega. Dia menekan perutnya dengan jemari-jemarinya. Dia berkata, 'Sesungguhnya kami tidak memiliki harta lain yang bisa dimakan hingga manusia bisa hidup dengannya."
Sufyan bin Utbah berkata: Umar bin Khathtab pernah berkata, 'Sesungguhnya orang yang saya cintai adalah orang yang menunjukkan kepada saya aib-aib saya.'
Ibnu Umar berkata: Setiap kali saya melihat Umar marah, lalu diingatkan kepadanya nama Allah, atau seseorang membacakan ayat al-Qur'an kepadanya, pasti dia akan berhenti dari kemarahannya itu.
Bilal berkata kepada Aslam, 'Bagaimana pendapatmu tentang Umar.' Aslam menjawab, 'Saya dapatkan dia sebagai sebaik-baik manusia, namun jika dia marah, maka itu saya anggap sebagai masalah besar.'
Bilal berkata, "Jika saya berada di sampingnya, dan dia sedang dalam keadaan marah, maka saya akan membacakan kepadanya al-Qur'an hingga kemarahannya reda,'
Begitulah sifat dan sikap beliau, beruntunglah dalam urusan akhiratnya bagi mereka yang mentauladani. Tidaklah berubah sikap dan penampilan beliau ra dengan dalih apapun apalagi dengan menggunakan dalih fiqhuddakwah, tidaklah beliau bermewah-mewahan setelah menjadi pejabat dengan maksud untuk dapat bisa diterima oleh objek dakwah dengan alasan karena lobi bagian dari dakwah, pada saat melihat raja-raja Persia dan romawi hidup dengan kemewahan beliau menunjukkan kekhawatirannya akan sifat bermewahmewah. Beliau sangat mengetahui akan kekhawatiran Rosulullah SAW, buanlah kefakiran yang dikhawatirkan tetapi di bukanya pintu-pintu kemewahan.
Berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi diri saya pribadi dan pembaca.
Ya ALLAH yang membolak-balikkan hati, kuatkanlah diri ini dalam taat pada MU. amin
Selasa, 29 Januari 2008
Pemuka Agama dan Pembangunan
.jpg)
Merujuk kepada hadits rosulullah dalam kitab jami’usshogir karangan jalaluddin assujuti yang berbunyi “yang merusak ada tiga unsur : ulama buruk, pemimpin dzolim dan mereka yang rajin beribadah tetapi bodoh”. pemuka agama memiliki peran yang sangat penting dalam membangun dan menyadarkan masyarakat, tetapi apabila pemuka agama nya yang malas dan khianat, ini menjadi masalah besar, bukan hanya pada diri mereka sendiri tetapi bagi masyarakat dan bangsa. Menjadi rujukan tempat bertanya dan menyelesaikan masalah itulah seharusnya.
Menjadi penting untuk kita fikirkan dan tumbuhkan peran pemuka agama dalam pembangunan di Indonesia pada umumnya dan depok khususnya, bukan dijadikan mendorong kendaraan yang mogok, diperalat untuk kepentingan sesaat bagi seseorang atau kepentingan tertentu.
Ada lima peran yang dapat dilakukan oleh para pemuka agama dalam pembangunan : pertama
membentuk kondisi psikologik dan ideologik individu dan masyarakat.
agama menduduki peran yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia, masyarakat yang memegang tinggi nilai nilai religius, oleh karena itu peran pemuka agama menentukan dalam membentuk nilainilai religius dalam bentuk sikap dan prilaku.masyarakat. Ummat islam yang mayoritas di depok merupakan kekayaan dan modal penting dalam pembangunan. Apabila maju pola fikirnya, bermoral kreatif dan pekerja keras maka masyarakat ini akan beranjak dari keterpurukannya menjadi masyarakat yang makmur dan sejahtera. Dan dalam pembangunan juga dibutuhkan kondisi yang aman, dimana masyarakatnya menyadari pentingnya melindungi kepentingan umum. Diperlukan perencanaan yang terintegral dalam pembinaan dan pengajaran masyarakat, diawali dengan penanaman nilai-nilai idialogik, dimana dengan dasar menyembah tuhannya semua kegiatan dilakukan.
kedua Menjadikan tempat ibadah sebagai pusat pendidikan dan pengembangan masyarakat. Di amerika serikat, misalnya para pemuka gereja sejalan dengan pendidikan agama mereka berusaha keras melengkapi diri dengan kemampuan ilmiah dan tekhnologi, yang dipelopori oleh gereja katolik dan ini bagi mereka sudah menjadi bagian dari agama. Seperti peningkatan ekonomi berupa mendirikan koperasi, organisasi pemuda dan social dan lembaga lembaga ekonomi lainnya, sebagai salah satu upaya melayani masyarakat lebih baik. Begitupun dalam agama islam dimana nabi mendirikan baitul maal dan masjid bukan hanya menjadi sarana ibadah mahdhoh, tetapi dibagi bagi menjadi berbagai unit kegiatan.
ketiga pelopor pembentukan perkumpulan pengembangan ekonomi, berdasarkan kejujuran, kerja keras dan professional. Visi dan misi yang sama dari suatu perkumpulan merupakan awal perencanaan yang sangat baik, diawali dengan kesadaran untuk menjadi lebih baik dari kondisi yang sedang dijalani dan bergerak bersama untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi, maka masyarakat yang dibentuk berawal dari kesadaran religi sangat mampu memiliki niali – nilai diatas dengan dipelopori oleh pemuka agama mereka. Pemuka agama mempelopori terbentuknya lembaga-lembaga ekonomi seperti koperasi, dan pemerintah membantu dengan pelatihan dan bantuan pendanaan secara kontiniu.
keempat Pengumpul dan penyalur dana dari dan untuk masyarakat.
Kewajiban membayar zakat bagi ummat islam yang mampu, merupakan potensi besar bagi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi masyarakat dimana pemuka agama menjadi fasilitator dari masyarakat yang sadar dan mampu dengan masyarakat kurang mampu. Perencanaan dan pelaksanaan yang baik memerlukan pelatihan managerial bagi pengelola. dana dikumpulkan dijadikan sebagai modal usaha bagi masyarakat.
kelima Bersama dengan masyarakat dan menjadi pelopor pengawasan proses pembangunan kota, belanja pembangunan daerah kota depok yang senilai Rp. 871. miliaran bukan nilai yang kecil. Dimasjid, majlis ta’lim bukan lagi hanya dibahas tentang ibadah mahdhoh tetapi juga menjadi sarana mengawasi, menilai pelaksanaan, dan berawal dari tempat seperti itu diharapkan ada masukan- masukan positif, bukankah kebaikan berawal dari niatan yang baik ditempat yang baik pula. Masyarakat telah memilih perwakilan mereka yang duduk di dewan perwakilan rakyat dan hanya dengan hitungan hari masyarakat juga akan memilih pemimpin mereka ditingkat kota depok, sudah seharusnya masyarakat terlibat dalam proses pelaksaan pembangunan, mengevaluasi, tidak ada yang ditutupi dari mereka dan memilih kembali wakil dan pimpinan yang menurut mereka baik.
Beberapa hal yang harus dimiliki para pemuka agama, agar mereka dapat menjadi unsur pembangunan yang baik, diantaranya :
memiliki pengetahuan agama yang benar, melingkupi seluruh aspek kehidupan masyarakat yang terintegralkan.
dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan bermasyarakat
memiliki perhatian dan kesadaran untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakat.
Begitu sangat para pemuka agama memiliki peran penting bagi pembangunan, walaupun kenyataan yang terjadi dapat kita lihat Bukankah departemen agama menjadi departemen yang tidak bersih dari korupsi, dari penerimaan pegawai negeri hingga haji, bukankah ulama sekarang sebagian besar hidup dan menghidupi keluarga mereka dari amplop ceramah dan menentukan tarif layaknya angkutan kota. Dan ada ustadz yang menjadi pejabat kemudian lalai dari yang halal dan haram, bebas menfitnah dan menghibah sesama muslim karena hanya berbeda partai, menjadi politikus yang pragmatis, segala sesuatu dengan tujuan menang pemilu dengan jumlah suara menjadi target perjuangan. Dan masyarakat melihat menjadikannya ukuran serta menjadikan contoh. Maka inilah yang terjadi di Negara kita saat ini.guru kencing berdiri murid kencing bersiul sambil menari-nari.
begitu banyak kekurangan perlu waktu, perencanaan, dan kesadaran bersama untuk memulai. Wallahu alam bissowab.
Budi wahyudi, sawangan
Langganan:
Postingan (Atom)